Pos

Mazmur 51: Puisi Ibrani Pembasuh Dosa

Oleh Tony Doludea Ada tercatat, pada waktu Daud menjadi raja Israel (1010–970 SM), TUHAN mengutus nabi Natan untuk menyampaikan pesan kepada Daud. Maka saat Natan berhadapan dengan Daud, ia menyampaikan cerita, bahwa ada dua orang dalam suatu kota, yang seorang kaya, yang lain miskin. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi. Si miskin […]

Tutup Ngisor, Sitras Anjilin dan Komunitas Seni Tradisi

Oleh Riwanto Tirtosudarmo Nama Tutup Ngisor pertama kali saya dengar dari Bung Hairus Salim. Mendengar nama  itu, ”Tiuup Ngisor”, entah kenapa ada yang terasa magistical di telinga saya. Saat itu, tahun 2000 saya menjadi koordinator tim penelitian cukup besar Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI tentang kebijakan kebudayaan masa Orde Baru. Jennifer Lindsey yang menjadi […]

Patrem, Cundrik dan Mitos Senjata Para Putri

Oleh Riyo Sesono Danumurti Patrem dan cundrik, karena bentuknya kecil dan pendek, seringkali disembunyikan di balik pakaian pemakainya, yang rata-rata adalah kaum wanita. Pusaka ini digunakan untuk membela diri, bahkan kalau perlu digunakan untuk suduk salira – bunuh diri- bila kehormatannya terancam. Tubuhnya terduduk bersandar pada tiang kayu tenda pesanggrahan. Tak bergerak. Namun wajahnya yang cantik […]

Literasi Kambing Etawa

Oleh Sigit Susanto Kafka memberi alasan, kenapa ia sering menulis cerita fabel. Ia menganggap setiap manusia semakin dipenjara dan saling menjauh satu sama yang lain. Untuk itu kini manusia timbul kerinduan baru untuk mendekat dengan binatang. Kafka tak hanya menciptakan karya novelet paling terkenal dengan tokoh protagonis Gregor Samsa dalam Metamorfosis (Die Verwandlung), ada yang […]

Suprapto Suryodarmo, 1000 Hari dan Selamanya (1000 Days and Forever)

Oleh Riwanto Tirtosudarmo Perayaan mengenang 1000 hari wafatnya Suprapto Suryodarmo pada hari Sabtu 24 September 2022; sederhana, indah penuh kedamaian. Memperingati 1000 hari wafatnya sesorang, adalah tradisi Jawa yang disebut sebagai “nyewu”. Pagi itu, di bekas padepokannya, Lemah Putih, Mojosongo, Surakarta; arwahnya didoakan secara Budha, karena Suprapto Suryodarmo beragama Budha. Setelah itu, kami berjalan kaki […]

Bu Kek Siansu: Seni Bela Negara, Jalan Pedang Kho Ping Hoo

oleh Tony Doludea Kho Ping Hoo menceritakan bahwa pada siang itu terdengar teriakan-teriakan dari para pengepung. “Tangkap mata-mata musuh!” “Bunuh pemberontak!” “Tangkap pembunuh Bouw-ciangkun!” Ribuan perajurit sudah bergerak lagi. Swat Hong memegang lengan suhengnya, Kwee Lun juga ikut mendekati Sin Liong. Betapapun juga, ia gentar menghadapi ribuan orang yang berteriak-teriak itu, apalagi ia tidak boleh […]

Agustusan, Mengenang Amir dan Lintong Yang Terlupakan

Oleh Imran Hasibuan 1. Tengah malam, 19 Desember 1948. Beberapa truk tentara keluar dari penjara Solo menuju kawasan terpencil, tak jauh dari Desa Ngalihan, Surakarta. Sampai di tempat tujuan, satu kompi tentara menggiring sekelompok tahanan ke liang kubur yang telah dipersiapkan sejak siang harinya. Sekejap kemudian, terdengar letusan senjata api memecah kesunyian malam. Satu per […]

Kitab Ratapan: Sastra Ibrani Memulihkan Kemanusiaan

Oleh Tony Doludea Pada sekitar musim panas 587 SM, Kerajaan Yehuda di Israel Selatan jatuh setelah dikepung oleh Nebukadnezar II sejak Desember 589 SM. Puncaknya adalah kehancuran kota dan runtuhnya Bait Suci Allah, serta pembuangan bangsa pilihan Allah itu ke Babel. Ini merupakan malapetaka paling dahsyat sepanjang sejarah bangsa Israel. Selama pengepungan, antara 18 sampai […]

SD Mangunan, Dirancang untuk Melawan Hukum Rimba Dunia Pendidikan

Oleh FX Domini BB Hera  Dua dekade telah berlalu pasca berpulangnya Romo Y.B. Mangunwijaya (1929-1999), rohaniwan serba bisa yang selalu gelisah pada ketidakadilan yang menimpa sesamanya. Banyak gagasan dan karya telah dilahirkannya. Menjelang akhir hidupnya, SD Eksperimen Mangunan menjadi pernyataan sikap dan perlawanannya terhadap hukum rimba di dunia pendidikan maupun pengajaran yang tidak ramah bagi […]

Potret Perempuan-Perempuan Malang

Oleh Sarah Monica* Membaca novel “The Women Destroyed” (1967), karya Simone de Beauvoir (1908-1986), barangkali akan membuat banyak pembaca perempuan jengah dan tidak nyaman. Apalagi jika dibaca dalam kondisi psikologis perempuan yang sedang tertekan. Novel tersebut jelas bukan pilihan yang tepat untuk sebuah penghiburan sesaat atau pengalihan kemelut suasana hati.  Kegusaran, kecamuk pikiran, dan pertarungan […]