Pos

Surat Untuk Ririd (R.H. Authonul Muther)

Oleh Nirwan Dewanto*   Bung Ririd,  Di setiap akhir tahun saya terjangkiti semacam pathos, yaitu bahwa sejumlah potongan masa lalu kembali lagi, sedikit menutupi pandangan ke depan; melankoli akan kiprah diri sendiri jadi lebih besar daripada kegirangan bersama anak dan keluarga saya. Juga sekarang ini. Desember tahun lalu saya bergegas menutup dan memberesi manuskrip Ke […]

Mencari Kambing Hitam Banjir Sumatera

Oleh: Gus Nas Jogja   Epistemologi Bencana dan Terminologi Dungu Ekologi Katastrofi hidrometeorologi yang melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh pada penghujung November 2025, yang menelan lebih dari 400 korban jiwa, adalah sebuah simfoni horor yang terus berulang. Bencana ini, dipicu oleh curah hujan ekstrem (lebih dari 300 mm per hari) dan dorongan Siklon […]

Menyajikan Peta, Mengonstruksi Wacana

Oleh Indro Suprobo & Ons Untoro ——————– Sosialisme memiliki banyak sekali bentuk dan merupakan fenomena yang beragam. Meskipun demikian ia memiliki empat karakteristik fundamental. Pertama, sosialisme memiliki komitmen untuk menciptakan masyarakat yang egaliter. Kedua, sosialisme memiliki kepercayaan tentang kemungkinan dibangunnya sebuah sistem egalitarian alternatif yang didasar-kan pada nilai-nilai solidaritas dan kerjasama. Ketiga, sosialisme memiliki pandangan […]

Kebudayaan Sebagai Ruang Hidup

Oleh Mudji Sutrisno SJ.* 1. Kebudayaan merupakan tata acuan nilai-nilai hidup perjalanan bermartabat bagi anak-anak dari rahimnya, baik sebagai individu maupun komunitas. Anyaman nilai agar hidup bersama itu berharkat bagi masing-masing sebagai manusia, membuat jalan budaya menjadi jalan peradaban. Kebudayaan adalah juga ruang hidup ‘intuitif’, tempat cita rasa estetis yang merayakan dan memuliakan kehidupan dalam […]

Imajisme Transendental dalam Perpuisian: Membaca Tanda-tanda Tuhan melalui Puisi

Oleh Abdul Wachid B.S.*   1. Pendahuluan: Pengantar tentang Imajisme dalam Sastra Imajisme adalah aliran dalam sastra yang menekankan penggunaan citraan yang jelas, padat, dan langsung. Gerakan ini dipelopori oleh Ezra Pound pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap kecenderungan puisi yang terlalu berbunga-bunga dan bertele-tele. Ezra Pound menetapkan tiga prinsip dasar imajisme: 1. Langsung […]

Puisi-puisi Abdul Wachid B.S

BALADA BATANG PETUNG YANG HILANG Di halaman itu anak-anak bermain bayang sendiri suara mereka seperti angin mengejar bentuk yang tak jadi. Dulu di tengah mereka ada batang petung berdiri menadah hujan menampung cahaya pagi dan mendengarkan burung jalak bertahlil sebelum embun benar-benar pergi. Tak hanya menadah hujan, ia pernah jadi bende penanda waktu, menggetarkan malam […]

 Pameran Seni ‘Descending’ di Artsphere, Dharmawangsa Square: Agnes dan Tali-Temali Primitif Yang Kontemporer 

Oleh Bambang Asrini Widjanarko* Seorang seniman muda, Agnes Hansella, 33 tahun membawa seni tali-rajut kuno, warisan bangsa Moor klasik, menjadi karya seni kontemporer terkiwari. Yang mengejutkan, karya-karya ‘separuh ekspresif-nya’, di masa lalu itu mempesona brand-brand luxurious seperti Hotel Marriott, Louis Vuitton (LV), sampai Hermès.  Kali ini, galeri seni Artsphere, milik pecinta seni sejati, Maya Sudjatmiko […]

Hikayat Perupa dalam Sinema # 7: Hiruk-pikuk Maestro Nadera, dan Kisah “Jero Makendang” yang Malang

Oleh Agus Dermawan T.* Ada satu lukisan yang berlari ke sana ke mari mencari posisi. Namun drama nasib membuat lukisan itu merana. Apa benar lukisan Beratha Yasa punya suratan takdir? Percaya nggak percaya. Ada pula perupa yang hidupnya seperti komedi, namun namanya menjulang tinggi. I Gusti Bagus Made Nadera namanya. ———— Kesialan “Jero Makendang”  PADA […]

Seni Abad 21: Membosankan Atau Membebaskan?

Oleh Eko Yuds  Seni modern hidup di antara kebebasan dan kebingungan. Ia tak lagi terikat oleh bentuk, gaya, atau pusat, tetapi juga kehilangan arah dan makna. Dari kardus sabun Warhol hingga mural di jalanan Yogyakarta, seni abad 21 menatap dunia tanpa peta—kadang membosankan, kadang membebaskan. Inilah zaman ketika karya bukan lagi sekadar benda, tetapi pernyataan […]

Pak Uka “Hidup Kembali”: BWCF Ke-14 2025

Oleh Oman Fathurahman* Semenjak Dr. Uka Tjandrasasmita (1930-2010) wafat, saya sering mengatakan di berbagai forum: “Pak Uka, demikian saya biasa menyapa, membawa Arkeologi Islam ikut terkubur bersamanya”. Mengapa? Karena setelahnya, bidang arkeologi Islam senyap sepi peminat, tidak ada kader penerus yang mengkaji batu-batu nisan periode Islam khususnya. Apalagi, yunior Pak Uka, Professor Hasan Muarrif Ambary […]