Sajak-Sajak Chris Triwarseno

Rumus Cinta Phytagoras

rintik-rintik hujan mengiring
perempuan muda  menuju kafe
melalui jalan-jalan sempit
kota kecil Pythagorion ini
aku terdiam menatapnya
dengan secangkir caramel machiato
dari balik dinding kaca berembun

digesernya kursi vintage line stool
memberinya ruang untuk duduk
sesaat sebelum smoke beef quiche
tersaji di meja merah maroon
tepat tegak lurus di antara
dia, aku dan kasir perempuan
yang selalu tersenyum padaku

tatapan-tatapan mata keduanya
membincang perasaan-perasaan
yang tak bisa kutanggalkan
begitu saja bersama detak jantung
dan denyut nadi tanpa irama
aku merumuskan getarannya
serupa teorema Pythagoras

kuajarkan setiap rasa menjadi
bilangan-bilangan yang kaupuja
serupa kuadrat rindu dua cinta
membuah kuadrat bara cemburu
membakar rindu menjadi abu luka
bertaburan dalam tanah-tanah
kepedihan di Pulau Samos

Ungaran, Januari 2023

 

Bulaksumur dan Kartoredjo

batang-batang tebu tegak berjajar
di hamparan luas kebun-kebun
serupa serdadu-serdadu Belanda
yang berbaris memeras keringatmu
menjadi butiran-butiran gula
menyusun kalung mutiara ratunya

Kartoredjo dan tiga lelaki kampung
berjalan menyusur sepanjang bulak
membuat sumur sumber mata air
kebun-kebun tebu yang menyerunya
dalam cekik dahaga kemarau panjang
lori-lori kosong berdendang pulang

ditatapnya Mantri Klongsir
berdiri dalam kerumunan penduduk
Ngaglik dan Tegalrejo
seorang di antaranya berucap
“Ndoro, sebaiknya ini dinamakan
mBulaksumur!”

Ungaran, Desember 2022

 

Santri dan Surau

sunyi menyelinap
di antara malam
bulan tergantung
pada dahan kamboja
menaungi surau tua
berdinding papan
tanpa mimbar

tempat santri-santri
bersila kaki di atas tikar
melingkar memusat
pada lelaki berserban
yang melantunkan ayat
dalam lembar kalam
menyingkap hakekat

bermula pijar tuju cahaya
menapaki jalan langit
dengan seruan-seruan
dzikir mereka yang fakir
menghamba pada Al-Akhir
yang menetap takdir

Ungaran, Januari 2023

 

Luka-luka Rindu

rasa ini aku peram
menuju gegas ranum
tapi luka-luka rindu
menahan senyum
kuredam begitu saja
membuah kenangan
serupa rintik hujan
membasahi tanah
mengalir dalam rekah
menuju genangan
yang menampakkan
wajahmu memerah
menitikkan air mata
berlinang menuju derita

Ungaran, Januari 2023

 

 

*Chris Triwarseno, S.T.,lahir di Karanganyar, 14 Februari. Alumni Teknik Geodesi UGM. Seorang karyawan swasta yang tinggal di Ungaran, Semarang. Penulis buku puisi Bait-bait Pujangga Sepi, aktif di Kelas Puisi Bekasi (KPB) & beberapa komunitas literasi, beberapa karyanya diterbitkan oleh beberapa media seperti : Suara Merdeka, nongkrong.co (puisi pilihan redaksi – Bulan April 2022), borobudurwriters.id (Borobudur Writers & Cultural Festival – BWCF), balipolitica.com, nadariau.com, riausastra.com,  negerikertas.com, Arahbatin.com dan lpmpjateng.go.id.