Sigit Susanto

Cinta Kafka dan Felice

Oleh Sigit Susanto

Judul: Kafka dan Felice
Penulis: Unda Hörner
Penerbit: ebersbach & simon, Berlin
Tebal: 333 halaman
Bahasa: Jerman

Kafka und Felice

Sampul buku Kafka und Felice

Pertemuan Pertama di rumah Max Brod

Ada tiga pacar Kafka pada periode yang berbeda. Pertama, Felice Bauer, seorang juru tulis dan penulis steno tinggal di Berlin. Kedua, Milena Jesenska, seorang penerjemah bahasa Cheko tinggal di Wina. Ketiga, Dora Diamant, seorang pekerja panti anak-anak Yahudi tinggal di Berlin.

Dari ketiga pacar Kafka itu, hanya Felice dan Milena yang masih menyimpan surat-surat Kafka, sehingga bisa diterbitkan, sedang surat-surat Kafka dan manuskrip Kafka pada Dora telah dilenyapkan oleh polisi Jerman di zaman Nazi.

Pertemuan pertama Kafka dan Felice pada 13 Agustus 1912 di rumah Max Brod, Schalengasse, Praha. Siapa sebenarnya Felice Bauer itu? Sepupu Felice kawin dengan adik perempuan Max Brod bernama Sophie.

Waktu itu Felice sedang melakukan perjalanan liburan ke Budapest, kemudian menjelang malam ia mampir ke rumah Max Brod di Praha. Di ruang makan ada orang tua Max Brod dan Otto, adik laki-laki Brod sedang makan, tiba-tiba pintu rumah ada orang yang mengetuk, Brod menatapnya.

Masuklah gadis asal Berlin itu. Ia lekas bergabung di ruang makan sembari menunjukkan beberapa foto tentang kapal uap Thalia.

Pukul 21.00 lebih datang Kafka membawa manuskrip Meditasi (Betrachtung) untuk dibicarakan dengan Brod. Kafka merasa agak aneh hendak bicara tentang karyanya, karena ada tamu perempuan. Felice sangat terkesan dengan tamu yang baru masuk rumah itu, terutama gesture Kafka saat menuju ke meja.

Perlahan terjadilah percakapan antara Kafka dan Felice. Ketika Kafka menceritakan tiga adik perempuannya, Felice pun bercerita tentang tiga adik perempuannya, juga satu-satunya adik lelaki bernama Ferdinand alias Ferri.

Ketika piring-piring di meja makan dikemasi, Otto, adiknya Brod mengajak Felice membicarakan tentang piano. Mereka berpindah ke ruang piano dan Felice bangkit dari mejanya, Kafka menatap pantofel Felice yang pinjam dari istri Brod, karena sepatunya basah dan sedang dikeringkan.

Di ruang piano itu Felice duduk saling berhadap-hadapan dengan Kafka. Kafka menaruh manuskripnya di atas meja. Kafka merasa tertekan, karena Brod akan mengirimkan salinannya ke Felice. Kafka merasa tak nyaman karyanya yang belum dikoreksi itu dan akan diterbitkan harus dikirim ke perempuan yang belum dikenal. Felice melihat manuskrip tulis tangan Kafka. Adapun isi karya itu sudah diketahui Felice yaitu tentang persiapan perkawinan.

Felice mulai bercerita tentang pekerjaannya sebagai sekretaris di pabrik Gramaphone Lindström di Berlin. Kafka dan Brod mendengarkan dengan saksama. Tak terasa waktu merambat cepat hingga Felice harus segera kembali ke hotel, karena barang-barangnya belum dikemasi. Ia kembalikan pantofel ke istri Brod, dan cepat-cepat langsung menyambar sepatunya. Istri Brod berujar, Felice jalannya pincang. 

Menuju penginapannya hotel Blauer Stern, Felice diantar oleh Adolf, ayah Brod dan Kafka dengan membelah jalan yang sudah gelap.

Di perjalanan Kafka bertanya, apakah Felice suka keluar malam di Berlin? Felice sebut, suka namun untuk menonton teater. Ketika Adolf Brod menanyakan alamatnya di Berlin, Felice sebutkan tinggal dekat jalan besar di Leipziger Strasse. Di jalan itu sering dilewati dokar yang ditarik kuda.

