Pos

Ozzy Osbourne: Akhir Hidup Si Penghisap Darah Kelelawar

Oleh Eko Y.A. Fangohoy* Akhirnya mati juga Pangeran Kegelapan itu. Sekitar tahun 2010, ilmuwan yang tergabung dalam Knome, suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang bioteknologi, melakukan pengurutan DNA lengkap terhadap Ozzy Osbourne–Sang Pangeran Kegelapan–untuk mengetahui apa yang membuatnya unik dan mengapa ia masih hidup pada tahun tersebut. Salah satu hasil temuan mereka adalah bahwa DNA […]

Horeg yang Menggelegar

Oleh Pietra Widiadi 1. Horeg Horeg adalah Bahasa Jawa yang dalam Bahasa Indonesia artinya bergetar, atau tremor dalam Bahasa Inggris. Umumnya horeg dihasilkan dari sebuah kejadian yang dahsyat, yang menggelegar dan menggetarkan. Horeg, umumnya merupakan dampak sebuah kejadian, seperti terjadi karena adanya gempa yang dahsyat dan yang menggetarkan. Gempa yang getarannya merusak bangunan atau runtuhnya […]

Jazz yang Disembah: Festival, Pasar, dan Ingatan Kolektif yang Tergerus Zaman

Oleh Mukhlis Anton Nugroho* Saya tidak pernah menyangka bahwa perbincangan soal jazz—genre yang biasanya hidup dalam lorong sunyi ruang jam session dan percakapan musikal para musisi jazz di panggung yang mungkin jauh dari gemerlap—akan menyentuh lapisan emosi publik seperti yang terjadi belakangan ini. Dalam waktu singkat, kata “jazz” mendadak keluar dari klub dan ruang dengar, […]

Konser Musik Franki Raden & INO di Eropa 2025: Memosisikan Jalan Kebudayaan

Oleh Azuzan JG Dibawah guyuran hujan ratusan penonton itu masih bertahan. Mereka terpesona oleh suguhan komposisi musik Franki Raden dan Indonesian National Orchestra (INO). Nomer demi nomer yang disajikan INO melalui puluhan alat-alat musik tradisional Indonesia itu membuat mereka tidak beranjak ke pertunjukan seni lainnya. Peristiwa ini terjadi sore hari 6 Juli 2025 di Roots […]

Moelyono, Ludruk dan Perlawanan Terhadap Pabrik Gula Era Kolonial

Kesenian Moel adalah kesenian grassroot. Menyaksikan pentas ludruk Budhi Wijaya yang dibawa Moel dari Desa Ketapang Kuning, Jombang pada pamerannya: “Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa” di Bentara Budaya Jakarta, kita dapat merefleksikan seni rupa kita sesungguhnya bisa menjadi bagian seni pertunjukan rakyat yang kritis. Judul pentas: Geger Pabrik Gula Gempol Kerep menyiratkan pernah ada […]

Icip-icip Kebudayaan dalam “Pici-Pici” Leu Wijee dan Nagara Wada

Oleh Razan Wirjosandjojo* Perjalanan panjang dari Solo tersambut malam yang sumuk di Yogyakarta. Sesampainya di Institut Français Indonesia, saya hadir bersama Mike, Verina, Sekar, pak Halim HD, dan mbak Melati Suryodarmo, kemudian bertegur sapa dan bertukar kabar dengan rekan-rekan yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan. Kami menghabiskan waktu dengan berbincang, sembari menunggu pertunjukan yang terlambat mulai […]

Tubuh-tubuh Dari Dasar

Oleh Joko S Gombloh* Debu yang menyimpan suara: tubuh, alam, dan ingatan Rendah hati seperti debu Rendah diri seperti abu Demikian larik-larik kata di antara gelombang pesan yang dikirimkan oleh Fitri Setyaningsing melalui WhatsApp Group kepada para penarinya. Kalimat-kalimat itu bak mantra suci, yang menghujam ke dalam dada penari, untuk dapat menggerakkan tubuh dan pikiran […]

Dunia Seni Lukis: “Saya Pengikut, Siapa Takut?”

Oleh Agus Dermawan T. Men Sagan adalah pengikut Affandi sepanjang masa. Cheng Shui pengikut Lee Man Fong yang tiada duanya. Keduanya tampil dalam pameran dengan sangat percaya diri. ———– PELUKIS Men Sagan, kelahiran 1948, (tiba-tiba) menyelenggarakan pameran tunggal di Balai Budaya, Jakarta, pada 29 Mei sampai 5 Juni 2025 kemarin. Pameran dijuluki “Derap Langkah Naga […]

Dari Perut Kota, Aku Mendengar & Peringatan yang Dirayakan

Oleh Fitra Raharjo Kali ini saya menjejaki residensi seni di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, dalam event Festival Bantargebang 2025, riset dan pengalaman dalam merespons ekosistem urban yang sangat kompleks. Bantargebang bukan hanya dikenal sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi ruang yang sarat dengan konflik, harapan, dan pertarungan antara keberlanjutan hidup […]

Memoria yang Meniti Waktu dalam Detachment dan Deteritorialisasi 

Oleh: Indro Suprobo* “Art is not communicative, art is not reflexive. Art, science, philosophy are neither contemplative, neither reflexive, nor communicative. They are creative, that’s all.”  Gilles Deleuze  —– Pernyataan Deleuze ini memang keras dan menampar. Ia menegaskan bahwa seniman itu tidak semata-mata menghadirkan pesan atau representasi dari realitas, melainkan pertama-tama dan yang paling utama adalah […]