Puisi-Puisi Tulus Wijanarko

GLOSARI DI DALAM RUMAH

dulu hanya ada aku dan engkau
lalu kita memilih dengan
pada mulanya adalah,

mari melangkah, sayang
ada janji di depan pintu
dan mata saling rindang
di setiap ragu,

aha, lalu matahari bercahaya
tiga kali, dari tenggara timur laut
juga barat daya, dan mereka
ialah lalu atas pada mulanya
adalah

kita hanya siap
menulis cerita, kataku
akhir kisah terlanjur diangankan
tapi perjalanan tergantung
gurat tangan,

hari ini selalu menjadi pada
suatu hari, kelak menjelma glosari

di rumah yang
kita rencanakan
dalam hati

tetapi tidak
sendiri.

2021

 

B E R P U L A N G

tak ada yang pergi
kecuali untuk mencari
mata air tanpa tepi

dalam tualang
yang diimani hanya arah
menjaga bukit dan lurah
latu di jalan bersimpang

waktu tak pernah rembang
kecuali sekadar janji berpulang
karena yang tiada
menepi pada air mata.

270522

 

SAJAK KEPULANGAN

ujung keberangkatan
hanyalah kepulangan
dan setiap yang datang
menjaga hilang,

bertemu
adalah jalan kembali
atau sekedar sembunyi
dari pertanyaan abadi

itukah kamu?

tak ada kepulangan
jika keberangkatan
hanya milik jawaban

dan perjalanan
silap pada pertanyaan.

2021

 

SUARA SUNYI

kurindukan suara sunyi
seperti ketika aksara
berserah pada bunyi
tiktak jam pun tersipu
karena penantian panjang
tak lagi butuh waktu

masih tersedia lekas
pada tunggu
segenap yang bergegas
selalu cemas pada ragu

dalam sunyi
aku berlari dikejar diri

demi lari
hal-ikhwal tercuri
oleh setiap

sebelum cari
menjadi nanti

pada suara
segala menjadi
sunyi
di perhentian
tak henti-henti.

11/2020

 

R U C I

kudengar bisiknya dari dalam telingaku
segala kata yang tergurat di tebing
milik pemahat dirundung sepi

dengan semua sumbu yang terbakar
bima pernah datang padaku
dengan hatinya yang sepepat
bambu terbilah
bertanya dan tengadah

seperti engkau hari ini dengan
pertanyaan bagai surai dihempas angin
padahal itulah jawaban yang
bersembunyi darimu

engkau telah jauh berjalan
padahal tak ada jarak yang kau tempuh
sendirian.

2017

 

PADA JARAK TAK TERUKUR

yang disorekan penat
adalah harapan
karena janji dimalamkan
hasrat,

tak ada yang ingkar
sebab awal dan akhir
seturut jalan melingkar

kedatangan dan kepergian
hanya perkara suka cita juga kesedihan
sebab rute tak pernah tertukar.

yang dipagikan adalah doa sebisanya
dan kerjap mata penuh tanda.

2017-18

 

MEMBELI ROTI

aku tak pernah tawar-menawar dengan roti
karena hanya ingin kuremah sarinya,
dari manakah setiap hikmahnya datang
jika bukan karena kerelaan serbuk tepung
dan keringat menahun?

setangkup kepasrahan
dan seoles mentega
berlalu tawar pada
hati yang beralamat alpa
ia bagai lupa pada fajar
tenang menunggu di meja sarapan
selalu tau takdir akhir
pada hari yang baru,

minum secangkir teh dulu
agar sedikit hangat perjalananmu.

2017-2021

 

Tulus Wijanarko. Lahir 29 Juni 1966 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sudah menerbitkan dua antologi puisi tunggal, Malam, dengan Sebuah Tanda (2007) dan Surat Tantangan, Fragmen-fragmen yang Tak Pernah Engku Kira (2014). 

Mengikut sertakan karayanya ke beberapa antologi bersama, dan mengikuti beberapa acara pertamuan penyair, antara lain, di Ternate, Bengkulu, Jakarta, dan Padang Panjang.  Berpartispasi dalam berbagai acara pembacaan sajak, seperti Malam Reboan dan Sastra Bulan Purnama di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta. 

Mengelola akun Sastra n Perjalanan di YouTube yang memuat konten sastra dan catatan perjalanan. Saat ini tengah menyiapkan dua antologi puisi tunggal.