Pada kesempatan itu Kafka menanyakan sekali lagi, apakah janji Felice untuk liburan bersama dirinya itu serius? Felice menjawab, bahwa ia bukan tipe orang yang mudah berubah-ubah. Keduanya bersalaman dan Felice naik ke kamar hotelnya di lantai dua. Di kamar Felice menghadap kaca melihat model rambutnya. Kafka menatap dengan pandangan menyelidik yang membuatnya grogi.

Penginapannya itu tak jauh dari stasiun. Esoknya ia berjalan kaki ke stasiun untuk naik kereta api menuju Budapest. Ia akan mengunjungi adik perempuannya bernama Elsa yang sejak dua tahun lalu kawin dengan seorang pelukis Hongaria bernama Bernar Braun. Di gerbong restoran Felice menyantap sarapan sambil membayangkan suasana malam di rumah Brod bertemu pemuda ganteng bernama Franz Kafka. Bayangannya melambung ke adik perempuannya di Budapest dan kemudian merasa sepi lagi.

Pos dari Praha

Felice tak menyangka, enam Minggu setelah pertemuannya dengan Kafka di rumah Brod, ia menerima sebuah surat dengan kop surat bertuliskan Kantor Asuransi Kecelakaan Karyawan (Arbeiter Unfall-Versicherungs-Anstalt).

Doktor dari Praha itu menulis surat seperti seorang pemuda pemalu.

Nona yang terhormat! 

Untuk memudahkan Anda bisa mengingat; nama saya Franz Kafka yang menyalami pertama kali saat Anda berkunjung ke rumah doktor Brod. 

Felice tak lupa dengan lelaki pemalu yang datang membawa manuskrip dan memberikannya. Tapi ia heran kenapa Kafka bisa tahu mengirim suratnya ke alamat rumahnya di jalan Immanuelkirche. Tentu saja Kafka mendapatkan alamat itu dari adik perempuan Brod bernama Sophie.

Tak disangka surat Kafka kedua menyusul di hari berikutnya yang bercerita tentang kekonyolan dalam menulis. Ini seperti pengenalan pertama yang ringan kepada Felice tentang sastra. Menulis surat dianggap Kafka seperti menulis buku harian saja, bahkan bagi Felice menulis surat itu bisa dipersamakan dengan mengurus sarapan pagi atau merawat pertemanan.

Tapi selama seminggu itu Felice sangat sibuk, sehingga tak sempat membaca surat Kafka. Felice khawatir, belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan, sebab belum tahu apakah jawabannya nanti bisa dipercaya. Sophie menyarankan kepada Felice supaya segera menjawab suratnya, karena pasti Kafka akan merindukan surat balasan.

Surat kedua Kafka itu lebih dari empat lembar. Kalimatnya tak beraturan, sehingga membuat Felice bingung. Hingga Felice sendiri mempertanyakan, apakah dirinya terlalu bodoh.

Felice merasa dirinya hanyalah sebagai seorang sekretaris dengan keahlian menulis steno pada perusahaan Lindström AG yang tak hanya memproduksi Gramaphone, tapi juga alat musik Parlograf. Felice sibuk mengurus rekaman teks rahasia di kotak hitam dari metal seberat 18 kg. Untuk itu ia belum juga menjawab surat Kafka. Ketika pada akhirnya ia membalas surat dengan menjelaskan kesalahannya yang diam cukup lama. Felice mengira bisa dengan sedikit berbohong dalam suratnya, supaya bisa menyelamatkan mukanya. Ia tulis pada kalimat akhir jawabannya, bahwa balasan pertamanya mungkin dalam perjalanan dari Berlin ke Praha hilang di jalan. 

Tak lama datang lagi surat dari Praha. Kali ini Kafka agak marah dengan menyebut, “Tapi janganlah Anda menyerah dengan banyak manusia. Itu tak banyak manfaatnya.” Di sela-sela jam istirahat di tempat kerjanya, Felice cepat-cepat membalas surat kepada Kafka dan mengirimkannya,

Felice ingin menjawab keingintahuan Kafka dalam surat seperti pertanyaan, “Anda melihat apa, jika Anda menengok keluar dari jendela kantor Anda?” Felice melihat ke luar bawah kantor pada Jalan besar Frankfurt.

Kafka juga menanyakan lebih detil lagi “Jalan yang mana yang Fräulein Bauer yang Terhormat lalui menuju ke tempat kerja?” Felice belum menjelaskan Jalan Immanuel lebih jauh. Rupanya Kafka mengirimkan temannya bernama Jizchak Löwy, seorang pemain teater asal Polandia ke jalan itu. Sebab itu pada surat berikutnya, Kafka bisa lebih banyak menceritakan keadaan jalan itu dengan jalan di sekitarnya. Tak hanya di luar rumah, Kafka juga menanyakan lebih masuk ke kamar tidur Felice, “Lampu mana di meja tempat tidur Anda yang menyala, Sayang?”

