Yoga Dan Sikap Optimistik

Oleh Yudhi Widdyantoro

Dalam mitologi Romawi Kuno, ada seorang dewa yang bernama Janus. Bersama dengan Jupiter, Janus merupakan  dewa dengan kedudukan tinggi. Penguasa Latium dan penanggung jawab masa keemasan (the Golden Age) ini mempunyai wajah dua. Satu wajah menghadap ke belakang digambarkan selalu dengan mimik yang murung dengan jenggot berantakan, sedang wajah satunya, klimis dan cerah ceria menghadap ke dapan. Masyarakat waktu itu mempercayai bahwa Janus adalah dewa yang membuat kehidupan berawal, penjaga pintu gerbang sebagai perumpamaan langkah pertama bagi sebuah perjalanan. Dari Janus ini nama bulan Januari berasal.

Wajah Janus yang menghadap ke belakang merupakan analogi dari fragmen kehidupan masa lalu yang kelam. Tatapan wajah ke depan, seolah akan mengatakan bahwa masa yang akan datang akan lebih baik. Ada sikap optimistik di sini dalam melihat masa depan. Alangkah celakanya jika kita sering menenggelamkan diri kita di kehidupan masa lalu, seberapapun indahnya kehidupan itu, karena semuanya telah berlalu, sementara kita hidup saat ini dan di sini. Bisa dibayangkan, akan lebih runyam hidup ini, jika masa lalu kita adalah drama tragedi yang akan selalu membawa rasa sesal berkepanjangan.

Penyesalan akan membawa energi buruk bagi pikiran kita yang tentunya akan berdampak bagi kesehatan fisik – tubuh kita sendiri secara keseluruhan. Kalau misalnya saja kemarin kita telah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, atau bahkan diri kita sendiri, kita harus menyadari bahwa perbuatan itu sebagai susuatu yang tidak sehat dan kita bertekad untuk tidak melakukannya lagi, tapi tidak baik bagi kita untuk terus menyesal. Apalagi sampai merasa bahwa seolah dunia akan runtuh dan berniat ingin bunuh diri. Atau, tentunya akan semakin parah, jika seperti banyak orang yang melarikan diri dangan kenikmatan sesaat dan kemudian tenggelam bersama narkoba.

Menyesal adalah suatu perasaan tidak senang yang bersumber dari rasa benci. Benci terhadap dirinya sendiri. “Mengapa saya melakukan hal itu? Aduuuh sial sekali saya ini….” Seperti itu kita sering mendengar keluhan banyak orang. Kalau kita mau berpikir lebih jernih, tentunya pikiran seperti ini bisa menjadi bibit negatif bagi tubuh kita. Sejak waktu kecil mungkin sering kita mendengar pepatah, “Sesal kemudian tidak berguna”.

Tidak ada perlunya kita menyesal bahkan sampai membenci diri kita sendiri. Kita cukup menyadari perbuatan itu sebagai perbuatan yang tidak sehat, yang merugikan kita dan juga orang lain. Lalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tidak melakukannya lagi, tapi tidak menyesali dengan membenci diri kita sendiri. Oleh karena itu, marilah kita mengasah diri kita dengan menggunakan kesadaran. Apa saja yang mulai muncul dalam pikiran dan yang menjadi perasaan, perlu diketahui atau disadari dengan dilandasi pengertian bahwa itu tidak kekal, hanya sebentar, tidak akan selamanya rasa seperti itu akan kita alami. Kalau kita bisa menyadari dengan pengertian ketidakkekalan, kita akan terbebas dari segala perangkap. Tidak terperangkap oleh kebencian, maupun juga oleh kebahagiaan. Tidak adanya perangkap hidup ini yang akan membuat kita optimis dalam menjalani hari-hari di depan kita yang akan kita lalui, seberapapun tidak pastinya masa depan itu. Titik kesadaran itu seperti garis pemisah dua wajah yang bertolakbelakang, seperti sedetik saat pergantian tahun. Tugas kita untuk terus mengusahakan berada pada saat yang penuh makna kebijaksanaan itu.

Dalam kehidupan modern yang mengglobal, kejadian di suatu tempat, khususnya bidang kesehatan, politik, keuangan dan perdagangan, akan mudah berimbas di belahan bumi yang lain. Contoh kontemporer yang paling nyata adalah Covid-19. Virus yang mulai ditemukan di Wuhan, China dalam waktu cepat menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandemi, penyakit yang meluas dan menjangkiti seluruh negara. Pemilu di Amerika Serikat jadi perbincangan hampir seluruh warga dunia, tidak terkecuali warga kampong di Bekasi. Atau juga ketika terjadi krisis keuangan di merika Serikat, hampir seluruh bangsa dunia seperti menderita demam berdarah, termasuk komunitas bisnis di Indonesia.

