Sajak-Sajak Lugas Ikhtiar
Kampung yang Berdoa Kepada Laut
:el valken namar
1
dari jauh, kau mendekat
pada woma tempat dulu
kau berdoa, memohon ampun
atas ingkarmu pada masa lalu.
bocah kecil dalam dirimu
mencecap asin pembebasan
saat dipermandikan pertama kali
sebagai Lukas yang suci.
2
pada sore yang diberkati,
kakimu menghangat saat meti
juga ruh dalam tubuh menguap
ketika langit barat mulai lindap.
matamu berubah jadi laut pasang
tempat ikan-ikan timbul tenggelam
&akal menjadi surut sebab angin
meniup kepalamu terlalu kencang.
dadamu begitu basah saat sampan
melaju pelan&ciuman lembab
melumutkan karang-karang/
camar yang berhenti terbang.
3
kau mengira Tuhan punya telinga
sekecil manusia lalu kau beriman
bahwa membunuh dirimu sendiri
akan membuat-Nya mendengarkanmu.
“aku mengasihi Tuhan, sebab Ia
mendengarkan suaraku dan permohonanku”
dengan hati yang mengasihi
&terkasihi, kau memutuskan
untuk putus dengan dunia
&terhubung pada surga.
4
anak-anakmu telah rimpuh
diasuh bagan. mata mereka
yang mutiara meliurkan doa
pada basah bibir laut.
kelak kau takkan bertanya
tentang kampung yang berdoa
kepada laut sebab Lukas telah
melarung lukanya yang kandas.
2021
Teh Tarik
—Afifah Hanun
kita percaya hidup
tak
dibatasi
jam malam
musim angin
bertiup ke hidungmu
&kemarau
menggersangkan rambutmu.
air matamu membasahi
ikan-ikan&sayur kerang
yang semestinya renyah
dikunyah mulutmu yang asmr.
sekali lagi, kau mengeluhkan
kepulangan yang berat
sambil terus mengamini
kulitmu yang kian coklat.
sekali lagi, tubuhmu
menginginkan berlama
duduk di sofa hijau itu&
kenangan yang berlumut.
sekali lagi, kau berat hati.
sedang tanpa merasa waktu tersita
kita telah menguapkannya
dalam uap asin teh tarik.
hidup akan tetap baik
sekalipun malam mungkin
telah menjatuhkanmu
dalam liang kepikiran.
sekali lagi, kau memeriksa
adakah kenangan terselip
dalam hasil foto kurang ISO
atau bau surya mulut seseorang.
sekali lagi, kau melihat
ke arah WC tanpa pintu
tempat kepercayaan
dibuktikan.
sekali lagi, kau menunduk
ke arah gelas kita:
mungkin kita perlu teh tarik,
sekali lagi.
2021
bergema di timur
dalam mazmur ia berkumur
litani keselamatan diri!
sebatang kretek mengendapkan
asap dalam kerongkonganmu
yang sakral
lewat bahasa ikan-ikan:
tanah&kampung dirapal-alirkan,
trah menyungaikan iman anak sekalian
dari garam&cabai, kau menuai
kasih dapur yang lumpur
pada tandus perut beta
dari angin&hujan, kau curahkan
sejuk senyum malaikat langit
pada sengkarut batin beta
dalam dosa&utang rasa
hanya tetya buat Mama!
2022
Malam Telah Pulang, Mei!
pada cermin, kau menyaksikan kemarin
sebagai perayaan seribu tahun kesunyian.
hari ini, malam telah pulang, Mei. kita tersisih dari kebahagiaan/kedamaian yang dijanjikan.
pada pulau tanpa lintasan kereta di awan,
bukankah santa mustahil datang?
lalu siapa akan memberi berkat
saat kita menyanyikan ayat?
kita pun tahu, negara segan berkunjung
ke palung-palung di mana
Bunda Maria berhuma
&Yesus disanjung
tapi kita mesti percaya, Mei.
matahari akan tiba esok/lusa
tepat saat doa-doa diterima-Nya
melalui ekspedisi estimasi tiga hari.
2022
kepada ombak musim basah
bocah-bocah menyerah
pulang menuju air
merendam hidup
memeram ujub
mereka mengeja keruh nasib
dalam bahasa akhir pekan
&logat kesedihan:
tak ada hari libur
bagi ikan-ikan
kau menyaksikan mata bocah
yang gandrung pada mata pancing
memicing asing ke arah mata pelajaran
di negeri yang tak digambar peta
mata angin ingin menunjuk arah
di mana mata pencaharian
hanya dikenakan setelah
lulus sekolah
2022
Lusa
kau mencatat kemarin
sebagai kelindan kelamin
Maria&perjaka angin seakan
lusa adalah huma Yudea berajah
tapak kaki bayi Yesus anak manusia
hari-hari bersembunyi
dalam cawan anggur&remah roti
tahun-tahun suram menera kedaluwarsa
di mana kebahagiaan menunggu dikabulkan
seperti penantian sebuah bukit akan Isa yang bangkit
2022
*Lugas Ikhtiar Briliandi menulis puisi dan cerpen. Bermain dengan Komunitas Sastra Kidung Pena. Perabotan Ingatan (2022) adalah kumpulan puisi pertamanya.