Felice menulis surat tentang kebiasaannya, seperti ia lebih suka minum minuman teh panas dengan dicampur jeruk dan gula. Kafka membalas dengan kekhawatiran, apakah teh hitam tak membuat orang tertidur.

Felice bercerita tentang kelahirannya di bulan November yang muram. Tepatnya pada 18.11.1887 di Oberschlessischen Neustadt, kemudian pindah ke tempat yang sunyi di Berlin. Anna Bauer adalah ibu Felice yang sering cemas, kalau anaknya kerja lembur di kantornya. Felice memerinci, ia anak pertama dari enam perempuan dan dua laki-laki. Mereka semua meninggal sejak kecil karena kesalahan dokter. Ia merasa sendirian, satu-satunya anak dalam keluarga dan hanya ditemani babysitternya yang juga tukang masak bernama Ammen. Sedang orang tuanya sering pergi untuk urusan bisnis.

Sebaliknya Kafka merasa dirinya sebagai anak yang penakut. Ia iri dengan adik-adiknya, Elli, Valli dan Ottla yang benar-benar menapakkan kaki dengan kuat di dunia. Kafka beruntung bisa belajar dari pengalaman bersama mereka. Adik perempuan yang paling disukai Kafka adalah Ottla. Bahkan ia menjuluki Ottla sebagai Pacar Praha (Prager Freundin). Hanya dia dan ayahnya saling membenci satu sama lain.

Felice terharu dengan cerita Kafka di saat masih kecil sebagai anak penakut. Hermann Kafka awalnya sebagai pedagang kecil yang menawarkan aneka barang dagangannya dari pintu ke pintu. Pada tahun 1882 Hermann Kafka berkenalan dengan Julie Löwy. Hermann Kafka membuka toko di kompleks orang Yahudi di Praha.

Hermann Kafka sangat rajin berdagang dan mengharapkan anak lelakinya Franz Kafka bisa meneruskan usahanya. Tetapi Kafka bercita-cita berbeda, bukan ingin menjadi pengusaha melainkan sebagai pengarang. Banyak tulisannya yang gagal.

Ibu Kafka, Julie Löwy memiliki empat saudara laki-laki. Richard Löwy, pedagang pakaian sederhana di Praha. Rudolf Löwy, seorang pegawai tata buku di perusahaan bir di Praha dan telah berpindah ke agama Katolik. Alfred Löwy adalah kakak ibu Kafka yang membujang dan rajin, serta tinggal di Madrid, hingga karier puncaknya sebagai kepala jawatan kereta api. 

Kafka telah bercerita kepada Felice tentang pamannya ini disertai foto. Namun Felice salah sebut, menganggap paman Kafka tinggal di Milano, bukan Madrid, karena mirip kota berinisial M. Kesalahan sebut nama kota ini menjadi perhatian Kafka, yang menganggap dia baca terlalu tergesa-gesa.

Kafka menyukai paman dari garis ibu bernama Siegfried Löwy. Ia seorang dokter desa di daerah Mähren yang simpati dan memiliki rasa humor.

Perayaan Natal

Kafka menanyakan kepada Felice tentang rencana perayaan natal di Berlin. Siapa tahu perayaan natal itu akan mendekatkan dirinya dengan keluarga Felice. Siapa tahu ia bisa mendekatkan diri dengan keluarganya dan segera kawin tahun depan. Bagi Felice itu masalah pribadi keluarganya.

Telepon berdering di kantor Felice. Telepon itu datang dari Max Brod, kebetulan dia sedang berada di Berlin. Felice bertanya, apakah Max dengan Sophie? Dijawab, tidak, tapi dengan Kafka dan meminta surat-menyuratnya diakhiri saja.

