Pertunjukan Kesenian Pandji Sanggar Gambuh Panji
Oleh: Epi Martison*
Bali merupakan salah satu daerah populer yang menarik para wisatawan asing maupun lokal karena keindahan kotanya. Bali juga terkenal karena keragaman budaya dan adat istiadat yang masih melekat pada setiap masyarakatnya. Mereka sangat menjaga adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. Bali memiliki beberapa nilai kearifan lokal yang menjadi panutan untuk masyarakatnya. Dalam menjaga dan merawat adat istiadat dan keberagamaan, masyarakat Bali merealisasikan beberapa budaya lokal yang masih relevan dan diterapkan dalam praktek kehidupan sosial sehari-harinya. Salah satu budaya yang berkembang di Bali adalah Kesenian Panji.
Orang-orang Bali sangat menjaga tradisi dengan sangat ketat serta kaku. Dengan begitu masyarakat Bali mampu menjaga eksistensi dari setiap keragaman budayanya agar tidak tergerus zaman. Pemerintah daerah sangat mendukung dari setiap kegiatan kesenian di Bali. Sekarang, masyarakat Bali terutama seniman yang bergerak dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian Bali terbuka pintu kreatifitasnya, terketuk jiwa besarnya, karena Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia hadir dengan program dahsyatnya, mengumpulkan penggiat Kesenian Panji yang ada di daerah, salah satunya di daerah Bali. Untuk dikemas menjadi sesuatu yang baru tanpa meninggalkan esensi-esensi aslinya. Secara sejarah Bali memiliki kesenian Panji yang hingga detik ini masih ada dan masih bermukim di masyarakat.
Tantangan ini menjadi seangat penting karena akan tercipta kreatifitas-kreatifitas baru antar seniman lintas disiplin. Menampilkan kesenian Panji dari beberapa daerah yang memiliki kesenian Panji, di balik ide-ide Kemendikbud itu semua banyak dampak positifnya. Baik untuk management sanggar, maupun dari segi kreatifitas itu sendiri. Jika biasanya ketika pertunjukan Kesenian Panji membutuhkan dana yang banyak, sekarang sudah mampu dengan biaya yang irit. Bagaimana tidak? Kesenian Panji yang awalnya di mainkan oleh lebih kurang 30 orang sudah bisa diborong oleh 12 pemain saja. Bisa mengirit biaya produksi sanggar dan efisiensi belanja sanggar bukan?.
Tak hanya itu saja, dengan adanya program dari Kemendikbudristek ini mampu menciptakan kompetensi anggota sanggar, membentuk skill multi talent individu setiap anggota sanggar. Serta memberikan kesan penghematan biaya perjalanan dan akomodasi tour bagi sanggar yang ingin mentas di luar. Program yang sedang berjalan ini memerlukan pendamping setiap sanggar yang terpilih, dari Bali diwakili oleh Epi Martison (Etnomusikologi). Tentunya dengan hadirnya pendamping bisa membimbing dalam proses penciptaan kesenian Panji dengan wajah yang baru.
Tak satu jalan ke Roma, tak ada rotan kayupun jadi, tak ada kayu jenjang dikeping. Begitulah gigih dan uletnya upaya Kemendikbud selaku panitia Festival Panji dalam menciptakan program-program yang luar biasa ini. Ide-ide dan upaya panitia festival Kesenian Panji diharapkan dapat menggalakkan Kesenian Panji yang tersebar hampir di seluruh Nusantara, dan beberapa di negara-negara Asean.
Dalam rangka menggali, membina, menumbuhkembangkan, merefitalisasi, merekonstruksi, mengkaryakan kembali dan mempromosikan seni budaya Panji. Kesenian Panji sudah dari dulu tumbuh dan berkembang dan sudah menjadi tontonan yang sekaligus juga jadi tuntunan bagi masyarakat pendukungnya. Seni budaya Panji sudah banyak tumbuh berkembang ke seluruh Nusantara dan juga ke Kamboja, Vietnam, Thailand, Myanmar dan masih banyak lagi.
Pada awalnya durasi kesenian Panji ini rata-rata di atas 3 jam malah ada yang sampai 4 jam lebih. Terdiri dari beberapa adegan dan pembabakan, sesuai alur ceritanya masing-masing. Ada suka duka, ada suasana tegang, mencekam, ada sedih, ada suasana riang gembira yang membuat sorak sorai penontonnya, ada juga suasana lucu membuat penontonya terbahak bahak, ada pituah, petatah petitih nasehat untuk masyarakatnya, ada kritikan sosial, ada ajaran tentang kebaikan, ada larangan yang harus dihindari, ada arahan kebaikan yang harus diindahkan, semuanya tuntas tersampaikan selama 3 sampai dengan 4 jam pertunjukannya itu.
