Pos

Memanen Buah-buah Cendekia di Sekitar Kita

(Sekedar tanggapan untuk Aminudin TH Siregar; dan supaya ia mulai menulis lagi…) Oleh Danuh Tyas Pradipta 1 Berangkat dari “surat” Aminudin kepada Hendro, sepotong ungkapannya menarik minat saya. Syahdan katanya, “Bahwa sejauh ini kita gagal panen buah cendekia yang mustahak”. Pikir punya pikir, mungkin ada benarnya juga; rasa-rasanya tidak ada isu yang menjadi perbincangan menarik dan […]

Seandainya Bung Tinggal di Sala

Oleh: Albertus Rusputranto P.A. Saya membaca tulisan Ucok1 (Aminudin TH Siregar), mas Hendro Wiyanto, mas Yuswantoro Adi dan mas Asmudjo J Irianto yang “berpolemik” di koran Kompas kemarin. Dekade awal 2000-an saya sering mengikuti tulisan-tulisan seni rupa yang dimuat di koran Kompas (biasanya pada terbitan Minggu). Dan, maka, saya waktu-waktu itu juga jadi pernah membaca […]

Benarkah Sistem Seni Rupa Kita Makin Baik?

(Sebuah Catatan Untuk Polemik) Oleh: Ugo Untoro Persoalan seni rupa yang akhir-akhir ini diperbincangkan mungkin bisa dilihat dari sistem pendidikan seni rupa di Indonesia. Contohnya adalah pendidikan seni rupa di ASRI (kini Institut Seni Indonesia), Yogyakarta.  Kalau kita melihat kembali silabus pendidikan di ASRI pada tahun-tahun awal berdirinya, berbagai mata kuliah seperti filsafat, psikologi, metodologi […]

Seni Rupa Indonesia Mau Dibawa ke Mana?

(Tanggapan untuk empat tulisan di Kompas Minggu) Oleh Arahmaiani Tulisan kritis Aminudin TH Siregar (Ucok) yang dimuat di Kompas Minggu (30/5/2021) dengan judul “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto” telah memantik perenungan tentang sejarah Indonesia dalam hubungannya dengan aspek kebudayaan dan seni. Di dalam kenyataannya jikalau kita mulai memikirkan permasalahan sejarah dan budaya memang masih […]

Menghijabi Seni Rupa Indonesia dengan Kaca Mata Kuda Rekreatif

(Tanggapan untuk Hajriansyah) Oleh: Arip Senjaya Adakah sebuah kuasa tunggal? Apakah kuasa tunggal itu dapat kita sebutkan wujud konkretnya? Menarik membaca tulisan Hajriansyah: Melampaui Hijab Gerhana. Tentu yang dimaksud – kuasa- oleh Hajriansyah dalam tulisannya yang merespon tulisan Aminuddin Th Siregar itu adalah kuasa tunggal modernitas. Tetapi benarkah modernitas itu hanya menampilkan diri dalam kuasa tunggal? […]

Masih Adakah Otonomi Seni?

(Tanggapan terhadap Chabib dan Aminudin Siregar) Oleh: Nurman Hakim Menarik sekali membaca polemik seni rupa di Kompas yang dilanjutkan di portal budaya BWCF beberapa hari ini. Tampaknya pembahasan meluas sampai ke soal teori ilmu sosial sebagaimana yang dapat dilihat dalam tulisan Bung Chabib. Oke. Saya mau ikutan berpolemik melalui pandangan saya terhadap seni secara umum dari perspektif […]

Mooi Indië?

(Tanggapan atas tulisan Chabib Duta Hapsoro) Oleh: Dwihandono Ahmad Menarik sekali rasanya membaca tulisan dari Bung Chabib mengenai otonomi seni dan khususnya vonisnya terhadap lukisan Mooi Indië sebagai …produk budaya dan kebijakan seni yang orientalis. Saya kira persoalan otonomi sudah sedikit dibeberkan oleh Bung Syarif pada tulisannya yang tak kalah menggelitik akal pikiran jadi saya […]

Gerhana dan Otonomi Seni Rupa Indonesia

(Tanggapan untuk Aminudin TH Siregar, Hendro Wiyanto, Yuswantoro Adi dan Asmudjo J. Irianto) Oleh: Chabib Duta Hapsoro Empat tulisan sebelumnya telah mendiskusikan dan memperdebatkan “gerhana dalam seni rupa Indonesia”. Gerhana itu menghalangi produksi-diseminasi seni rupa Indonesia, perkembangan medan seni rupa Indonesia dan pembentukan historiografi seni rupa Indonesia. Tulisan ini menawarkan sebuah konsep atau cara pandang, yang […]

Senirupa Kita yang Tidak ke Mana-mana

Oleh: Syakieb Sungkar Tentang 4 Artikel Seni Rupa di Kompas Esai ini ingin merespon 4 artikel di Kompas Minggu yang saling berbalas-balasan satu sama lain. Pada mulanya adalah tulisan Aminudin TH Siregar yang berjudul “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto”. Pada prinsipnya Aminudin mengemukakan bahwa infrastruktur senirupa kita tidak mengalami perkembangan yang berarti. Orang Indonesia […]

Yogya dan Pergumulan Sunyi Seorang Feminis

Oleh Seno Joko Suyono Dalam katalog pameran: The Submissive Feminist yang diselenggarakan di Kiniko Art Gallery Yogya dari tanggal 5-26 juni ini, Nadiah Bamadhaj menulis: “ …The exhibition borrow heavily from the iconography within my immediate environment of Yogyakarta.But that iconography is also reclaimed to manifest metaphors of my own personal experience. Batik, keris, wayang, […]