Felice tertawa lebar, Kafka beberapa hari lalu sudah menyatakan mengakhiri suratnya dengan cara teatrikal. Felice bilang kepada Kafka, “Anda tak perlu menulis surat kepada saya lagi, demikian pula saya tak akan menulis surat kepada Anda lagi. Saya tak akan membuat Anda tak bahagia dengan tulisan saya. Toh, saya tak bisa membantunya. Bukankah sejak dari surat saya yang pertama sudah menyadari bahwa saya akan tergantung kepada Anda” 

Max Brod menceritakan beberapa hal penting kepada Felice bahwa ia harus bertemu Kafka lagi, karena itu berakibat baik untuknya. Brod meminta maaf, karena Kafka orangnya sangat sensitif, sehingga kehadiran Kafka kadang menjadi beban. Selain itu Kafka sedang menulis sebuah novel, semua karya sastra yang saya tahu membuatnya teduh. Bagaimana bisa membuat Kafka berhasil dalam berkarya, jika ia bebas dan di tangan-tangan orang yang baik. Orang seperti Franz ini sangat luar biasa, maka perlu ditangani yang berbeda daripada jutaan manusia banal.

Felice mengakui kepada Brod, sejak ia terlibat surat menyurat dengan Kafka, maka ia sering mengelus rambutnya, sehingga tatanan rambutnya semrawut dan wajahnya tampak menjadi lebih mencolok.

Bertukar surat dengan Kafka tak mudah. Felice bilang kepada Kafka, “Jika kita ingin berkenalan untuk pertama kalinya, maka kata-kata kita satu sama yang lain nadanya tidak semakin menjadi asing.”

Pada perayaan natal Felice dapat libur satu minggu dan dia bertanya kepada Kafka, “Franz yang terhormat, apa yang akan kamu lakukan pada perayaan natal?”

Felice menawarkan beberapa kegiatan seperti jalan-jalan di Leipzigerstrasse. Berlin itu kota besar. Sedang untuk mengenalkan Franz dengan keluarganya juga terlalu dini. Lalu Felice membayangkan, apakah tak sebaiknya berdua saja atau bersama keluarga Brod di pegunungan. Yang utama tempat untuk liburan itu mudah dijangkau Franz dari Praha.

Franz membalas surat Felice, bahwa dirinya harus menulis, ada manuskrip baru sedang dikerjakan yang akan menjadi sebuah novel. Max Brod sudah tahu judul novelnya Hilang Tanpa Bekas (Der Verschollene). Felice cemburu dengan intensitas Franz yang tekun menghabiskan waktu di alam bebas daripada dengan seorang perempuan yang terbuat dari darah dan daging.

Felice membayangkan, Franz kelak harus bisa menghidupi keluarganya dengan bersastra, seperti sastrawan yang mendapat nobel bisa menjadi kaya. Tak lama lagi Felice akan ulang tahun ke 25. Franz mengirimkan novel Education Sentimentale karya Gustav Flaubert kepada Felice dan bunga mawar. 

Felice mengetik surat ke Franz mengabarkan, bahwa dirinya sudah memesan 6 hari di hotel Wilder Mann. Felice ingin mengenalkan sesuatu yang istimewa di Berlin.

Kesepakatan bulat untuk liburan bersama pada perayaan natal itu akhirnya batal. Meskipun Franz sudah mengiyakan. Tapi tawaran Felice tak mendapat jawaban lagi. Sementara tempat kerja Felice di Lindström AG ada ulang tahun ke 10 dengan berbagai atraksi.

Kedua sejoli ini menjadi saling rikuh untuk bertemu. Felice memutuskan untuk merayakan natal di Berlin saja.

Julie, ibu Kafka memperhatikan kehidupan dan selera makan Kafka. Ia melihat pada malam hari lampu kamarnya menyala, tapi siang hari Kafka tak keluar dari kamarnya. Kafka termasuk sulit makan dan tubuhnya kurus.

Felice menulis surat himbauan kepada Julie, calon mertua perempuan agar mengawasi Kafka untuk bisa tidur 8 jam sehari. Kafka memerlukan waktu 2-3 jam sehari untuk menulis.

Erna, adik perempuan Felice telah hamil 5 bulan. Celakanya suami calon bayinya tak jelas, karena sebuah affair gelap. Felice membantu seluruh keperluan adiknya itu.

Erna meyakinkan, ia tak akan menggugurkan janin di perutnya. Tapi ia harus pindah ke tempat lain, karena malu di tempat tinggalnya di Sebnitz, Dresden, setiap orang pasti tahu.

Keluarga Felice bukan tanpa tragedi. Carl Bauer, sang ayah meninggalkan keluarga dan tinggal bersama pacar gelapnya. Saat itu Felice sebagai gadis berusia 14 tahun. Ia mencoba untuk menjembatani keretakan antara ayah yang banyak perhatian kepada anak dan Anna Bauer, sang ibu yang banyak mencampuri urusan anak.

