Azwar AN, Sang Penggerak Teater Jogya Itu Telah Pergi
Azwar AN wafat. Dunia teater Indonesia kehilangan seorang tokoh yang sangat karismatik. Seseorang yang memiliki komitmen luar biasa dalam teater. Seseorang yang mencurahkan seluruh daya hidupnya sampai sepuh untuk teater. Masih hangat dalam kenangan 11 Januari 2020 – sebelum pandemi, Azwar AN dalam usianya yang lanjut masih memimpin Teater Alam mementaskan naskah tragedi Yunani karya Sophocles Oedipus Rex (terjemahan Rendra) di Taman Budaya Yogya.
Nama Azwar tidak bisa dipisahkan dari Teater Alam. Teater Alam adalah kelompok teater senior di Yogya yang dibentuk Azwar tahun 1972 dan masih bertahan sampai sekarang. Oedipus Rex sendiri adalah sebuah naskah Yunani kuno – bagian pertama dari trilogi Oedipus. Naskah ini banyak ditafsirkan dan dipentaskan kalangan teater dunia manapun.
Dan di masa pandemi – banyak kalangan pengamat teater dunia tiba-tiba sadar bahwa naskah Oedipus Rex sesungguhnya adalah salah satu naskah tua dunia yang menginformasikan tentang wabah. Pembukaan naskah ini dibuka dengan adegan awal bahwa kota Thebes tempat Oedipus bertahta dilanda wabah besar. Dan ahli nujum mengatakan kota ini mengalami kutukan dewata. Memang Sophocles menulis naskah ini setelah Athena dilanda wabah besar.
Adalah mengharukan saat itu Azwar AN, di usianya yang 83 tahun masih berusaha menyutradarai Oedipus Rex. Sebelum mengawali pertunjukan, Azwar berpidato bahwa teater adalah sebuah jalan hidup yang tak akan ditinggalkannya. Azwar sendiri adalah sosok yang mengenal naskah Oedipus Rex secara baik. Pada tahun 1969 – setelah Rendra pulang dari Amerika dan membentuk Bengkel Teater ia terlibat dalam pementasan. Bisa disebut itu adalah pertama kala naskah Oedipus Rex diperkenalkan ke khalayak teater Indonesia.
Azwar AN boleh disebut adalah salah seorang pelopor teater kontemporer di Indonesia. Azwar lahir di Palembang pada tanggal 6 Agustus tahun 1937 dengan nama lengkap Adhikrama Azwar AN. Sejak remaja ia sudah berteater. Pada tahun 1954, bersama Teater Raden Intan, Azwar mementas pertunjukan-pertunjukan : Drama Pemetik Lada, Ayahku Pulang, Terimakasih Pujaanku. Pementasan-pementasan itu terjadi di Tanjung Karang, Lampung. Azwar memasuki Yogya di tahun 1962. Di Yogya awalnya ia bergabung dengan Teater Muslim pimpinan Mohammad Diponegoro. Ia lalu membentuk Sanggar Sriwjaya di tahun 1964. Ia juga masuk ke ASDRAFI (Akademi Seni Drama dan Film).
Bersama Teater Sriwijaya ia mementaskan Mr. X, Jebakan Maut, Pantomim, dan Lawan Catur Sriwijaya dan 2 naskah lainnya di Lampung pada tahun 1964. Bersama Teater Asdrafi ia mementaskan: Drama Tuan Kondektur. Pada tahun 1965 selepas dari Teater Sriwijaya Azwar bergabung dengan Teater Antasari pimpinan Ajim Aryadi dan terlibat dengan pementasan Alam Roh Kalimantan, Pangeran Antasari, Tuan Abdullah. Selanjutnya Azwar bergabung dengan Teater PWI Yogyakarta dan mementaskan Badai Asmara dan Nan Tungga Magek Jabang. Tahun1964-1965 Azwar juga aktif pada Komunitas Teater Mahasiswa Islam.
