Entries by

Upeti buat Charon (Kisah seorang manusia biasa ber-meditasi dengan kematian)

Oleh Budi Juniarto Malam semakin larut ketika diskusi yang diselenggarakan melalui fasilitas “Zoom Cloud Meetings” menjadi semakin intens. Sang Guru yang malam itu menjadi pembabar tiba pada materi pamungkasnya,yaitu tentang kematian. “Arwah manusia yang baru saja meninggal akan tiba di tepian Sungai Styx, sungai keabadian yang tiada berujung dan berpangkal. Sang arwah harus menunggu dijemput […]

Gerhana dan Otonomi Seni Rupa Indonesia

(Tanggapan untuk Aminudin TH Siregar, Hendro Wiyanto, Yuswantoro Adi dan Asmudjo J. Irianto) Oleh: Chabib Duta Hapsoro Empat tulisan sebelumnya telah mendiskusikan dan memperdebatkan “gerhana dalam seni rupa Indonesia”. Gerhana itu menghalangi produksi-diseminasi seni rupa Indonesia, perkembangan medan seni rupa Indonesia dan pembentukan historiografi seni rupa Indonesia. Tulisan ini menawarkan sebuah konsep atau cara pandang, yang […]

Meditasi Bulan Purnama (Juli 2021)

Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) bersama Komunitas Yoga Patanjali mengundang para sahabat sekalian menghadiri: MEDITASI DARING BULAN PURNAMA Minggu, 25 Juli 2021 Pukul 19.30 – 21.30 WIB Pembimbing Meditasi: INÉS SOMELLERA Guru Yoga & Meditasi Co-founder ESAS Empu Sendok Arts Station Pembawa Acara: DEBRA YATIM Doa Bersama (Panyuwunan): Dr. G. BUDI SUBANAR, SJ Pertunjukan […]

Senirupa Kita yang Tidak ke Mana-mana

Oleh: Syakieb Sungkar Tentang 4 Artikel Seni Rupa di Kompas Esai ini ingin merespon 4 artikel di Kompas Minggu yang saling berbalas-balasan satu sama lain. Pada mulanya adalah tulisan Aminudin TH Siregar yang berjudul “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto”. Pada prinsipnya Aminudin mengemukakan bahwa infrastruktur senirupa kita tidak mengalami perkembangan yang berarti. Orang Indonesia […]

Sembilan Lima Empat

Judul: Sembilan Lima Empat Penulis: Zen Hae Kategori: Kritik Sastra dan Teater Penerbit: Penerbit JBS Tahun: Juli 2021 Tebal: 298 hlm Ukuran: 14×20 ISBN: 978-623-7904-36-6 Bagaimana nama “Indonesia” ditemukan dan ditampilkan dalam puisi untuk pertama kalinya? Adakah hubungan puisi dengan reformasi? Apa pula kaitan fiksi dan sejarah? Mengapa kajian budaya dipandang sebagai ancaman terhadap kritik […]

Selera Estetik Bung Besar

(Secarik Surat untuk Bro Hendro) Oleh: Agus Dermawan T. Kompas Minggu edisi 30/5/2021, 13/6/2021, 27/6/2021 dan 11 Juli 2021 memuat korespondensi Aminudin TH Siregar, Hendro Wiyanto, Yuswantoro Adi, dan Asmujo J Irianto. Empat surat itu lantas disambung oleh Hajriansyah lewat portal BWCF. Karena itu korespondensi, maka sah apabila isinya berupa curahan hati, rerasan (membicarakan orang […]

Melampaui Hijab Gerhana

(Catatan tambahan untuk Aminudin TH Siregar, Hendro Wiyanto, Yuswantoro Adi, dan Asmudjo J. Irianto) Oleh: Hajriansyah* Membaca polemik yang diawali ketakjuban terhadap peristiwa “gerhana” seni rupa Indonesia belakangan ini, saya jadi ingat model penyingkapan yang pernah disampaikan Ibnu Arabi, seorang sufi dan filsuf besar dari Damaskus, negeri terakhir ia tinggal. Model penyingkapan dimaksud membayangkan sebuah hijab (dinding) […]

The Eyes of Marege: Merefleksikan Ulang Kolaborasi Teater Kita Makassar dan Australian Perfomance Exchange 2007

Oleh Asia Ramli Pulau Bimo, Arnhem Land, Northern Territory, 1905, di sudut kiri perahu Makassar yang bersandar di pantai,  Djakapurra Munyarryun, putera kepala suku Yolngu/Aborigin (orang Makassar menyebutnya Marege) menyanyikan lagu Dji-li-li, Dji-li-li, Dji-li-li yang diperuntukkan kepada suku Makassar yang sedang berlayar dengan perahu menuju ke pantai itu. Lagu yang hanya bernada gumam menyayat itu, […]

Menghidupkan Lamentasi Romo Kuntara Untuk Doa Pandemi

Hari hari ini yang kita butuhkan adalah kekuatan batin. Kekuatan batin dan harapan bahwa pandemi akan berakhir dan kita akan kembali hidup normal. Di mana-mana di dunia angka mereka yang terinfeksi covid naik turun. Kawasan-kawasan yang memiliki kebijakan warganya boleh melepas masker, kembali disengat lagi oleh gelombang Covid.  Spanyol, Amerika yang mengklaim bahwa negaranya – sudah mulai […]

Syukuran Tubuh dalam Pendekatan Teater Miskin Grotowsky Sekaligus Syukuran Mental

Oleh Beri Hanna Kalau Grotowsky pada eranya menarik penonton ke panggung ruang gelap kedap suara untuk pertunjukannya, Roy Julian bersama Kantor Teater membebaskan penontonnya untuk berada di mana-mana. Kalau Grotowsky melibatkan teater sebagai ruang pertemuan antar penonton dan aktor sebagai ruang interpersonal, Roy Julian membawa pertunjukannya ke interpersonal antar dimensi ruang. Teater Miskin muncul setelah […]