Pos

November Rain, Nostalgia Kesedihan dan Dunia yang Menuntut Terlalu Banyak

Oleh: Purnawan Andra*   Bagi banyak orang Indonesia yang tumbuh pada dekade 1990–2000-an, November Rain bukan sekadar lagu rock balada dengan durasi panjang. Ia bekerja sebagai artefak emosional yang mengikat memori kolektif—tentang sekolah, radio malam, krisis ekonomi, atau sekadar ruang-ruang kecil tempat seseorang bersembunyi dari kekacauan zaman. Lagu ini bertahan bukan karena romantisme semata, melainkan […]

Puisi-puisi Abdul Wachid B.S

BALADA BATANG PETUNG YANG HILANG Di halaman itu anak-anak bermain bayang sendiri suara mereka seperti angin mengejar bentuk yang tak jadi. Dulu di tengah mereka ada batang petung berdiri menadah hujan menampung cahaya pagi dan mendengarkan burung jalak bertahlil sebelum embun benar-benar pergi. Tak hanya menadah hujan, ia pernah jadi bende penanda waktu, menggetarkan malam […]

 Pameran Seni ‘Descending’ di Artsphere, Dharmawangsa Square: Agnes dan Tali-Temali Primitif Yang Kontemporer 

Oleh Bambang Asrini Widjanarko* Seorang seniman muda, Agnes Hansella, 33 tahun membawa seni tali-rajut kuno, warisan bangsa Moor klasik, menjadi karya seni kontemporer terkiwari. Yang mengejutkan, karya-karya ‘separuh ekspresif-nya’, di masa lalu itu mempesona brand-brand luxurious seperti Hotel Marriott, Louis Vuitton (LV), sampai Hermès.  Kali ini, galeri seni Artsphere, milik pecinta seni sejati, Maya Sudjatmiko […]

Hikayat Perupa dalam Sinema # 7: Hiruk-pikuk Maestro Nadera, dan Kisah “Jero Makendang” yang Malang

Oleh Agus Dermawan T.* Ada satu lukisan yang berlari ke sana ke mari mencari posisi. Namun drama nasib membuat lukisan itu merana. Apa benar lukisan Beratha Yasa punya suratan takdir? Percaya nggak percaya. Ada pula perupa yang hidupnya seperti komedi, namun namanya menjulang tinggi. I Gusti Bagus Made Nadera namanya. ———— Kesialan “Jero Makendang”  PADA […]

Seni Abad 21: Membosankan Atau Membebaskan?

Oleh Eko Yuds  Seni modern hidup di antara kebebasan dan kebingungan. Ia tak lagi terikat oleh bentuk, gaya, atau pusat, tetapi juga kehilangan arah dan makna. Dari kardus sabun Warhol hingga mural di jalanan Yogyakarta, seni abad 21 menatap dunia tanpa peta—kadang membosankan, kadang membebaskan. Inilah zaman ketika karya bukan lagi sekadar benda, tetapi pernyataan […]

Pak Uka “Hidup Kembali”: BWCF Ke-14 2025

Oleh Oman Fathurahman* Semenjak Dr. Uka Tjandrasasmita (1930-2010) wafat, saya sering mengatakan di berbagai forum: “Pak Uka, demikian saya biasa menyapa, membawa Arkeologi Islam ikut terkubur bersamanya”. Mengapa? Karena setelahnya, bidang arkeologi Islam senyap sepi peminat, tidak ada kader penerus yang mengkaji batu-batu nisan periode Islam khususnya. Apalagi, yunior Pak Uka, Professor Hasan Muarrif Ambary […]

Suluk Estetik Kuswaidi Syafi’ie: Puisi sebagai Peta Ontologis Relasi Tuhan–Manusia

Oleh: Abdul Wachid B.S.*   I. Pengantar: Menempatkan Kuswaidi Syafi’ie dalam Lanskap Puisi Sufi Indonesia A. Latar Persoalan Sepanjang sejarahnya, puisi religius Indonesia lebih sering tampil sebagai getaran: suara yang muncul dari lubuk kerinduan, kegentaran, atau pengakuan diri di hadapan Yang Maha Lembut. Pada banyak penyair, pengalaman spiritual hadir sebagai kilatan: intensitas rasa, bukan sebagai […]

Hujan yang Membuka Langit: Malam Ketika Sastra Tegalan Menemu Bara

Oleh: Lanang Setiawan* HUJAN telah jatuh sejak sore, memanjang seperti garis-garis ingatan yang tak ingin putus. Kedai kopi tempat kami berkumpul malam itu tak memiliki pintu—hanya sebuah mulut ruang yang dibiarkan terbuka, sehingga angin membawa serta hujan masuk pelan-pelan, mencipratkan dingin ke lantai dan ke panggung kecil yang malam itu serasa punya napas sendiri. Di […]

Estetika Kesahajaan Transenden: Refleksi atas Puisi-Puisi M. Faizi sebagai Ibadah Estetik Santri Modern

Oleh: Abdul Wachid B.S.*   I. Pendahuluan (Objektivisasi) Pesantren di Madura tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan religius, tetapi juga sebagai ruang kultural dan spiritual yang subur bagi tradisi kepenyairan. Dalam konteks ini, sastra santri berkembang sebagai medium ekspresi spiritual sekaligus refleksi sosial, di mana pengalaman religius sehari-hari, wirid, dzikir, dan kehidupan pesantren menjadi sumber […]

 Topografi Kesadaran: Membaca Politik Keheningan di Blora

Oleh: W. Sanavero*   Blora tidak hanya dapat dibaca sebagai entitas administratif di timur Jawa Tengah, tetapi sebagai medan makna — sebuah teks terbuka yang menyimpan lapisan sosial, politik, dan spiritualitas yang terjalin di dalam ruang geografisnya. Jika lambang Blora kita perlakukan sebagai representasi semiotik dari identitas ruang, maka ia bukan semata perwujudan estetika heraldik, […]