Penyair Irzi

Puisi-Puisi Irzi

DI JALAN MATRAMAN 2

: Hasan Aspahani

/1/
Aku sungguh senang campur tegang
setelah luput dari pandang nyalang satpam
& ngeloyor dari sensor pagar anti pencurian
di sebuah toko buku kenamaan jalan Matraman

Kau tahu, penyair kakap kerap mencuri
maka setidaknya—aku si pengagum beratnya
mesti mengikuti cara paling mbeling,
mengutil buku & menyelipkan di balik baju seragam putih abu-abu

/2/
Udara cukup segar di luar gedung
tapi tak setegar penyair kala bingung
barangkali rasa gamang menggeramang
mengaburkan opsi lekas pulang

Ada dua pilihan kutawarkan—
menyusuri sunyi trotoar hingga putaran Gang Bunga
atau berbalik arah ke perempatan ramai Jalan Pramuka

Dalam doa, aku setuju
agar Rabb melindungi ke manapun tempat yang mau ia tuju,

Sehat & selamat di rumah yang belum rampung
dan tentunya dengan akal yang belum linglung.

2021

 

DI JALAN MATRAMAN 4

: Hasan Aspahani

Ini hari pengamen ondel-ondel kelewat comel
Apalagi sonder koin gopek yang ketawa

Di dasar keranjang sawer, bakal diestafet dengan bawel
Semua nama jenis primata dari taman margasatwa.

Apa iya mereka seniman sejati?
Sebab untuk ngarak ondel kudu ngerti

Pakem yang benar,
-mengakurkan tehyan & gendang bebarengan;

Musik hidup supaya tradisi tak redup
—bikin bocah pada ngegengsot
Gondal-gandul di gigir gili-gili
Terus melantur ke tengah pasar
Pal Meriam sambil mintir tembang sayur: jali-jali.

Semua orang lumrah mempunyai rasa lapar
Termasuk kau, aku juga pengamen ondel siluman

Bila mereka masih teguh tak sadar
Niscaya bapak gondel bermuka merah bakal bertandang ini malam.

2021
gengsot = berdansa gili-gili = trotoar mintir = berputar
sayur = tembang gambang kromong versi pop

 

STAMBUL SETU BABAKAN

Derai Hujan di luar langkan
Jatuh tak beraturan
Bagai riang derap kendang
Yang dihidang sang penabuh
Lewat sukat ganjil 5/4 beralih 7/8.

Sebenarnya sih, ini hati
Tengah tak keruan
Sebab nona manis dedemenan
Kadongan dilamar liyan yang juga kanti

Ada baiknya
Kita teruskan lagi
Nyahi di Isnin pagi
Berteman kue unti,
Berkawan dendang gambang kromong campuran:
Nyayur Jali-Jali lanjut Surilang njot-njotan.

2020

 

LAMENTASI DI SEBUAH KAMAR APARTEMEN KALIBATA CITY

Bila pekan mulai berjalan
Menuju tanggal tua
Apakah cinta tetap tinggal perlahan?

Meski anggur dalam kulkas
Semakin habis, sebotol limun tiris,
Roti cokelat dan gula hilang daya manis

Kekasih mungkin saja malih
Pikiran tanpa sempat berdalih
Perihal yang bisa membuat dia kerasan

Tetapi udara segar di luar jendela
Tegar membela dengan sukarela
Mata yang basah, tangis tanpa jeda

Kertas, buku, pensil, pena
Siap sedia menyerahkan diri
Agar puisi cinta, ditulis segenap harap

Ibarat sebuah surat pamungkas
Kelak kekasih kembali singgah
Di awal bulan depan

Kala lembar merah rupiah
Masih mesra, berpelukan di dalam kotak brankas
Di sana, cinta kerap menemukan momen untuk bertahan.

2021

 

RAYUAN GAMBANG DAN KELAKAR KROMONG

Nona, mohon simak ini suara
Yang kusayat lewat senar tehyan
Berbunyi mayor pada nada dasar A
Cukup penting, lantaran

Bila kau telisik lebih dalam
Bakalan kau temukan itu konde licin
Bergelung senda yang kerap bikin mendusin
Tersadar lewat irama Semar Gunem

Kau aku ibarat kuali ketemu kekep
Maka janganlah cinta ini jadi koplok & ngelekep
Mari buat hati kita berdua mumbul
Ngibing di luas hamparan lazuardi
Olala, kubawa serta kau ke ujung para-para

Bila bilah gambang berdentang
Lagu lainnya: gelatik nguk-nguk tentang
Burung eksotik yang tinggi terbang
Cari makan untuk pasangan tersayang

Pastilah abang lakukan jua
Asal cuma buat seorang nona,
Nona yang punya kulit hitam manis
Mirip Ida Royani sang artis
& ningnong pula kromong beromong-omong—
Dayung-dayunglah ini sekoci
Menuju gugusan Pulau Bidadari
Sembari menyesap harum wangi teh poci
Kelak gusti merestui cinta kita lestari

2021

 

MELANKOLIA PINANGSIA

/1/
Ketika semua kenangan merupa jejak air mata
Segera aku belajar agar berlaku tegar
Karena rindu adalah hal paling wajar
Semenjak sewindu lalu kau lesap dalam sunyi sonata

Kau & siluet gaun cheongsam
Bermotif feniks, berbayang di tengah malam
Cantik kepayang buatku terbelangah setengah tenteram.

/2/
Hati semakin ngenes
Saat melihat fotomu dalam pose kenes
Sebab hanyalah sebuah kemustahilan
Bila aku berharap banyak pada imaji
—perihal kau kembali pulang

Tetapi aku masih menyimpan hak dan kewajiban yang sama
Ketika hari-hari kemarin menjadi alasan utama
Agar rindu lekas berlaku liar
Dan cinta selalu menemukan modus operandi yang pas.

/3/
Barangkali di tahun 2046 kau hadir lagi
Tatkala aku terkapar nanar
Di bangku peron stasiun kota tua
Seperti senar gitar melar
Yang tak bosan memainkan sonata musim hujan
Di tiap malam tahun baru lunar.

2021

 

*IRZI Lahir di Jakarta, 13 November 1985. Puisi-puisinya dimuat di Majalah Digital Mata Puisi, Majalah Sastra Balai Bahasa Provinsi Banten “Kandaga”, laman sastra Buruan.co dan SastraZine EnamEmpat serta beberapa Antologi Puisi Nasional. Buku puisi pertamanya Ruang Bicara, 2019. Saat ini bergiat di komunitas daring Kelas Puisi Bekasi (KPB) dan Komunitas Budaya BetawiKita.