Gilang Ramadhan dan Biografi William Soeryadjaya

“Papa dan Om Wiliam seperti inikah launching buku yang kalian inginkan?” Sembari mendongakkan kepala ke atas dan menengadahkan tangan, Gilang Ramadhan mengucapkan kalimat itu saat mengakhiri kata sambutan peluncuran buku Memoar William Soeryadjaya di Teater Besar Taman Ismail Marzuki hari Rabu, minggu lalu. Buku yang diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) adalah karya ayah Gilang, Ramadhan KH. 

“Arsip buku ini tersimpan kurang lebih 21 tahun, akhirnya bisa terbit,” kata Gilang. Dan acara peluncuran buku tersebut lain daripada lain. Sebuah pementasan teater yang menampilkan persahabatan antara William Soeryadjaya dan Ramadhan KH disajikan. Pementasan itu disutradarai Agus Noor dan diproduseri Happy Salma. Ramadhan KH diperankan oleh Reza Rahadian (terlalu ganteng dan atletis untuk sosok Ramadhan) dan William Soeryadjaya  dimainkan oleh Verdi Solaiman. Serta musik ditata oleh Gilang sendiri.

Foto buku Memoar William Soeryadjaya. (1). (Foto: BWCF)

Foto buku Memoar William Soeryadjaya. (2). (Foto: BWCF)

Pementasan informatif. Secara keseluruhan yang ditampilkan adalah bagaimana saat Ramadhan KH mewancarai William Soeryadjaya. Di panggung terdapat layar yang menampilkan foto-foto lama William. Reza Rahadian berkaos oblong putih duduk menghadapi mesin ketik seolah tengah menuliskan hasil wawancaranya (yang menarik mesin ketik asli Ramadhan KH beserta kertas-kertas manuskrip biografi ini juga dipamerkan di lobi Teater Jakarta). “William Soeryadjaya” di panggung bercerita mengenai bagaimana ia bertemu calon istrinya Lily di Bandung dan kemudian menikah dan memiliki anak. Bagaimana mereka pernah tinggal di Belanda, dan William belajar penyamakan kulit. Bagaimana sepulang ke Indonesia, setelah mendirikan pabrik penyamakan kulit ia memulai bisnis otomotif dan mermberi nama perusahaannya dengan nama Dewi Yunani: Astra. Foto-foto lama yang disajikan di panggung  membantu penonton membayangkan kronologi hidup William.

Foto mesin tik asli milik Ramdhan KH yang dipakai menulis biografi. (Foto: BWCF)

Sebagai pertunjukan yang para pemainnya hanya berlatih 12 hari drama ini lumayan. Sutradara Agus Noor tampak menghindar untuk menampikan peristiwa genting dalam hidup William seperti tatkala Malari, terjadi kerusuhan besar menolak impor dari Jepang dan kantor Astra dirusak masa karena dianggap bagaian dari Jepang atau saat William mengambil keputusan sulit menjual mayoritas saham Astra untuk menyelamatkan nasabah Bank Summa atas kejatuhan bank yang didirikan anaknya itu. Padahal semua ini diceritakan secara lengkap oleh Ramadhan KH dalam biografi.  Sebuah bagian yang paling dramatis dalam hidup William. Hal itu bisa dipahami karena malam itu pertunjukan teater bukan untuk publik luas, para penonton adalah undangan khusus yang dihadiri karyawan Astra dan para pengusaha.

“Saat remaja saya pernah iseng bertanya kepada papa saya, kenapa orang-orang ingin ditulis biografinya oleh papa,” kata Gilang. “Papa saya saat itu menjawab sederhana, .karena mereka ingin riwayat hidupnya kelak dibaca cucu-cucunya,”tambah drummer terkenal itu. Dan malam itu baik perwakilan cucu William Soeryadjaya dan cucu Ramadhan KH diminta naik ke panggung untuk menerima buku.    

BWCF 2024