Felice menerima uang dari ayahnya di sebuah kafe atau restoran untuk diberikan kepada ibunya. Tiga tahun kemudian, pacar gelap ayah Felice meninggal, sang ayah bermaksud kembali ke keluarga, namun ibu Felice menolak. Kisah pilu ini menjadikan Felice ragu untuk diceritakan kepada Kafka.

Anna Bauer ingin berkenalan dengan Kafka, tapi Felice menjelaskan, bahwa pacarnya sedang sibuk menulis sebuah novel. Sang ibu masih belum paham, kenapa orang sudah punya pekerjaan yang mapan di asuransi masih ingin menjadi pengarang. Felice sendiri mengakui sosok pacarnya yang mempunyai pemikiran indah itu masih menjadi misteri.

Anna Bauer biasa merenda di rumah. Ia mulai curiga kepada Felice yang terpengaruh Kafka. Sebab Felice menulis surat untuk Kafka sampai bermalam-malam. 

Ketika Felice menerima surat dari Kafka, ia masuk ke kamar dan mengunci pintu. Surat itu berbunyi, “Yang tercinta, cinta saya. Atas nama cinta, saya ingin menari denganmu. Dengan begitu saya merasa memelukmu…Franz milikmu.” 

Felice menjawabnya, “Kita pasti menjadi milik bersama.”

Pada perayaan Paskah, Felice berdansa tanpa Kafka. Kafka duduk di rumahnya di Praha sendirian minum jeruk panas sembari memimpikan Felice.

Felice dengan Toni merayakan Paskah di sebuah tempat semacam disko. Ruangan itu cukup luas. Tak lama ada pemuda tinggi tak dikenal membungkuk di depannya mengajaknya berdansa. Ia meladeni saja, sambil merasakan otot-ototnya yang cukup perkasa.

Perlahan dua orang itu berkeringat dan lelaki itu minta izin, apakah dirinya boleh duduk di meja Felice. Felice tak menolak. Mereka minum anggur. Ia mengamati, bahwa lelaki itu tak memakai ring perkawinan di kelingkingnya.

Dari percakapan, diketahui lelaki itu adalah seorang dokter anak. Felice sempat menimbang tentang Erna, apakah ia akan bertanya tentang klinik anak.

Rendezvous dengan Kleist

Pada akhir Februari 1913 Felice melakukan perjalanan rahasia ke Dresden. Kereta api yang membawanya dari Berlin ke Dresden itu duduk banyak penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Praha.

Di saat Felice akan berangkat ia melihat sebuah fatamorgana di depan matanya, menonjok ke langit biru sebuah menara masjid. Kejadian itu mengingatkan akan dongeng 1001 malam. Sesampai Felice tiba di Dresden, ia menatap gereja dan jembatan yang melintasi sungai. Ia berfantasi ingin sekali bertemu Franz, tinggal sekali lompat saja dari Dresden ke Praha hanya perlu waktu 150 km. Tapi ia merasa tak mungkin menemui Franz dalam situasi ia sendiri sedang kacau memikirkan Erna, adiknya.

Apalagi Franz pernah menuliskan, “Kamu jangan percaya dengan ucapan yang Tercinta, tak ada manusia yang menuliskan seperti itu kepada kamu, kalau ada itu termasuk ruh yang salah.” Felice menanggapinya, “Franz, akhir-akhir ini kamu menjadi berubah, tak sama dari saat awal-awal bertemu.”

Heinrich von Kleist adalah sastrawan idola Kafka. Ia membaca novelanya berjudul Michael Kohlhaas sampai 10 kali. Franz ingin membacakan novela itu juga di depan Felice. Selain Franz menyukai karya itu sejak dia di sekolah dan sering membacakannya di depan adik-adiknya.

Selain Kleist, Franz juga menyukai karya Grillparzer, Dostojewski dan Flaubert. Perbandingan status perkawinan para sastrawan idola Kafka, hanya Dostojewski yang kawin, bahkan kawin dua kali. Grillparzer, ia pemuda yang dinamis dan pacarnya bernama Katharina Fröhlich, niatnya kawin, namun tak terjadi. Meskipun begitu, ia tinggal bersama pacarnya dan dua adik perempuannya serumah sampai akhir hayatnya.

Sedang Flaubert selalu ikut serumah dengan ibunya yang sudah janda. Ia menjalin hubungan cinta dengan seorang pengarang perempuan bernama Louise Coler yang usianya lebih tua 10 tahun.

