Puisi-Puisi Abimardha Kurniawan
WAISAKA
suatu malam, bulan mengintipnya
dari dahan pohon ara.
sunyi bergelayut. angin pun diam
menyimpan suara dalam jantungnya.
sepanjang musim semi, di bulan waisaka
bunga-bunga tak lagi merasa indah.
hijau daun-daun hanyalah semu semata.
selepas yang kita miliki hanyalah sunyi.
Bumi Jawa, 2022—2024
SUNYA SAGARA NIRMALA SASI
laut kosong saat itu,
ombak-ombak terbaring
tiada angin melintas,
merawat aroma garam
yang kian pekat
apakah kita masih percaya
—ada hari kebangkitan
di depan sana?
sejauh terawang mata kita
hanya ada sunyi…
lautan kosong,
ombak terlelap
sementara bulan
meneteskan cahaya redupnya
seperti air mata…
Bumi Jawa, 2022—2024
KAYA BUMI SASI IKU
bulan bercermin
pada bungkahan batu pasir
ada kerlip berpendaran
seperti tangan-tangan tersisih
memohon belas kasih
“apakah engkau adalah aku?”
“bukan… aku adalah engkau!”
bulan dan bumi
saling menyapa
merayakan pertemuan
sepanjang malam gerhana…
Bumi Jawa, 2022
PARTIKEL
dialah bilangan yang sempat berucap,
lalu mengumpat dalam jejak tak nampak.
seperti garis sinar, atau lentik suar paling lembut,
dia telah turun dengan bobot paling ringan:
“aku melayang-layang sendiri
mencari arah dan sumbu gravitasi…”
Bumi Jawa, 2021
KALA
surai yang tiba kemerahan
dari balik ufuk,
sunyi pun beringsut surut.
di sini, kita temukan pagi
dalam kelelahan panjang.
semalam, ada udara hitam
membekas di telunjuk pohon.
sekarang, kita tak pernah tahu,
ke mana sisa-sisa doa ini
harus dibawa pergi…
Bumi Jawa, 2021
—–
*Abimardha Kurniawan, lahir di kampung Pandegiling, Surabaya, tanggal 26 Maret 1986. Pembelajar dalam bidang studi filologi dan epigrafi Jawa Kuno. Saat ini bekerja sebagai staf pengajar di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.