Candi Sojiwan dan Keramik Dona Arissuta

Relief, sebagai sebuah seni pahat atau seni ukir tiga dimensi, lazimnya kita temukan pada candi-candi, kuil, atau monumen-monumen bersejarah lainnya. Relief pada candi, bahkan dianggap sebagai sebuah karya seni yang sakral dan sarat akan unsur-unsur spiritual melalui cerita yang digambarkanya. Akan tetapi di tangan seorang perupa, Dona Prawira Arissuta, relief disulap menjadi sebuah karya seni fungsional berupa keramik, yang dapat digunakan sehari-hari. 

Berkaitan dengan hal di atas, sebuah pameran ciamik akan diselenggarakan oleh Bentara Budaya pada bulan ini. Pameran tersebut merupakan pameran karya disertasi dari Dona Prawita Arissuta, bertajuk “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”, yang akan digelar di Bentara Budaya Yogyakarta, pada tanggal 5 – 11 April 2023. Dalam kata pengantar katalognya, Donna menjelaskan bahwa pameran ini merupakan salah satu bagian dari tahapan ujian disertasinya, pada Program Doktoral di Program Pascasarjana, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. 

Penelitian Donna berangkat dari ketertarikannya mengenai kisah dalam relief Candi Sojiwan, yang merupakan kisah perjalanan Sang Buddha di masa lampau sebelum menjadi manusia tercerahkan. Dalam relief tersebut diceritakan mengenai kisah kelahiran-kembali Budha dalam berbagai kehidupan (heterokosmos) dan perjalanan-memutar (samsara) dalam menebar kebajikan-transdental (paramitha). 

“…karena dimediasi oleh narasi sastra, cerita, maka di dalam kisah relief Candi Sojiwan terdapat karakter atau figur (sering tidak saya bedakan penggunan dua istilah ini) utama manusia, binatang, dan alam…”, tulisnya pada pengantar pameran, April, 2023. 

Contoh Relief Kera dan Buaya pada Candi Sojiwan. (Sumber: Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Donna mengadaptasi lima dari kisah dari relief Candi Sojiwan kedalam media keramik, dengan bentuk perkakas sehari-hari seperti misalnya tableware, kitchen set, dan permainan anak. Yang menarik adalah, Donna melakukan mediasi ulang (transposisi medium) kisah relief dalam keramik, dengan memasukkan pengalaman keibuannya ke dalam cerita tersebut. Berawal dari emosi (kesepian, kesendirian, dan rasa bersalah) karena terpisah dari kedua anaknya, Donna berusaha untuk menuangkan emosi tersebut melalui medium keramik atau mix-keramik dengan kanvas. Pengalaman pertama ketika memperhatikan dan memeditasi (merenungkan) cerita pada relief Candi Sojiwan, membuat ia spontan merasa bahwa anak-anaknya akan suka dan senang dengan cerita-cerita pada relief, begitu pula dengan figur-figur di dalamnya. Donna sadar bahwa pendekatan kisah akan memberikan pelajaran dan pendidikan moral panjang kepada anak-anak dalam kehidupannya, akan memberi bekas yang kuat seperti kuatnya karakter/figur itu ditatah pada batu-bersedi dalam relief Candi Sojiwan. 

Candi Sojiwan sendiri merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pada Candi Sojiwan, terdapat 14 relief di kaki candi yang masih utuh dan dapat dengan mudah dikenali. Relief-relief tersebut menggambarkan adegan dengan figur di dalamnya adalah binatang, seperti misalnya kera dan buaya pada relief pertama, relief kedua singa dan lembu, relief ketiga gajah dan ranting pohon, dan lain sebagainya. 

Potret Candi Sojiwan. (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Proses Pembuatan dan Luaran Karya

Dalam proses pembuatan keramik dari relief Candi Sojiwan ini, terdapat serangkaian tahapan yang harus dikerjakan. Tahap pertama adalah pembuatan sketsa awal hasil adaptasi dari relief Candi Sojiwan. Pada tahap ini, Donna melakukan alih media atau melukiskan kembali relief pada candi ke dalam lukisan tangan. Pada tahap ini, terdapat setidaknya enam kali pengembangan objek relief, hingga menjadi gambar yang sudah siap untuk diaplikasikan kedalam keramik. 

Sketsa adaptasi relief Kera dan Buaya tahap awal. (Sumber: Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Tahap selanjutnya yaitu uji formula tanah, glasir, dan engobe, yang dilanjutkan dengan pengolahan tanah untuk pembuatan karya. Setelah semua bahan siap sesuai dengan kriteria, kemudian tahap berikutnya adalah proses visualisasi atau pembuatan karya. Pada tahap visualisasi terdapat beberapa proses yakni dari mulai pembentukan, pengeringan, pembakaran biscuit, pengaplikasian engobe, pemberian gambar dan warna, pengaplikasian gelasir, dan terakhir yaitu proses pembakaran glasir. 