Selama masa itu Azwar bergaul akrab dengan para dedengkot teater Yogja seperti Kirdjomulyo, Nasjah Jamin, Maruli Sitompul, Danarto dan Imam Sutrisno yang semuanya kini sudah meninggal.
Pada tahun 1967 Rendra yang belajar teater di Amerika selama 3 tahun pulang ke Yogya. Azwar bersama Bakdi Sumanto (alm) dan Moortri Purnomo (alm) membujuk Rendra membentuk sanggar teater. Rendra awalnya enggan. Namun kemudian berdirilah Bengkel Teater. Azwar bisa disebut pendiri Bengkel Teater yang masih hidup. Bersama Bengkel Teater pimpinan Rendra, Azwar teribat dalam pementasan: Mini Kata, Oedipus Rex, Menunggu Godot, Hamlet, Machbet, dan Qasidah Al Barzanji.
Pada tahun-tahun itu, Azwar sering disebut sebagai tangan kanan Rendra. Bahkan Rendra pernah membuat sebuah karya khusus mengenai Azwar. Rendra menciptakan karya berjudul Dunia Azwar. Dunia Azwar menggambarkan tentang kehidupan Azwar. Judul Dunia Azwar dipilih karena, setiap produksi Bengkel Teater selalu muncul Azwar. W.S. Rendra pernah juga membuat cerita berjudul: Dimanakah Saudaraku Azwar. Cerita ini mengisahkan tentang kedekatan W.S Rendra dengan Azwar. Dalam pementasan Dunia Azwar tersebut, Rendra menjadi sutradara sedangkan Azwar menjadi asisten sutradara. Pada pertengahan proses Rendra berangkat ke London untuk melakukan pentas pembacaan puisi. Selama sekitar satu bulan proses penggarapan akhirnya diserahkan ke Azwar. Pada tanggal 14 Oktober1974 Dunia Azwar karya Rendra dipentaskan di Seni Sono.
Bukan hanya Rendra yang pernah menulis naskah drama karena terinspirasi Azwar. Sastrawan Danarto (alm) juga pernah membuat naskah drama yang dipersembahkan kepada Azwar. Judulnya : Obrok Owok Owok Ebrek Ewek Ewek. Naskah ini sangat fenomenal, karena Danarto bereksprimentasi dengan lokasi ruang. Dua percakapan di lokasi yang berbeda dengan tema yang sama dihadirkan Danarto dalam satu adegan yang sama. Sehingga imajinasi penonton nisa membayangkan dua tempat berbeda. Naskah ini sering dimainkan di mana-mana. Habib Chirzin, pemikir dan penulis masalah KeIslaman, masih ingat sebelum Obrok Owok Owok Ebrek Ewek Ewek dipentaskan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sekitar tahun 1970 an – dirinya bersama teman-temannya mengundang Azwar untuk mementaskan naskah ini lebih dahulu di Pendapa Sopingen, di belakang rumahnya di Kota Gede.
Pada – tahun 1972 itu Azwar memang sudah keluar dari Bengkel Teater. 31 Desember 1971, tepatnya Azwar keluar dari Bengkel Teater. Empat hari setelah keluar dari Bengkel Teater persisnya pada tanggal 4 Januari tahun 1972, Azwar membentuk Teater Alam. Beberapa anggota Bengkel Teater seperti Moortri Purnomo dan Fajar Suharno ikut membantu Anwar melatih anggota Teater Alam. Pentas pertama Teater Alam digelar Azwar tahun 1972 di Hall Kridosono. Ia menampilkan naskah Diatas Langit Ada Langit yang merupakan karyanya sendiri. Naskah ini berkisah tentang protes mayat-mayat dari liang kubur. Pementasan yang disutradarai Azwar AN ini melibatkan 14 pemain. Setelah pentas di Hall Kridosono, Teater Alam diundang pentas di Taman Ismail Marzuki memainkan naskah yang sama.
