Pos

Djoko Pekik, Trilogi Celeng, dan Runtuhnya Rezim Soeharto

Oleh Bambang Bujono* (Majalah D&R 8-14 November 1999) Seniman itu harus tahu kemarin, sekarang, dan akan datang… Ini bukan meramal, tapi kan (kita) tahu kelakuan-kelakuan sejarah… (Djoko Pekik) DJOKO Pekik muncul dari protes. Ketika dipersiapkan pameran kebudayaan Indonesia di Amerika yang disebut KIAS, di tahun 1989, beberapa kurator. termasuk dua dari Amerika Serikat, menilai karya-karya […]

Seni Bangsawan di Bulan Bung Karno

Oleh: Agus Dermawan T   Begitu memasuki bulan Juni 2023 (yang disebut sebagai Bulan Bung Karno), Indonesian Watercolour Society (IWS) menyelenggarakan pameran The First Asians Spirit di Gedung Pakarti – Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jalan Tanah Abang, Jakarta. Pameran diikuti oleh puluhan pelukis cair air dari seluruh Indonesia, dengan didampingi karya cipta […]

Paradoxes: Sebuah Pameran Tunggal Oleh Agus TBR

Sri Sasanti Gallery kembali akan mempersembahkan sebuah pameran tunggal, oleh seniman Agus TBR yang bertajuk “Paradoxes”, pada tanggal 11 April – 14 Mei mendatang.  Pembukaan pameran akan diselenggarakan pada hari Senin, 10 April 2023 pkl. 16.30 – 22.00 WIB, yang berlokasi di Tirtodipuran Link Building A, Yogyakarta. Selain sang seniman, pada acara pembukaan akan hadir […]

Sang Maestro Juga Suka Nyontek (Milad Basoeki Abdullah, 27 Januari 2023)

Oleh Agus Dermawan. T Sampai pada “usia” yang ke 108 masih ada rahasia Basoeki Abdullah yang belum banyak dibuka. Dan itu adalah tentang sejumlah lukisannya yang “meniru” karya seniman lain. Pada suatu hari di awal 1960-an Lim Wasim mendapat pesanan melukis wanita nude dari Presiden Sukarno. Presiden menyerahkan foto hitam putih berukuran setengah kartu pos. […]

Kompetisi Seni Lukis: Mencoba Bangkit di Ujung Pandemi

Oleh Agus Dermawan T. Dari Pasuruan, Jawa Timur, Badrie melaju ke Bandung. Sampai di Pemalang mobilnya mogok. Onderdilnya harus diganti, sehingga memerlukan beberapa jam untuk perbaikan. Padahal ia ingin segera sampai tujuan. Karena pada esoknya, Minggu, ia harus sudah terlibat dalam kompetisi seni lukis. Akhirnya perjalanan 820 kilometer itu berhasil dituntaskan, walau harus dalam tempo […]

Antara ruangrupa dan Roger Waters

Oleh Jendoel Hadi Santosa Documenta ke-15 di Kassel, Jerman yang dikuratori ruangrupa menjadi perhatian dunia. Seperti kita ketahui terjadi polemik atas penurunan instalasi “People’s Justice“ karya kelompok Taring Padi, Indonesia. Karya itu berbentuk banner sepanjang sekitar dua belas meter dengan tinggi sekitar delapan meter yang penuh sesak dengan figur campur-baur yang berjudul “People’s Justice” yang dibuat dua […]

Srihadi, antara Bedhaya dan Borobudur

Bedhaya mistis. Borobudur magis. Dan Srihadi ada di tengah-tengahnya. Tak henti-hentinya Srihadi Soedarsono terus menerus melukis kedua subyek itu, tapi orang tidak pernah merasa bosan memandangnya. Tiap kali lukisan Bedhaya atau Borobudur Srihadi keluar. Selalu terasa ada yang “baru”. Meski hal yang sama yang disajikan. Deretan penari Bedhaya. Dan siluet Borobudur di kejauhan. Lukisan Bedhaya Srihadi selalu […]

Gerhana, Korona, dan Masa Depan

Oleh Siti Adiyati Menyenangkan membaca kisah suara burung atau saur manuk di media ditengah kondisi pandemi yang tanpa henti ini. Seakan ada kehidupan debat ditengah area PASTI (Pasar Satwa dan Tanaman Hias) yang tersohor menjadi tempat hiburan warga tanpa kelas di kota seniman Yogya. Debat yang akan terus bergulir saling sambut dan saling silang dalam […]

Seni dan Negara (Modernisme di Halaman Belakang) (Bagian 2)

Oleh Afrizal Malna Batas-batas sejarah sebagai fiksi politik Batas-batas sejarah merupakan sebuah titik yang kita buat untuk membangun tubuh sejarah yang berbeda pada babakan-babakannya. Kita tidak pernah melihat batas ini sebagai sebuah fiksi. Kadang ia menjadi batas ideologis yang membeku, tempat bersemayamnya hantu-hantu. Batas-batas itu selalu menarik ketika terjadi penafsiran baru, munculnya perspektif baru, atau […]

Seni dan Negara (Modernisme di Halaman Belakang) (Bagian 1)

Oleh Afrizal Malna Apa yang menarik mengikuti tulisan Aminudin TH. Siregar: “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto” dan tanggapan Hendro Wiyanto: “Jurus Gerhana Aminudin TH. Siregar”, adalah bagaimana sejarah bekerja dalam wilayah rasionalisme dan keyakinan. (Mungkin ini juga tidak tepat). Ia seperti hantu yang bersemayam pada batas sejarah sebelum dan setelah Tragedi 1965. Bermain dalam […]