Kleist meninggal karena bunuh diri. Ia tak berhasil menjalin tali perkawinan. Pada Franz sepertinya sama, hubungannya dengan Felice tak membuahkan hasil menuju ke jenjang perkawinan. Franz selalu menjaga jarak dari Felice dan merasa kaku dan lumpuh.

Felice diajak berziarah di makam Kleist untuk membangkitkan harapan yang padam. Itulah kata-kata terakhirnya yang tak terucapkan.

Franz menulis surat kepada Felice, “Ketakutan saya adalah, jika saya tak bisa memilikimu lagi. Setidaknya saya menjadi tak mampu lagi mencintaimu. Seolah seperti anjing yang setia yang mencium tanganmu yang tulus. Kalau begitu itu bukan sebuah tanda cinta melainkan, sebuah keraguan atas kebebalan dan sebagai binatang yang menjauh secara abadi. Kita hanya bisa duduk berdampingan dan hidup bernapas dengan ragamu yang saya rasakan, padahal jauh dari saya sekarang yang berada di kamar saya.”

Benar-benar berada di tengah Grunewald yang terdapat makam orang bunuh diri.

Tanganmu ada di Saya

“Saya datang juga pada hari Sabtu, Felice dan dari sini saya berangkat pukul 3 sore, Minggu pukul 4 atau 5 saya harus meninggalkan Berlin. Saya akan tinggal di hotel Askanischen Hof.

Ada pertemuan lagi di hari Sabtu dan Minggunya Franz harus pulang ke Praha lagi. Sayangnya pada hari Minggu pagi itu Felice harus melayat ada teman sekantornya yang meninggal mendadak. Hal ini tak diceritakan ke Franz, khawatir nanti dia membatalkan niatnya untuk bertemu di Berlin.

Minggu pagi, 9 November 1913, Felice masih bingung akan bertemu Franz di mana dan jam berapa? Usai Franz sarapan pagi di hotel, ia mengirim pesan lewat petugas kurir dengan sepeda ke alamat Felice di Wilmersdorfer Strasse yang isinya pendek, “Di Berlin, saya menunggu di hotel.”

Felice membalas lewat kurir sepeda itu, “Seperempat jam lagi saya akan telepon.” Kafka menunggu di hotel dan pada pukul 10.00 ada telepon dari Felice, bahwa ia ingin bertemu di bawah stasiun kereta api Zoologischer Garten yang terletak antara hotel dan Charlottenburg. 

Setelah kedua insan yang saling jatuh cinta itu bertemu, diungkapkan oleh Felice bahwa sayang sekali siang nanti ia harus pergi melayat. Tak heran, Kafka setuju, bahwa waktunya Felice sangat padat. Sementara di benak Felice bersarang banyak hal tentang rencana pakaian kawinnya, tentang masalah adiknya, Ferri. Semoga hal itu jika dibahas tak memberatkan Franz. 

Dengan hati berdebar memasuki lorong bawah tanah stasiun, lewat cerobong bau dari kebun binatang sudah menjalar. Terlihat orang-orang lewat membawa injil menuju gereja. Felice melihat Franz duluan, tapi Franz tak melihatnya. Felice sudah berpakaian hitam, karena akan langsung melayat dan ia hanya menyalami Franz tanpa ucapan apapun.

Mereka berdua berjalan membelah kebun binatang dengan saling bergandengan tangan. Felice mulai bercerita, bahwa rencana tunangan adiknya, Ferri dengan Lydia Heilborn batal, menurut Grete Bloch, teman dekat Felice. Franz menyaring ucapan yang keluar dari mulut Felice itu lebih serius. Bisa jadi ini menjadikan kebimbangannya akan bernasib sama.

Kafka juga merespon, bahwa rencana perkawinannya sendiri terlalu dini dan sangat sulit untuk menjelaskan secara gamblang, apalagi kalau dia harus berpindah ke Berlin. Sementara Felice juga penasaran, bagaimana pelaksanaan perkawinan adik-adik Franz seperti Ottla, Elli dan Valli?

Sekembalinya Franz ke Praha lagi, Grete Bloch melaporkan ke Felice tentang perasaan Franz.

“Kepulangannya dari Berlin, Franz terasa masih menggantung, meski demikian ada nilai yang bermakna.” Franz juga menggambarkan bahwa ia merasa menggapai tangan-tangan Felice ada pada dirinya.

Felice tampak murung, tak mau menjawab surat-surat yang dikirim Franz, apalagi itu musim gugur dengan langit abu-abu di bulan November. Bahkan Felice mengabaikan undangan perayaan natal dari Brod. 