Pada tahun 1973, kembali melakukan pentas dengan judul Si Bachil di Senisono Yogyakarta dan Taman Ismail Marzuki setelahnya. Kemudian setelah itu menyusul naskah Ketika Bumi Tak Beredar dipentaskan pada tahun yang sama di Senisono Yogyakarta dan Taman Ismail Marzuki Jakarta. Tahun 1974, Teater Alam mementaskan 3 naskah di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta, diantaranya: Enam Watak Mencari Pengarang terjemahan karya Pirandello: Six Characters In Search of An Author dipentaskan di Gedung Senisono Yogyakarta, Gedung Kesenian Surabaya dan Taman Ismail Marzuki. Kemudian setelah itu naskah Bung Besar karya Misbach Jusa Biran menyusul dipentaskan di Gedung Senisono Yogyakarta dan Taman Ismail Marzuki Jakarta. Setelah itu naskah klasik Shakespeare: Machbet dipentaskan di Senisono Yoyakarta.
Pada tahun 1975, tanggal 12 Juni Teater Alam mengadakan Parade Drama Generasi Muda Teater Alam. Salah satu acara misalnya pementasana dua sutradara muda Meritz Hindra dan Nanok H dalam naskah Yerma karya Fredico Garcia Lorca terjemah Asrul Sani di Gedung Batik PPBI. Selain itu pada tahun 1976 di Gedung Teater Senisono Teater Alam mengadakan pementasan bertajuk: 7 Aktor 3 Drama. Acara ini menarik karena 7 aktor mementaskan 3 drama dilakukan selama satu malam saja. Dan, ke-7 aktor tersebut dituntut menyutradarai dirinya sendiri serta melakukan make-up sendiri serta peran-peran lainnya.
Di Yogya, Azwar juga dikenal mempelopori terbentuknya Arisan Teater. Azwar mendirikan Himpunan Teater Yogyakarta tahun 1974-1986. Dalam arisan teater ini kelompok teater yang tergabung dalam Himpunan Teater Yogyakarta bergantian mementaskan pertunjukan. Teater mana yang mendapat giliran menyediakan semua kebutuhan pementasan teater baik dari segi peralatan ataupun konsumsi. Arisan teater ini tak syak meramaikan perteateran di Yogyakarta. Pada awal berdirinya Arisan Teater ini selain Teater Alam anggotanya terdiri dari 5 grup, yaitu: Teater Dipo, Merah Putih, Terarosa, GadjahMada, dan Teater Pandak. Selang beberapa tahun kemudian anggota Arisan Teater bertambah menjadi 126 grup .
Selain teater, mulai tahun 1974, Azwar terjun ke dunia film dan langsung menjadi asisten sutradara Nya Abbas Akup dalam film: Bing Slamet Koboi Cengeng. Tahun 1976 Azwar menjadi penulis skenario merangkap sutradara bersama Ami Priyono dalam film: Kampus Biru. Pada tahun 1977 Azwar berkesempatan menjadi sutradara dalam film Tiga Cewek Indian, Gara-gara Janda Kaya, dan Sisa Feodal. Pada tahun 1984-1985, Azwar terjun ke dunia sinetron lewat Nyi Mas Mirah (tahun 1986) produksi TVRI, Bunga Untuk Tantri, Kontak Tani yang di dalamnya Azwar berperan sebagai pemain.
