Pos

Estetika yang Tak Peduli, Seni yang Asyik Sendiri


Oleh: Prof. Dr. Kasiyan, M.Hum.* Konon, seni adalah bentuk paling tinggi dari kesadaran manusia. Ia bukan hanya cermin, tetapi juga palu, kata Bertolt Brecht dalam Esai “Theatre for Pleasure or Theatre for Instruction” (1936) yang memahat wajah realitas. Tapi, barangkali hari ini seni sudah kehilangan palunya. Atau mungkin ia terlalu sibuk berdandan di depan cermin, […]

Estetika Haptik: Jejak Sketsa Dalam Seni Lukis Indonesia

ESTETIKA HAPTIK: JEJAK SKETSA DALAM SENI LUKIS INDONESIA (Stanislaus Yangni) […] Sensasi sketsa terletak pada unsur artistiknya yang utama, yaitu garis. Garis-garis sketsa lahir dari hubungan tak terduga antara respons tubuh penyeket dengan obyek-obyek yang dihadapi. Estetika haptik adalah estetika fenomenologis, karena “kebenaran kembali jatuh pada tubuh”. Jalan estetika haptik Deleuzian adalah jalur sensasi—logika sensasi. […]

Filsafat Seni Nusantara: Rasa dan Transedental

Oleh Dea Lunny Primamona* Definisi Filsafat Seni Nusantara menurut saya harus terlebih dahulu dipahami sebagai produk intelektual dan spiritual tentang keindahan seni yang lahir dan berkembang di nusantara atau negara kepulauan (archipelago). Seni dan dimensi filsafatinya tersebar dalam berbagai bentuk warisan budaya benda seperti artefak, naskah kuno, bangunan, bagian dari bangunan, senjata, pakaian, dan lain-lain, hingga […]

Seni dan Negara (Modernisme di Halaman Belakang) (Bagian 1)

Oleh Afrizal Malna Apa yang menarik mengikuti tulisan Aminudin TH. Siregar: “Takjub Ajoeb: Kepada Bung Hendro Wiyanto” dan tanggapan Hendro Wiyanto: “Jurus Gerhana Aminudin TH. Siregar”, adalah bagaimana sejarah bekerja dalam wilayah rasionalisme dan keyakinan. (Mungkin ini juga tidak tepat). Ia seperti hantu yang bersemayam pada batas sejarah sebelum dan setelah Tragedi 1965. Bermain dalam […]