Puisi-puisi Mahwi Air Tawar

Surat Soebek I
: Umam Dante

Bersama surat ini kulipat lelah udara
dalam tumpukan tumpak rapuh
sebelum lembaran kelaras
diam-diam relakan dirinya dirampas
dan segala wasiat bumi digunduli
gigi-gigi gergaji dan traktor-traktor
dari masa depan kerakusan
umat manusia.

Serat dan urat nadi bumi pun berkecai
berderai di antara tawa dan payau genangan
cita-cita dan bencana berdampingan
meminang musim dengan liontin hujan

Sahabatku ulat-ulat, gerogotilah
dendam dan benci dari pelukan takdir
setelah benih menjadi ampas
dan keinginan menerbangkannya
dari titian ulat, dari rumah burung
hari-hari riang pun terbang
melintasi hitam udara negeri

 

 

Surat Soebek II

Bersama surat ini ingin kukabarkan bahwa
keseimbanganku pincang tapi tak mengapa
kutakkan tersuruk apalagi berpaling dari takdirku
sediakan lembaran pengetahuan umat manusia
meski terkadang kesia-siaan semata didapat
dari jejak yang dibersamai niat
memetik buah pengetahuan
dari pohon pemahaman atas kehidupan

Tubuhku menjelma layang-layang bagi kesedihan
anak-anak di hari cemerlang
saat pandang gemintang, tak ada cerita di sana
hanya api membubung dari hutan telanjang

Kini tubuhku terbelah, tercecah
oleh gerigi gigi hewani
di lembaran kwitansi pembelian pikiran

 

 

Dari Pelataran

Yang menyilam dari pelataran
kisah-kisah bebas dari jiwa mekar
tentang raung binatang tak bisa berpaling
dari kekar gergaji pikiran orang dewasa
menjahit kelambu imajinasi anak-anak
dari masa depan gemilang
melipatnya dalam kusam kelambu kecemasan

Mengapa kau tarik aku dari masa kini?

Seperti sebuah kisah dalam dongeng
kisah-kisah mengusir kemurungan
dari lengkung kecemasan
sebelum busur pikiran dilesatkan
ke langit imajinasi anak-anak
penuh pijar bintang pengetahuan.

Kenapa kau pisahkan aku dengan masa depan?

Seperti sebuah kisah dalam madah
sulaman perca-perca nasihat
begitu seksi di baju-baju usia
seolah lebih indah dari kertas layang-layang
yang mengangkasa lampaui masa depan
hingga dunia petualangan menepi
di gelap kata-kata dan cerita.

 

*Mahwi Air Tawar, menulis puisi, cerpen, dan esai. Buku-buku terbarunya, Dari Ruang Belakang Peracik Kopi (puisi-2023), Musyawarah Para Pencuri (cerpen-2023).