Pada tahun 1980 Azwar diangkat Ketua Parfi cabang Yogyakarta. Azwar bertahan sebagai ketua Parfi Yogyakarta selama 25 tahun. Setiap ada pembuatan film di Yogyakarta, Parfi menyediakan pemain. Pada tahun 1985, Azwar diminta untuk ikut serta menangani Festival Kesenian Yogyakarta. Azwar diminta menjabat sebagai ketua seni pertunjukan. Selama 6 tahun Azwar terlibat dalam FKY. Pada tahun 1987 Teater Alam mengikuti seleksi Festival Kuala Lumpur di Malaysia, dari 40 grup yang mengikuti seleksi, Teater Alam berhasil mengikuti acara tersebut. Di Malaysia Azwar memanggungkan Oedipus Rex dan Qasidah Al-Barzanzi. Pada tahun 1992-1998, Azwar diminta menjadi pimpinan tari Ramayanadi Purawisata. Azwar mampu mengubah image Purawisata menjadi tidak semata-mata pertunjukan dangdut tiap malam tapi juga menjadi salah satu objek wisata pertunjuan tari klasik yang berkualitas. Pertunjukan tari Ramayana di Purawisata banyak dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Pada tanggal 15 dan 17 Juli tahun 1999, secara fenomenal Azwar menyutradarai trilogi Oedipus secara komplet selama 9,5 jam di Purna Budaya UGM. Pementasan mulai dari pukul 20.00-05.00 pagi. Trilogi Oedipus adalah tiga naskah karya Sophocles: Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus dan Antigone. Belum pernah selama ini trilogi Oedipus ini dimainkan secara lengkap dan langsung. Dan Azwar mementaskan tiga naskah ini sambung menyambung dan berturutan. Penonton dan para penikmat teater akibat pertunjukan ini mampu melihat kisah tragedi Oedipus ini secara utuh. Penonton dapat melihat struktur dan dramaturgi karya Sophocles itu secara jelas dan gamblang. Penonton dapat melihat kisah hidup Oedipus yang tragis serta anak-anaknya secara kronologis tanpa terpenggal penggal. Hal yang boleh dikatakan langka sebab biasanya naskah-naskah ini dimainkan secara terpisah. Pertunjukan itu sendiri dapat dibilang merupakan pertunjukan dengan rekor pertunjukan terpanjang pada masa itu,
Di tahun 2010, Teater Alam mementaskan Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto dan Petang di Taman karya Iwan Simatupang dengan sutradara Puntung CM Pudjadi dan Tertib Suratmo. Pementasan yang dilangsungkan di Concert Hall Kridosono ini dalam rangka Ulang Tahun Teater Alam yang ke-38. Selanjutnya di tahun 2017, Teater Alam memanggungkan Perkawinan karya Nicolai Gogol di Gedung Societet Yogyakarta dengan sutradara Meritz Hindra, guna memperingati 45 tahun Tater Alam. Pada 8 November 2018, Teater Alam memanggungkan Montserrat karya Emmanuel Robles dengan para pemain lintas generasi yang disutradarai oleh Puntung CM Pudjadi, bertempat di Concert Hall Kridosono.
Tahun 2020, Azwar A.N di usianya yang 83 tahun seperti dikatakan di atas turun gunung lagi untuk menyutradarai Oedipus Rex atau Oedipus Sang Raja. Di tahun 2020 itu dia mendapat penghargaan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai tokoh pelopor seni atas jasa-jasanya ikut menggerakkan dunia perteateran Yogja dan nasional sejak tahun 60-an. Dari tahun 60-an sampai akhir hayatnya Azwar memang tak berhenti berkarya dalam teater. Pengaruh Azwar terhadap perkembangan teater di Yogya besar. Tahun depan nanti (2022) adalah tepat ulang tahun ke 50 Teater Alam. Anggota-anggota senior Teater Alam yang tersebar kemana-mana tampak setelah pementasan Oedipus Rex berusaha mempersiapkan acara peringatan itu.
Azwar AN meninggal pada hari Senin tanggal 27 Desember 2021 di Jalan Sawo 1 no:06 Griya Wirokerten Indah, Yogja. Ia tidak sempat tahun 2022 nanti ikut merayakan ulang tahun ke 50 Teater Alam. Teater yang didirikannya dan dihidupinya dengan sepenuh hati. Rest In Peace Azwar.
----BWCF2021----