Namun sekarang atas ide usul dan konsep juklak juknis festival budaya Panji melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, panitia mengharuskan untuk dikemas apik menjadi 30 menit saja tanpa menghilangkan esensinya. Begitu juga pendukung Panji yang biasanya 40 orang lebih menjadi hanya dimainkan oleh 12 orang saja. Hal ini sangat menjadi polemik yang perlu sangat berhati-hati untuk mencarikan solusi terbaik nya. Bak pepatah “bagaikan mencabut rambut dalam tepung, rambut tak putus tepung pun tak berserak”.
Sanggar yang berkesempatan untuk ikut serta dari program Kemendikbud ini adalah salah satunya sanggar Gambuh Panji Bali. Pendiri sanggar ini termasuk seniman senior yang sudah menempuh perjalan kesenian cukup lama. Tentunya dengan ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan membuatnya memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menerima perubahan dan perkembangan zaman. Epi Martison hadir di tengah-tengah komunitas mereka untuk memberikan bimbingan apa-apa saja yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk pertunjukan nantinya. Dalam perjalanan pengkaryaan adanya permasalahan-permasalahan kecil ditemukan, tapi itu wajar dan tidak terlalu serius. Adanya tawaran baru ini membuat mereka was-was akan perubahan yang akan terjadi kesenian Panji. Dengan pendekatan hangat seorang Epi Martison membuat setiap anggota sanggar yang terlibat bisa mengikuti secara perlahan. “Kita tidak merubah tradisinya, namun menjadikan ia sebagai sesuatu yang baru, wajah yang baru, kemasan yang baru, agar menarik perhatian dan mudah dipahami.” Imbuh Epi.
Dampak positif dari pendampingan karya ini sudah sangat memberikan dampak yang signifikan. Pendamping setuju dan bersatu hati dengan ide mas Seno serta panitia untuk membuat program pendampingan dengan multidisiplin ini, sangat positif dan menguntungkan di sana sini, dari segi management dan kajian untung rugi bagi pembiayaan yang secara tidak langsung bisa memurahkan biaya produksi serta untuk pemasukan bagi sanggar menjadi bisa lebih meningkatkan keuntungannya. Dari segi pertunjukannya mampu memberikan kesan yang luar biasa bagi penonton karena dengan durasi lebih kurang 30 menit ini tergarap dengan apik dan padat. Mengurangi rasa jenuh penonton dengan durasi penampilan. Sedangkan dari segi esensi, tidak meninggalkan segala esensi yang melilit di tubuh kesenian Panji ini apalagi menghilangkan juga merubah.
Beralih ke dampak negatifnya, mungkin hanya terjadi pada anggota yang terlibat. Dengan adanya pengurangan pemain dalam kesenian Panji ini membuat ketua sanggar harus menggilir pemain yang akan terlibat dalam pertunjukan. Tapi ini tidak menjadi permasalahan yang berarti. Strategi yang baik akan menghadirkan keputusan yang baik pula, begitu sebaliknya. Selain itu juga tak kalah pentingnya, pertunjukan kesenian Panji ini dipertontonkan dengan bahasa Bali, mungkin tidak semua memahaminya. Tetapi sejatinya kesenian itu bahasa jiwa yang mengeratkan antar sesama penikmatnya. Jika tidak paham dengan bahasanya, pasti akan paham dengan gerak gerik tubuh dan ekspresinya. Sanggar Gambuh Panji hadir dengan tawaran menariknya yakni adanya pertunjukan tari di dalamnya. Ini akan memudahkan bagi para audien dalam memahami setiap adegan dan babak yang ditawarkan.
Secara outputnya menghasilkan banyak sekali keuntungan bagi para penggiat kesenian Panji yang ada di Indonesia. Dengan tawaran dahsyat ini mampu memberikan keputusan bersama antara seniman pendamping dengan tokoh kesenian Panji di daerah yang sudah ditunjuk. Negosiasi dengan penawaran baru bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Bisa menghemat biaya, dan menjadi ladang bagi seniman daerah untuk unjuk diri diberbagai event nasional maupun internasional nantinya. Dengan adanya program ini kesenian Panji yang ada di daerah bisa berkembang dengan mengedepankan strategis Pemajuan kebudayaan dari segi:
- Pelindungan
- Pemanfaatan
- Pengembangan
- Pembinaan
Kini kesenian Panji sanggar Gambuh Panji sudah keren dengan durasi 33 menit dengan pendukung 12 orang saja. Saya yakin ini adalah terobosan yang arif dan bijaksana dari ide-ide cemerlang panitia Panji Kemendikbudristek RI. Harapannya kegiatan ini dan prosgram ini bisa terus berlanjut serta berkembang lagi agar kesenian-kesenian yang menyimpang memori ini terus dikenal oleh masyarakat luas. Dapat memberikan edukasi ke masyarakat untuk terus mengembangkan dan memajukan kesenian-kesenian di daerahnya. Ucapan terimakasih yang tidak terhingga untuk Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan yang sudah memberikan kesempatan dan menciptakan program yang luar biasa ini untuk masyarakat dan penggiat kesenian Panji sehingga memberikan tawaran baru dengan wajah yang baru dalam kesenian Panji.
*Epi Martison, Komposer dan Pendamping Seniman Festival Panji 2024