Sutradara Nurman Hakim, Sang Doktor Antropologi Film

Nurman Hakim, sutradara lulusan FFTV IKJ  yang dikenal lewat film-filmnya: 3 Doa 3 Cinta, Khalifah, Bid’ah Cinta dan The Window meraih gelar Doktor Antropologi Film minggu ini di Universitas Indonesia. Disertasinya cukup sulit berjudul: Film, Santri dan Identitas:Pengonstruksian Identitas Santri melalui Film Religi Dalam Pusaran Tradisi.

Poster informasi Sidang Promosi Doktor Nurman Hakim. (Foto: Penulis)

Nurman melakukan penelitian lapangan  di pesantren Tebuireng Jombang – Jawa Timur. Ia  mengamati dan terlibat secara langsung kegiatan serta proses produksi film religi oleh santri-santri. ”Film yang dianggap oleh kalangan pesantren sebagai produk modernitas, datang dari barat dan sekuler, kerap kali berbeda dengan nilai-nilai (values) yang ada dalam tradisi pesantren. Disertasi ini mengeksplorasi pertemuan antara nilai-nilai yang ada di tradisi pesantren dengan medium film (modernitas),” katanya.

Dari pengamatannya atas kegiatan produksi film religi di Tebuireng itu, ia melihat  nilai-nilai lama dan baru  berbenturan, bernegosiasi dan juga terinkorporasi dalam diri santri. Nilai-nilai yang terinkoorporasikan itu lalu mengonstruksi identitas agama santri. Menurut Nurman tindakan dalam memproduksi film religi adalah juga usaha membangun identitas pembuatnya dan komunitasnya, sekaligus menjinakkan modernitas (film). Identitas itu kemudian terkontestasikan dengan identitas kelompok Islam lainnya yang ada dalam film-film religi yang beredar di ruang publik. 

Nurman Hakim dan bunga ucapan selamat dari Masduki Baidlowi. (Foto: Arsip Nurman Hakim)

”Analisa teks (visual-audio) film religi sebagai material culture yang saya kombinasikan dengan penelitian lapangan dan literatur, menunjukkan adanya kontestasi antar identitas dalam satu agama, sekaligus memperlihatkan adanya keterhubungan antara dunia nyata dengan dunia dalam film,” kata Nurman. “Suara-suara” yang dibawa oleh para santri pembuat film, dalam hal ini nilai-nilai yang diyakini dalam kehidupan sehari-hari secara disadari maupun tidak, menurut Nurman termanifestasikan di dalam film para santri itu. Penelitian Nurman  juga menunjukan bahwa film didayagunakan dan diinkooporasikan dengan nilai- nilai dari tradisi pesantren oleh para santri untuk keberlanjutan dan perkembangan tradisi pesantren itu sendiri.

Nurman meraih Cum Laude  setelah sidang ujian disertasi yang diketuai  Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto dengan debat yang panas pada tanggal 4 Januari 2023 pukul 13.00 di Gedung F. Ruang Auditorium FISIP UI Depok. Co promotor  Nurman, Dr. Tony Rudyansjah, mengatakan bahwa dari hasil disertasi itu, Nurman Hakim dapat dianggap sebagai doktor antropologi film di Indonesia, yang memahami soal film dan antropologi. Promotor mengatakan bahwa disertasi Nurman Hakim akan berguna bagi studi antropologi di Indonesia dan juga studi film di Indonesia.

Nurman Hakim pada sidang Doktor (1). (Foto: Arsip Nurman Hakim)

Nurman Hakim pada sidang Doktor (2). (Foto: Arsip Nurman Hakim)

“Tulisan saya Februari ini akan dimuat di jurnal antropologi terbaik di Australia, the Asia Pacific Journal of Anthropology yg diterbitkan oleh Australian National University (ANU).,”kata Nurman kepada BWCF.  Proficiat Bung Nurman Hakim!

BWCF 2024