Proses uji formula glasir. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Proses pembakaran biscuit dan pengaplikasian engobe. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Karya keramik yang telah final tersebut kemudian dibagi kedalam beberapa “Palimpsest Series”. Pemilihan judul tersebut dilakukan untuk menunjukkan adanya perubahan dari perpindahan medium, peralihan cara kerja kreatif, keterlibatan, apropriasi interpretatif, dan proses intertekstual dari proses adaptasi dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, Donna membagi hasil karyanya ke dalam 14 Palimpsest Series. Palimpsest Series #1 merupakan adaptasi dari relief Kera dan Buaya, Palimpsest Series #2 merupakan adaptasi dari relief “Ketam Membalas Budi”, Palimpsest Series #3 adaptasi dari relief Perempuan dan Buaya, Palimpsest Series #4 relief Singa dan Lembu Jantan, Palimpsest Series #5 relief Gajah dan Ranting Pohon, Palimpsest Series #6 merupakan adaptasi dari lima relief dalam bentuk magnet mainan lemari pendingin, Palimpsest Series #7 merupakan adaptasi lima relief Candi Sojiwan dalam media plate, Palimpsest Series #8 merupakan adaptasi lima relief Candi Sojiwan dalam bentuk kendi, Palimpsest Series #9 adaptasi lima relief dalam bentuk gentong, Palimpsest Series #10 adaptasi dari lima relief dalam bentuk padasan yang berjumlah dua, Palimpsest Series #11 adaptasi lima relief dalam bentuk talenan, Palimpsest Series #12 adaptasi lima relief dalam bentuk cermin, Palimpsest Series #13 adaptasi lima relief dalam bentuk peluit/sempritan, dan yang terakhir, Palimpsest Series #14 adalah adaptasi lima relief dalam berbagai bentuk benda keseharian. 

Palimpsest Series #1. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Palimpsest Series #2. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Palimpsest Series #3. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Palimpsest Series #14. (Sumber: : Katalog Pameran “Adaptasi Kisah Relief Candi Sojiwan dalam Media Keramik Benda Keseharian”)

Mengenal Lebih Dekat Sang Seniman

Dona Prawita Arissuta, atau yang akrab dipanggil Dona, merupakan seorang seniman, perupa keramik, dan pengajar pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain aktif sebagai seniman dan pengajar, Dona juga memiliki usaha dalam bidang seni rupa, yang dikenal dengan nama Kalani Art Project. Sejak tahun 2000, Dona sangat aktif mengikuti pameran baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, ia juga cukup sering mengikuti berbagai program residensi dan workshop. Sebagai seorang pengajar, Dona juga beberapa kali berhasil menerbitkan jurnal dari hasil penelitiannya. Atas berbagai kontribusinya dalam seni rupa, Dona juga menerima banyak penghargaan dari proses berkaryanya, baik untuk karya dua dimensi maupun karya tiga dimensi. 

Potret Dona Prawita Arissuta. (Sumber: laman resmi Bentara Budaya Yogyakarta).

Sepanjang karirnya dalam dunia seni rupa hingga saat ini, Dona banyak terlibat dalam berbagai pameran, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Beberapa diantaranya yaitu International Women Artist Art Exhibition 2023 bertajuk “Journey of Friendship”, yang diselenggarakan di Sangkring Art Gallery Yogyakarta, Pameran “New Hope” yang diselenggarakan oleh Art Xchange Gallery, Pameran “On Woman” di Mon Dekor Jakarta, Ceramic Art Exhibition “My Passion”, dan pameran-pameran lainnya. Pameran yang diselenggarakan kali ini, merupakan proyek pribadi yang dibuat dalam rangka memenuhi tahapan ujian disertasinya, pada Program Doktoral di Program Pascasarjana, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Bagi para pembaca yang tertarik untuk melihat lebih dekat berbagai karya dari Dona Prawita Arissuta, dapat mengunjungi Bentara Budaya Yogyakarta yang berlokasi di Jln. Suroto No.2, Kota Baru, Yogyakarta. Pameran telah dibuka pada tanggal 4 April 2023 oleh Rm. GP. Sindhunata, dan akan terus dibuka hingga tanggal 11 April 2023, setiap harinya pada pkl. 10.00 – 21.00 WIB.

Lesi L