Mural Wayang Beber Sebagai Intervensi Estetik

Oleh Daniel S

Seperti kita tahu mural merupakan media komunikasi antara seniman dan khalayak umum, sebuah medium alternatif untuk penyampain nilai-nilai estetis dan etis. Mural menjadi sentral peranannya ketika berada pada ruang publik, karena ruang publik menjadi salah satu sentral interaksi sosial bagi masyarakat, khususnya perkotaan. Keberadaaan mural di ruang publik tentunya mempunyai fungsi sebagai media penyampaian aspirasi, sebagai fungsi estetik, ekonomi dan pendidikan. 

Isyu Publik Etik Kabupaten Kota

Di masyarakat tradisi yang awalnya berbasis sosial ekonomi dan budayanya dari pertanian/agraris, ketika perlahan bergeser menjadi kota urban – jasa dan dagang, akan mengubah pola kehidupan masyarakatnya pula. Yang awalnya berorientasi harmonisasi berubah jadi kompetisi. Hal tersebut siap tidak siap psikologi masyarakatnya akan mengalami gegar budaya dengan pembangunan kota. Belum lagi jika kebijakan publik dari pemerintah belum mempunyai kesadaran yang memadai untuk menyikapi perubahan jaman. Pembangunan yang hanya berorientasi pada pemasukan pendapatan daerah tanpa di barengi Kebijakan estetik hanya akan melahirkan kota yang dingin dan kaku serta panas dalam persaingan, sehinga chaos-chaos sosial tidak terhindarkan. 

Fenomena ini bukan masalah spesial. Hampir semua kota kabupaten indonesia mengalami hal yang sama, semua berlomba-lomba mencitrakan kotanya, hanya sayangnya citra tersebut dibentuk oleh pemegang modal kapital, bukan oleh dari pemerintah yang diberi mandat masyarakatnya untuk mengendalikan agar menjadi kota ramah lingkungan. 

Disinilah kegelisahan seniman pada penciptaan mural wayang beber di kabupten Karanganyar Jawa Tengah. Mural yang ditujukan sebagai bentuk intervensi secara estetik pada kebijakan etik publik. Ini upaya peran serta seniman perupa untuk berkontribusi pada kotanya, agar terbangun kesadaran bersama antara pemerintah dan masyarakat akan rasa handarbeni (memiliki) kota. Karena sudah jadi makfum setiap kali ada sudut kota yang kosong, bin salabin dalam hitungan hari akan terbangun lapak-lapak yang berujung pada kekumuhan. Belum lagi perilaku vandalisme dan kebiasaan buang hajat di sembarang tempat jika sepi. Juga dalam bentuk pemerintahan, yang mana polecy pembangunan juga jarang paripurna secara konsep dan keberlanjutannya. hanya sekedar mempunyai bangunan fisiknya sebagai aset belaka dll. 

Dokumentasi saat pembuatan mural-1. (Sumber: Penulis)

Setiap daerah/desa berpotensi bakal jadi kota, tapi kota tidak berubah jadi desa. Sebelum Karangnyar menjadi kota besar, dengan aksi Mural wayang beber ini coba diwujudkan sebagai project percontohan untuk intervensi kebaikan.

Dokumentasi saat pembuatan mural-2. (Sumber: Penulis)

Dokumentasi saat pembuatan mural-3. (Sumber: Penulis)

Isyu Estetik Mural Wayang Beber Cerita Panji

-Perpaduan antara Mural, wayang beber dan sastra klasik panji .

Mural dalam kesenirupaan merupakan medium yang baru tren sekarang ini. Kehadiran senirupa di ruang publik menjadi media alternatif selain artsitektur dan patung yang biasa dijadikan ikon dan landmark kota. Sedang wayang beber sendiri merupakan perpaduan dari seni rupa tradisi nusantara dan tradisi lisan wayang selain relief candi dan patung-patung yang bertebaran seantero nusantara. Sebuah warisan budaya yang nyaris punah, dan hanya jadi benda artefak museum karena sudah jarang dimainkan.

Jika mural wayang beber kali ini mengambil konten cerita panji untuk di terapkan pada dinding stadion 45 kabupaten Karanganyar, ini sebagai langkah strategis diseminasi budaya. Bahwa sastra klasik asli nusantara cerita panji ini sudah masuk warisan dunia yang terdaftar di MoW “Memory of the World” UNESCO, selain epos Mahabarata dan Ramayana dari India yang kita kenal selama ini.

Dokumentasi saat pembuatan mural-4. (Sumber: Penulis)

Dokumentasi saat pembuatan mural-5. (Sumber: Penulis)

Dengan bentangan tembok 50 meter di stadion 45 Kab. Karanganyar, tergambar 10 cerita panji (5m setiap adegan). Mural wayang beber cerita panji ini telah dikerjakan selama 14 hari. Di mulai sejak 21 april 2024 dan selesai 3 Mei 2024. 

Bagi masyarakat Karanganyar, dunia wayang memang sudah tidak asing lagi, apalagi di kabupaten ini pernah punya tokoh maestro dalang kondang Ki Manteb Soedarsono. Namun kehadiran wayang dalam bentuk mural merupakan hal baru, dan ini membuka wacana publik bahwa melalui sentuhan estetik telah tercipta kesadaran pentingnya pemeliharaan ruang hidup bersama. Sehingga ruang publik sebagai tempat bersama dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi budaya, benar-benar menjadi tempat ramah lingkungan.

Dokumentasi saat pembuatan mural-6. (Sumber: Penulis)

Dokumentasi saat pembuatan mural-7. (Sumber: Penulis)

Dengan dukungan Danaindonesiana dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bambang wahyudi sebagai kreator mural wayang beber cerita panji ini, telah mencoba menginisiasi seni rupa di ruang publik sebagai bentuk kontribusi seniman perupa kepada kota tempat kelahirannya. Selain memperindah kota, harapannya dengan projek mural wayang beber ini dapat men-stimulus pemerintah kota maupun masyarakat agar sadar akan pentingnya sentuhan estetik, agar kota menjadi tempat yang nyaman untuk tumbuhnya generasi.

—–

* Daniel S. Aktifis Seni