Sekarang ini, mereka yang bekerja di kantoran sepertinya mengalami hantaman cobaan yang bertubi-tubi. Selain terjangan perubahan cuaca yang menurunkan daya tahan tubuh fisik, krisis finansial global seperti disebut di atas akan memperlemah mental dan juga kehidupan spiritual, atau psikis.

Walaupun para pekerja kantoran telah bekerja dengan maksimal, namun karena Indonesia bukan negara adidaya, krisis multidimensi ini belum segera berlalu yang berarti ketegangan psikis masih harus dikikis habis. Pada titik ini, latihan yoga dapat membantu.

Jika kita kembali melihat literatur yoga,  di dalam contoh postur-postur yoga yang sangat beragam itu, secara garis besar, dari sudut manfaat dapat dikatkan bahwa postur-postur berdiri (standing poses) akan membantu kita menstimulasi energi (enegizing), sementara potur terbalik (inversions): kaki di atas – kepala di bawah, seperti headstand dan handstand akan memberi kekuatan mental (mental strength).

Berikut ini adalah beberapa contoh postur yoga yang dapat menjadi latihan pembuka di pergantian tahun agar hidup lebih optimistik, seperti wajah Janus yang menghadap ke dapan.

Virabadrasana 1

Dalam melakukan postur ini, yang penting diperhatikan adalah pinggul rata seperti kotak, secara horisontal kedua tulang pinggul sama tinggi, demikian juga tinggi bahu. Selain untuk tetap mengusahakan agar tulang punggung tegak lurus dan otot belikat (shoulder blade) seperti terikat ke tulang punggung itu, pertahankan juga agar bahu menjauh dari kuping agar otot-otot leher, rahang dan wajah tetap rileks. Dagu (chin) agar sejajar dengan lantai, dan pandangan mata lurus setinggi horison. Tangan tegak lurus ke atas dengan jari-jari tangan aktif terangkat sampai terasa bahwa pada setiap lengan, kulit dan otot-ototnya meremas tulang.

Bagi yang mempunyai keluhan sakit jantung, ketika melakukan postur ini, dianjurkan untuk tidak mengangkat tangannya, karena akan malah membuat kerja jantung lebih terpacu. Dengan kedudukan torso, pinggul dan kaki seperti yang telah ditulis di atas, letakkan tangan di pinggang dengan siku bagian luar diarahkan ke dalam.

Di dalam kantor, di ruang kerja kita sendiri pun kita masih bisa melakukan gerakan yoga yang sederhana dengan manfaat yang hampir sama, seperti postur Virabadrasana 1 ini yang dapat dimodifikasi dengan properti yang ada, seperti kursi. Posisi kaki seperti kita normal melakukan potsur Worrior ini, hanya saja kita bisa sambil duduk di kursi tersebut.

Virabadrasana 3

Setelah melakukan Virabadrasana 1, bisa dilanjutkan dengan memutar kaki kanan keluar 90 derajat, sementara kaki belakang mengikuti arah pinggul dengan paha belakang diusahakan menghadap ke arah langit-langit. Tekuk lutut depan 90 derajat. Condongkan badan ke depan, dan kemudian kaki depan yang tadinya ditekuk, pelan-pelan diluruskan sehingga jika dilihat dari arah samping, postur ini seperti hutuf T. Dari ujung jari tangan, seluruh badan bagian belakang sampai tumit membentuk satu garis lurus.

Adhomuka Vrikasana (Handstand)

Seperti jika kita artikan secara keseluruhan nama postur ini, kita yang melakukan postur pohon yang tegak lurus dengan kepala di bawah. Diusahakan wajah tetap menghadap ke bawah agar kondisi dada tetap terbuka.

Dalam melakukan postur ini, diasumsikan kondisi tangan dan lengan kita sudah terlatih, kuat terlebih dahulu. Tidak dianjurkan bagi praktisi pemula, apalagi perempuan yang sedang datang bulan (menstruasi).

Anuloma-Viloma Pranayama, Alternate Nostril Breathing

Latihan pernafasan yang cukup sederhana, dengan masuk dan keluar nafas dari satu sisi lubang hidung secara bergantian, terus dilakukan dengan konsisten. Diusahakan agar nafas yang masuk sama lamanya dengan nafas yang keluar. Sehingga akan terasa ritme nafas yang teratur. Selain dapat membersihkan saluran pernafasan, latihan nafas ini akan menenangkan pikiran yang resah dan gelisah.

*Penulis adalah instruktur yoga