Pada 12 Desember Franz mengirim petugas kurir ke kantor Felice. Pegawai di kantor Felice memberitahu, bahwa ada seorang bernama Ernst Weiss ingin berbicara dengan Felice langsung dan tampaknya penting. Felice menyuruh orang itu masuk menemuinya.

Di depan mesin ketiknya muncul seorang lelaki, kurus, tinggi dengan muka lonjong mirip Franz sendiri. Di tangan lelaki yang seorang dokter itu membawa amplop surat dari Franz kepada Felice yang menanyakan, “Apakah surat-suratnya tidak sampai? Kenapa kamu tak menjawab surat saya, Felice?”

Sepertinya Franz kurang sabar, Felice masih sibuk mengurus surat-surat komplain dari langganan di perusahaannya. Franz meluncurkan telegram lagi, “Kapan akhirnya kamu akan mengirim surat? Saya mengharapkan kamu menulis pendek saja, jika saya kamu tak menjawab dan tak mengirim salam, itu tak bagus. Surat pendek tidaklah merepotkan.”

Felice akhirnya membalas dan dengan tegas mengenai rencana perkawinannya. Ia sebenarnya cukup pusing dengan adiknya sendiri, Ferri. Ia jelaskan kepada Franz tentang rencana perkawinannya, bahwa dirinya menyerah, ia tak mau berdebat lagi pada pihak mana yang menyulitkan.

Franz yang polos dan jujur itu tak menjawab surat Felice, justru ia bercerita pengalaman barunya. Franz tulis, “Di sanatorium saya berkenalan dengan seorang gadis asal Swiss berusia 18 tahun. Saya jatuh cinta pada gadis itu yang tinggalnya di Genua, Italia. Di darah saya tampak aneh dengan gadis itu dan cinta kami hanya berumur 10 hari. Kami saling berpisah, bahkan tak sebaris kalimat pun saya tulis dalam surat. Dengan perginya saya dari sanatorium itu, maka semuanya berakhir. Dengan begitu, hubungan saya dengan kamu semakin menjadi lebih terang.”

Tak bisa dielakkan Felice cemburu dengan pengakuan jujur Franz. Ia anggap Franz telah berselingkuh dalam keteguhan cintanya, dan tak ayal ia marah dan menjawab, “Sekarang kita tak perlu lagi membicarakan tentang perkawinan. Kita menulis surat biasa saja seperti saat awal-awal berkenalan.”

Tahun 1914 genderang perkawinan bertalu. Franz masih bersemangat dengan mewartakan, bahwa dirinya usai ganti tempat kerja di kantor asuransi yang gajinya lebih banyak. Ketegangan antara Felice dan Kafka semakin rumit. Grete Bloch bertindak sebagai jembatan. Namun Felice menganggap bahwa hubungannya seperti kucing dan tikus. Sebaiknya Franz menarik diri saja dan dia sendiri tak akan menulis surat lagi. Setelah Grete mendamaikan, Felice melanjutkan menulis kartu pos kepada Franz.

Persiapan Perkawinan

Koran lokal Berliner Tageblatt pada 21 April 1914 mewartakan secara resmi “Ikatan tunangan anak-anak mereka Felice dan Franz, atas nama ayah Carl Bauer dan Frau Anna, kelahiran Danzig, Berlin-Charlottenberg dan ayah Hermann Kafka dan Frau Julie, Praha, Altstädterring 6.” Upacara resepsi di rumah pengantin perempuan pada hari Senin, 1 Juni 1914.

Felice menganggap bahwa baris-baris pengumuman rencana resepsi tunangan di atas bagi Franz lebih gawat ketimbang musibah kapal Titanic. Sementara Felice sibuk mempersiapkan pakaian yang hendak digunakan, seperti bahan sutera dari China.

Tempat tidur sudah disiapkan di hotel Askanischen Hof di Berlin. Adapun pelaksanaannya pada hari Minggu Paskah. Undangan ini hanya berlaku untuk kerabat dekat saja. Terutama kerabat dari luar kota yang menggunakan kereta api semoga datang tak terlambat. Felice sendiri semakin sibuk dengan gadis-gadis yang mengurus perkawinan.

