Sirsasana
Oleh Budi Murdono
Sirsasana atau berdiri di “atas kepala” (headstand) adalah salah satu dari pose “jungkir balik” (inversion) dalam yoga. Meskipun pose dasar (basic pose), pose ini disebut-sebut sebagai “raja segala asana” karena manfaatnya yang begitu besar bagi kesehatan fisik maupun mental. Orang yang berlatih pose ini pada awalnya akan terkejut karena melihat dunia secara terbalik dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan terbalik itu. Memandang dunia dengan perspektif terbalik sangatlah berguna bagi pendewasaan diri, karena dengan begitu kita berlatih melihat sesuatu dari perspektif orang lain yang mungkin sedang berada dalam berhadap-hadapan dengan kita. Kita berlatih untuk menjadi lebih toleran dan lebih berempati.
Tapi pose ini tidak hanya membalikkan pandangan kita tentang dunia, tetapi juga membalikkkan pola tekanan darah dalam tubuh. Dengan berdiri di atas kepala, posisi otak berada di bawah jantung sehingga aliran darah ke otak menjadi lebih lancar, sel-sel otak pun mendapat aliran darah yang sehat. Dengan meningkatnya aliran darah ke otak; daya ingat dan fungsi lain dari otak besar pun meningkat. Dengan pose ini, banyak penyakit bisa disembuhkan, seperti kegugupan, ketegangan, kelelahan, sulit tidur, kusam, ketakutan. Aliran darah ke otak yang cukup juga merangsang kelenjar endokrin yang paling penting, yaitu kelenjar pituitari yang bertanggung jawab menjaga mekanisme tubuh agar bekerja dengan baik, dan juga kelenjar pineal yang berperan mengatur pola istirahat dan kesehatan jantung. Sebagaimana diketahui, kelenjar pituitari adalah kelenjar utama karena mengontrol kerja banyak kelenjar terkait lainnya, yaitu kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, dan sebagainya yang menyusun sistem endokrin. Kelenjar pituitari adalah kelenjar tanpa saluran yang mengeluarkan hormon langsung ke aliran darah. Berukuran sebesar kacang polong, kelenjar ini terletak di bagian bawah otak. Beberapa tanda kelenjar pituitari yang tidak berfungsi adalah nafsu makan yang buruk, lemas, mual, gangguan mood, nyeri tubuh, nyeri haid, dan kulit kering.
BKS Iyengar mengatakan praktik sirsasana meremajakan sel-sel otak sehingga daya pikir meningkat dan pikiran menjadi lebih terang. Asana ini adalah obat penyegar bagi orang yang otaknya cepat lelah. Orang yang sulit tidur, mudah lupa dan kurang semangat dapat pulih kembali dengan latihan asana ini secara teratur dan benar. Paru-paru pun menjadi kuat dan dapat bertahan dalam segala macam cuaca serta aktivitas sehingga terbebas dari penyakit seperti pilek, batuk, radang amandel, nafas tidak sedap dan jantung berdebar-debar. Praktik sirsana secara teratur juga memperbaiki kandungan haemoglobin dalam darah.
Menurut Swami Sivananda, sirsasana adalah panasea untuk semua penyakit manusia. Mulai dari penyakit mata, hidung, kepala, tenggorokan, perut, sistem genito-saluran kencing, hati, limpa, paru-paru, kolik ginjal, tuli, ambeien, asma, konsumsi, penyakit gusi, sembelit, dan banyak masalah lainnya. Pose ini juga sangat berguna dalam mempertahankan “brahmacharya” (pengendalian nafsu seks) karena energi yang terdapat dalam air mani diubah menjadi “ojas-shakti” (energi spiritual) dan disimpan di otak.
Dalam Hatha Yoga Pradipika, sirsasana disebut sebagai “viparita karani” dan merupakan bagian dari bandha. Sebagaimana dikatakan Yoga Swami Swatmarama dalam kitab ini:
“Setiap tetes madu yang mengalir dari “bulan” [biasanya] tertelan oleh “matahari.” Dengan demikian tubuh menjadi tua. [Tetapi] ada praktik yang sangat baik di mana matahari tertipu. …. . Itu adalah “viparitakarani”, di mana “bulan” dan “matahari” bertukar tempat. “Matahari” di ulu hati dan “bulan” di langit-langit.”
Swami Swatmarama juga mengatakan bahwa pada mereka yang berlatih asana atau bandha ini setiap hari, panas tubuhnya, yang bersumber di lambung, meningkat, karena itu, seorang yogi harus selalu memilikinya persediaan makanan yang cukup. Jika dia membatasi asupan makanannya, panas itu akan memakan tubuhnya [sebagai gantinya]. Swami Swatmarama menganjurkan untuk meningkatkan sedikit demi sedikit waktu latihan setiap harinya: “Setelah enam bulan beraltih, rambut beruban dan kulit keriput akan menghilang. Dia yang berlatih tiga jam sehari akan menaklukkan kematian.”
*Penulis adalah pengajar yoga-meditasi freelance