Puisi-Puisi Nenden Lilis A

KEPULANGAN

angin yang bertiup dari laut
serasa menghembuskan kembali wangi kayu gaharu
parfum beraroma serai
dan harum rempah masakan dengan menu rumahan
: menguarkan kabar akan kerinduanmu

kemarin kita berpeluk erat
saling merekatkan dekapan hangat kampung halaman

tetapi, garis-garis wajah tirusmu
melukiskan sketsa nestapa seorang perantau
dengan sebuah rumah yang tak selesai
pelabuhan tanpa pintu masuk
bagi penumpang yang ingin pulang

“kepulangan…” suaramu baur, lirih
bagai debur ombak yang jauh

sementara aku sendiri hanya tepekur menghikmati laut:
betapa, seluas-luas laut, tetap ada garis batas
garis batas itu selalu tampak tak terlalu jauh
garis itu mengingatkanku pada sehelai rambut putih
yang melintang di antara lembaran-lembaran rambut hitamku

begitulah, tak seorang pun bisa menapikan kampung halaman
garis batasnya kepulangan

2019

 

SAJAK PINTU 2

ada yang tengah berbiak
berupa noda dan luka di otak
serupa ribuan tapak sepatu
sehabis menginjak tanah selepas hujan
yang dikesetkan di lantai keramik

tapi, kita tak merasa
juga bahwa ada yang melakukannya pada kita
bahkan kita haturkan darah
kita suguhkan rambut dan kuku
dengan bangga

sedangkan pada itu semua
bisa terbaca peta dan segala gerak di nadi

(seakan tak terdengar seseorang menyeru
untuk menjaga pintu-pintu dan menyiapkan sapu lidi
ah, mengapa pintu pun dilepas?)

2019

 

EPISODE LAUT

-bersama K

kupelihara kenangan pada sehelai tisu,
stik pengaduk minuman,
sehirup teh dengan creamer atau campuran apa saja yang kita masukkan
tentang sebuah laut yang teduh
di sebuah bandar di timur
di mana aku sempatkan menoleh untuk terakhir kali
pada laut itu menjelang pulang
dan menyunggingkan senyum terima kasih
untuk segalanya yang memberi tenang

bukankah masih ada percakapan
di ujung perjalanan

2019

 

SOLILOKUI

lebih baik tak terbuka semua rahasia
sebab yang berahasia memberi rasa indah
maka, ada yang diam-diam
kupendam dan kusembunyikan
meski menjadi nyeri di urat nadi

namun, diam-diam pula urat waktu menyimpannya
seraya berucap,
“jangan berkata ragu tentang waktu
meski terus berjalan
ia tak akan menenggelamkan
setiap kata dan laku.”

2019

 

EPILOG BUMI

di tengah bencana corona
kesedihan seperti hari tanpa hangat seduhan teh
raga terkarantina tak ubahnya rumah yang lupa membuka jendela dan gembok pagar
rindu terus memanjang tak beraturan
tak beda dengan rambut yang tak dipangkas berbulan-bulan

aku linglung pada waktu
dan bingung pada orang-orang di luar
yang menggerutu
bimbang oleh orang-orang yang ingin pulang dan tak boleh pulang tapi memaksa pulang
juga oleh orang-orang yang seharusnya pulang dan bisa pulang tapi tak mau pulang
sedang orang-orang yang belum sempat berkemas untuk pulang
tiba-tiba mesti berpulang

suara batinku tersekat bagai isak muadzin dari mesjid-mesjid
yang selepas mengumandangkan adzan
tergesa melafalkan iqomah
sebab tak akan ada jemaah datang

di tengah ini semua
kuharap wajah kita jadi bersih
seperti maghrib yang tiba dengan wajah kalis
sehabis diwudhukan gerimis
hening, bening, tawadhu

dan bumi bagai sedang mencoba menjadi sufi
disucikan tafakur dari luka semesta
dan segala persoalan reda
seakan gugusan negeri-negeri pulih dari peperangan tak bernama

2020

 

*Nenden Lilis A. lahir di Garut, Jawa Barat, Indonesia. Menulis puisi, cerpen, dan esai yang telah dimuat di berbagai media massa nasional dan internasional. Sejumlah karyanya terbit dalam berbagai antologi canon sastra Indonesia. Karya-karyanya pun mendapat penghargaan, antara lain Penghargaan Pusat Bahasa 2005 untuk kumpulan cerpennya Ruang Belakang (Penerbit Buku Kompas). Puisi-puisinya (antara lain dalam kumpulan puisi tunggalnya Negeri Sihir) dan cerpennya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Korea, dan Mandarin. Nenden kerap diundang untuk membacakan karyanya dan menjadi pembicara dalam event sastra, yakni pada Workshop cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara, Festival de Winternachten di Den Haag Belanda, pembacaan puisi dan diskusi di KBRI dan INALCO Paris Perancis, Festival Puisi Internasional di Teater Utan Kayu Jakarta, Festival Puisi Internasional Indonesia, Diskusi dan Pembacaan Puisi di Yayasan Kesenian Perak Ipoh Malaysia, Seminar di IPG Malaysia, The 3rd Schamrock Festival of Women Poets di Jerman, Simposium Sastra Internasional Korea, dll. Selain karya fiksi, sejumlah buku nonfiksinya pun telah terbit. Ia juga menerjemahkan karya sastra mancanegara, antara lain Antologi Puisi dan Prosa Langit, Angin, Bintang , dan Puisi karya penyair Korea Yun Dong Ju yang diterjemahkannya bersama Prof. Shin Young Duk, Ph.D (Pustaka Obor, 2018)., juga kumpulan puisi Choi,Jun (penyair Korea) berjudul Orang Suci, Pohon Kelapa (KPG, 2019).Kumpulan puisi terbaru Nenden berjudul Maskumambang Buat Ibu. Kini Nenden menjadi dosen di UPI Bandung.