Suara-Suara Nurani John Sony Tobing

“…Mereka dirampas haknya

Tergusur dan lapar

Bunda relakan darah juang kami

Padamu kami berjanji…”

 

Kutipan di atas merupakan penggalan lirik salah satu lagu yang sangat akrab dengan semangat perjuangan berjudul ‘Darah Juang’. Diciptakan oleh salah satu musisi Tanah Air, John Tobing, lagu ini telah menjadi saksi perjuangan reformasi dari beberapa zaman. Bahkan hingga saat ini, lagu Darah Juang masih seringkali dikumandangkan dalam berbagai aksi demonstrasi.

John Tobing, sang pencipta lagu, alumnus Fakultas Filsafat UGM, pada tahun ini akan menggelar sebuah mini konser bertajuk “Politics Requires Love and Empathy”, yang akan diselenggarakan di Sanggar Maos Tradisi, Sleman, DIY, pada tanggal 11 Februari 2023, pkl 13.30 – 15.30 WIB. Pada konser kali ini, ia telah mempersiapkan sejumlah 40 karya lagu, yang ia ciptakan sejak duduk di bangku SMP hingga saat ini. Jika pada biasanya dalam setiap konser John Tobing akan diiringi oleh musisi, namun dalam konser ini John Tobing akan memperlihatkan pertunjukan solo dengan permainan musik gitar, untuk menghadirkan karakteristik keaslian saat lagu-lagu diciptakan.

Tema “Politics Requires Love and Empathy” berangkat dari kegusaran John Tobing mengenai situasi politik masa kini yang menurutnya, ruang demokrasi yang seharusnya dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat luas, seringkali  disalahgunakan oleh para praktisi politik. Maka melalui mini konsernya, John Tobing mencoba merefleksikan dimana politik yang saat ini menjadi kering karena kepentingan sesaat dan kelompok elit saja, sudah seharusnya politik membutuhkan cinta dan empati kepada sosial.

Poster Pertunjukan Mini Konser “Politics Requires Love and Empathy”. (Sumber: Sanggar Maos Tradisi)

Sebagai aktivis yang telah melakukan politik tandingan sejak mahasiswa pada era Orde Baru Pemerintahan Soeharto, John Tobing yang juga pernah kuliah di Filsafat UGM, kerapkali menyisipkan persoalan, kegelisahan, kebahagiaan, daya kritis, apresiasi, hingga refleksi atas situasi politik yang berkecamuk di sekelilingnya dalam setiap lagu ciptaannya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya John Tobing untuk mengajak para penikmat karyanya agar selain mendorong untuk berpikir dan bertindak kritis, juga dapat dijadikan sebagai media untuk berefleksi. Karya-karya yang tidak berkaitan langsung dengan perjuangan itulah yang akan coba dihadirkan oleh John Tobing pada Mini Konser “Politics Requires Love and Empathy”.

Mini Konser “Politics Requires Love and Empathy” merupakan bagian dari upaya pengarsipan secara kolektif, dengan menghadirkan penonton, pengapresiasi, hingga mereka-mereka yang pernah terkait dengan penciptaan lagu-lagu John Tobing. Dari mulai mahasiswa, penulis, jurnalis, akademisi, seniman, penggiat budaya, penggiat NGO/LSM, bahkan hingga pemangku kebijakan publik akan turut diundang pada perhelatan ini.

Poster Pertunjukan Mini Konser “Politics Requires Love and Empathy”. (Sumber: Sanggar Maos Tradisi)

Pendekatan yang dilakukan oleh John Tobing pada Mini Konsernya tersebut, merupakan cara untuk memperkuat kembali ingatannya, terlebih karena kondisi fisik yang sudah mulai melemah. John Tobing beberapa kali mengalami serangan stroke ringan dan berat. Oleh karena itu, ia berharap dengan diselenggarakannya konser ini dapat menjadi rekaman arsip karya, yang tercatat dan tersimpan, baik dalam bentuk fisik maupun ingatan setiap orang. Ingatan atas karya yang kepingannya ada pada banyak orang-orang dan situasi, menjadi operasi yang dijalankan dalam pertunjukan ini. Harapannya pula agar Indonesia tidak lagi mudah lupa akan sejarah, dan seharusnya bisa mendorong perubahan besar berdasarkan sejarahnya.

 

*Lesi L.