Pada acara makan di meja makan, Franz tampak murung. Ia tak makan daging dan ikan, sup sayur pun hanya dia makan sedikit. Orang-orang baru tahu Kafka termasuk pengikut vegetarian. Ayah Felice memperhatikan calon menantunya sejak waktu lalu tampak tak berselera makan. Ia bilang kepada Franz, bahwa dirinya mirip dengan seorang Seniman Lapar. Sedang Anna Bauer, ibu Felice menanyakan kepada Felice, kenapa calon suaminya murung?  

Para tamu undangan di situ mengajukan pertanyaan susulan kapan akan diadakan upacara perkawinan? September depan Felice akan memasuki tahun ke lima bekerja di perusahaan Lindström AG dan pada bulan Oktober ia akan mengundurkan diri. Dari situ ia akan pindah ke Praha dan pelaksanaan perkawinan sekitar musim gugur.

Felice tak heran melihat Franz berinteraksi dengan para tamu kurang gembira. Ia sendiri tak pernah mendapatkan ciuman darinya. Seharusnya Franz tunjukkan ciuman sebagai tanda kemesraan yang harmoni bagi calon pengantin.

Setelah usai acara di Berlin, keduanya saling berkirim surat. Franz menjawab, bahwa semuanya kelak akan dijelaskan dan mereka berdua akan menjadi satu. Felice dan ibunya bergegas menuju Praha.

Sesampai di Praha mereka berjalan-jalan di tengah kota Praha mencari rumah Kafka yang indah. Sementara itu Franz menunggu di stasiun kereta api Franz Josef. Mereka bertemu kedua kalinya sejak pertemuan Agustus 2012 di rumah Brod.

Franz memakai jas hitam mirip pegawai pemerintah dan memberi tip kepada pembawa koper, sebelum ia mendekap Felice dan ibunya. Taksi dari stasiun kereta api itu membawa mereka ke rumah Franz. Felice mengetahui, kalau Franz tak menyukai orang tuanya, Felice merasa di hari pertama sudah muak dengan cerita Franz. Apalagi Franz berbicara agak menghina terutama kepada ayahnya.

Sebaliknya Felice bersikap akrab dengan calon keluarganya dari Praha. Ia menampakkan kelucuan dan tampilan yang terbuka sebagai warga Berlin yang modern. Hari berikutnya Felice, Franz, dan kedua ibunya Felice dan Franz pergi keluar jalan-jalan. Felice baru menyadari ternyata warga di luar Praha tak berbicara bahasa Jerman.

Sepulang di rumah, Felice menyukai rumah Kafka itu. Rumah yang terdiri dari 3 kamar dengan 2 teras dan tampak terang. Ibu Felice kagum menyaksikan dapurnya. Felice memasuki calon kamar yang akan dipakai Franz menulis. Ketika ia melihat keluar jendela, terlihat lingkungan yang hijau. Ia membandingkan dengan lingkungan tempat tinggalnya di Berlin yang lebih disukai. Ia merasa tak cocok tinggal di Praha, sebetulnya Franz mengharapkan daya tarik Felice tinggal di Praha itu ditunjukkan, tapi tidak.

Felice menganggap rumah Kafka terlalu di tengah kota. Sebaliknya Julie, ibu Kafka bilang, kalau tak suka rumahnya bisa disewakan ke orang lain. Terdengar suara tetangga bermain piano. Julie Kafka akan memberi saran kepada tetangga itu, sebaiknya ia boleh bermain piano, di saat Franz berada di kamar tulisnya.

Ini adalah kunjungan pertama Felice dan ibunya ke keluarga Kafka. Disusul kunjungan kedua juga dengan ibunya pada 5 Mei. Felice merencanakan tinggal di Praha sampai bulan September, sehingga ada kemungkinan cintanya akan semakin bersemi.

Kunjungan kedua ini diakhiri dengan perpisahan yang membuat ibu Kafka bertanya-tanya, kenapa Felice memberi bunga perpisahan bernama Vergissmeinnicht (jangan lupakan saya). Sebuah bunga warna biru kecil. Seolah sebuah tanda minta tak dilupakan. Adapun rencana perkawinan resminya akan diadakan di Berlin.

Dua Minggu kemudian Felice di Berlin mendapatkan surat dari Kafka. Surat itu menyuruh Felice, “Berjalan-jalanlah di dalam kamar dan bersandaran di jendela untuk melihat ke luar. Dengan begitu kamu akan mengetahui dengan benar seperti apa rumah itu. Itu semua akan lebih jelas jika kamu datang lagi ke Praha.” 

*Sigit Susanto, penulis yang tinggal di Zug, Switzerland sejak tahun 1996