Yoga dan Bhadgawa Gita

Oleh Helena Rea*

Yoga secara etimologis berasal dari akar kata yoking’ (yuj-) yang diartikan sebagai ‘persiapan, aktivitas’ pengutuhan (integrasi) pribadi, berkat kegiatan buddhi (jiwa). Ia berakhir dengan pelepasan total dari segala kepentingan di luar diri.1 Secara umum yoga berarti cara bagaimana Tuhan bisa bersatu dengan manusia. Ada beberapa istilah teknis lain yang diikuti dalam proses ini seperti Maya yang diartikan sebagai energi kreatif Tuhan. Lalu ada istilah Purusha memiliki kesejajaran dengan makna ‘jatidiri; dalam Bhagavad-Gita purusha adalah jatidiri yang masih terjerat dalam materi dan muncul sebagai ‘jatidiri yang mewujud.2 Alam atau prakrti adalah bagian dari mmateri keseluruhan, di mana budi adalah bagian dari keseluruhan tersebut. Selalin itu juga ada Dharma yakni hukum sebagai sebuah moralitas). Secara singkat menjelaskan tentang Bhagavad-Gita yakni kitab yang paling dikenal dan paling mudah diterima oleh berbagai kalangan dibandingkan kitab-kitab lain dalam ajaran Hindu. Dalam pandangan R.C Zaehner, Bhagavad-Gita merumuskan faham pembebasan manusia dan ketuhanan, yang kemudian dimodifikasi dengan memperkenalkan ketuhanan Krishna dan jalan pembebasan melalui bhakti. 3

Ada empat istilah dalam yoga: 

  • Gita-Yoga atau Jñāna yoga adalah jalan pengembangan kebijaksanaan spiritual. Pada tahap ini yoga merupakan sebuah proses integrasi, sebagaimana tampak dalam syair: 

‘yang memusatkan pikirannya pada Tuhan dan melayani Dia’, ‘yang dipenuhi dengan iman tertinggi’, ‘yang menyerahkan semua pekerjaan mereka pada Tuhan’, ‘yang meninggalkan hasil dari semua pekerjaan’, ‘yang membangkitkan jiwa untuk memasuki Tuhan’,’ yang menemukan rumah mereka di dalam Tuhan’, ‘yang menjatuhkan kebencian karena tidak ada makhluk abad’, ‘yang ramah dan penuh kasih sayang’, ‘yang menyingkirkan pikiran ‘aku’ dan ‘milikku’, ‘Yang menyembah Tuhan dengan cinta’, ‘yang sangat dicintai oleh Tuhan’.4

Gita-Yoga adalah sebua proses pembebasan spiritual. Ia adalah sebuah sintesis (integrasi) dari tindakan, pengetahuan, dan rasa cinta

‘sebagai tindakan integrasi diri yang menemukan ekspresi rangkap tiga dalam tindakan, pengetahuan dan cinta, dan yang mencari pemenuhan terakhirnya dalam persatuan dengan Allah pribadi.’5

Tindakan tanpa pengetahuan, apalagi tanpa rasa cinta tak akan mengarahkan jalan menuju pertemuan dengan Tuhan. Maka Gita mengajarkan cara berpikir, dengan berdasar pada pengetahuan, dan juga memiliki moral/hukum kasih. 

  • Karma-Yoga (cara bertindak) adalah proses liberasi dengan kelahiran kembali. Proses ini adalah cara untuk mengingatkan diri bahwa badan, pikiran, dan kehendak adalah cara untuk mengikutsertakan dirinya dengan Tuhan dalam melayani umat. Melalui karma-yoga individu terus berupaya untuk menyatukan diri dengan Tuhan dengan kegiatan-kegiatan yang bukan berasal dari dunia. dengan hasrat yang mencapai hasil tertentu, menggenapi hasrat pada saat yang bersama juga melekat pada dampak (hasil) dari tindakan individu tersebut. Karma berarti terus bekerja tanpa henti, tanpa mengalihkannya ke sesuatu yang lain atau menjadi malas.6

  • Sastra-Yoga, merupakan proses pengembangan jiwa untuk mencapai jalan menuju Tuhan. Hal yang ditekankan dalam sastra-yoga adalah disiplin diri. Upaya untuk terus melatih diri dan melatih kekuatan pikiran, dan rasa cinta, makan displin akan membawa individu dalam perjumpaannya dengan yang ilahi.
  • Bhakti-Yoga. Yoga ini merupakan pemenuhan hidup melalui jalan cinta. Jalan ini merupakan penyehan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Bhakti sendiri berasal dari kata ‘bhaj-‘yang berarti utama, sumber untuk cinta, kasih. Secara hariah ia diterjemahkan sebagai kesetiaan akan kasih. Cinta dalam bhakti-yoga mengindikasikan adanya huhunga personal (kasih yang sepenuhnya) antara individu dengan Tuhan. Kasih di sini hanya memberikan fokusnya pada Tuhan sepanjang masa. Bhakti adalah perwujudan cinta dalam hati individu. 

Yoga dalam Bhagavad-Gita merupakan tujuan dalam hidup yakni agar manusia boleh hidup dalam penyatuan, dalam cinta dan harmoni dalam hubungan yang penuh kasih hanya dengan Tuhan saja.


 1A. Sudiarja, Membaca Bhagavad-Gita: Bersama Prof. R.C. Zaehner, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2012), 61.

2Sudiarja, Membaca Bhagavad-Gita, 64.

3Sudiarja, Membaca Bhagavad-Gita, 125.

4 Malpan, Comparative Study of the Bhagavad-Gita,  ‘who fix their thoughts on the Lord and serve Him’, ‘who are filled with the highest faith’, ‘who cast off all their works on the Lord’, ‘who renounce the fruit of all works’, ‘who stir up their soul to enter the Lord’, ‘who find their home in the Lord’, ‘who fell hatred for no contingent being’, ‘who are friendly and compassionate’, ‘who do away with thoughts of ‘I’ and ‘mine’, ‘who worship the Lord with love’, who are loved by the Lord exceedingly’, 100.

5 Malpan, Comparative Study of Bhagavad-Gita, ‘as act of self-integration which finds its threefold expression in action, knowledge and love, and which seeks its final fulfilment in union with the personal God.’, 101.

6Malpan, Comparative Study of Bhagavad-Gita, 105-107.


*Penulis adalah jurnalis dan pemerhati filsafat