Pos

Sastra, Pemuda, dan Narasi Kebangsaan: Membaca Nalar Filosofis Sumpah Pemuda

Oleh: Gus Nas Jogja* Wacana kebangsaan di Nusantara, sebagaimana terartikulasi dalam Sumpah Pemuda (1928), bukanlah sekadar manifestasi politis; ia adalah sebuah proyek ontologis, sebuah upaya radikal untuk menegasi struktur kekuasaan kolonial yang telah mendehumanisasi subjek. Peristiwa historis ini, sering kali dicatat secara linear sebagai pilar nasionalisme, sesungguhnya merupakan ruptur epistemik yang lahir dari kesadaran eksistensial […]

Menulis Cerpen, Pulang Menuntun Kambing

Kendal, hari Minggu, 26 Oktober 2025 punya hajat membagi hadiah ternak; Kambing, Ayam dan Bebek kepada para cerpenis yang karyanya dianggap berkualitas. Jika pengumuman hadiah nobel sastra internasional diadakan pada bulan Oktober setiap tahunnya, kegiatan literasi di Kendal ini juga sama dilakukan pada bulan Oktober. Selain bulan Oktober merupakan bulan bahasa nasional. Kenapa harus memilih […]

Sastra Portugis dalam Dialektika Kebudayaan Global

Oleh: Gus Nas Jogja*   Sastra Portugis bukanlah sekadar kompilasi narasi, puisi, atau drama yang terbingkai dalam sempadan geopolitik Portugal Raya. Ia adalah sebuah logos yang terentang melintasi Atlantik dan samudra-samudra Afrika, sebuah peta spiritual yang disulam dengan benang-benang sejarah kolonialisme, diaspora, dan, yang paling esensial, Saudade—sebuah konsep kehilangannya. Sejak abad ke-16, Luís Vaz de […]

Kedaulatan Narasi: Resolusi BRICS dalam Pencarian Jati Diri Sastra Indonesia

Oleh: Gus Nas Jogja* Ketika sebuah negara  anggota baru dalam aliansi geopolitik sebesar BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, dan anggota baru) diminta untuk mengajukan wakil sastranya, momen tersebut bukanlah sekadar proses administrasi. Ini adalah tindakan eksistensial kolektif. Panggung BRICS adalah medan di mana narasi bangsa diadu, diperbandingkan, dan diakui. Resolusi tentang Pembentukan Panitia […]

Multikulturalisme dan Manusia Indonesia

Oleh. Mudji Sutrisno SJ.*   Apa itu budaya dan bagaimana sebuah budaya berkembang dalam sebuah masyarakat? Apa dan bagaimana pertemuan antar budaya? Bagaimana sejarah kehidupan multikultur di Indonesia? Akan seperti apa kehidupan multikultur di Indonesia menghadapi globalisme? Apa dan bagaimana peran pendidikan dan kaitan akademisi dalam menghadapi tantangan multikulturalisme? Sebagai sebuah diskursus yang relatif baru […]

Pertarungan dan Sihir Bahasa

Oleh: Tjahjono Widijanto* Semenjak linguistik dikenal sebagai sebuah ilmu, bahasa berada pada dua ketegangan perdebatan dan keterbelahan. Belahan pertama memandang bahasa sebagai sebatas alat dan mereduksinya menjadi sekedar perkara gramatika. Belahan kedua, aliran yang memandang bahasa bukan sematamata persoalan gramatikal tetapi juga refleksi kategori-kategori mental kognitif manusia dan zamannya. ​Pada belahan pertama, bahasa dilihat sebagai […]

Picture-Story in Circuit of Culture: The Politics of Adaptations

 Oleh Seno Gumira Ajidarma* Kali pertama dimuat borobudurwriters.id. Terjemahan bahasa Indonesia akan tergabung dalam Dari Spider-Man sampai Wayang: Komik dalam Kajian Budaya (2025). Abstract An artefact of an assignment behind the cover of the picture-story Mummy (1968) opens ways on how it is adapted to Afterlife Man (1970) and, in turn, on how it was […]

Nasionalisme dalam Film Indonesia 

 Oleh Purnawan Andra* Nasionalisme di Indonesia selalu hadir dalam bentuk yang berlapis. Ia bukan semata slogan politik atau ritual peringatan setiap Agustus, melainkan juga imajinasi kolektif yang diproduksi dan dinegosiasikan terus-menerus lewat budaya, termasuk film.  Sejak era awal perfilman, layar telah berfungsi sebagai cermin sekaligus laboratorium bagi identitas nasional. Dari propaganda kolonial hingga euforia pascakemerdekaan, […]

Krisis Humanisme?

Driyarkara Dalam Homo Homini Socius   Oleh Mudji Sutrisno SJ.* I. Siapa Driyarkara?  Nicolaus Driyarkara S.J. dilahirkan pada tanggal 13 Juni 1913 di Kedunggubah, Purworejo. Tahun 1952, ia mendapat gelar Doktor di bidang Filsafat di Universitas Gregoriana dengan disertasi mengenai Nicolas Malebrance.  Tahun 1941-1942, ia sudah mengajar sebagai dosen di Girisonta. Lalu 1943-1946, menjadi pengajar […]

Etika Bunyi, Estetika Performatif dan Problematika Subaltern 

Oleh Purnawan Andra*  Malam-malam desa, jalan-jalan gang kota pinggiran, atau lapangan kecil di kampung-kampung Jawa Timur khususnya, kini sering kali bergema dengan irama dentuman bass dan sorak sorai dari pengeras suara raksasa. Fenomena ini, yang oleh masyarakat luas dikenal sebagai sound horeg, bukan sekadar perkara hiburan murah meriah. Ia adalah peristiwa budaya, semacam “konser rakyat” […]