PM Toh Keliling Inggris

Agus Nur Amal atau yang dikenal sebagai PM Toh, seorang seniman tutur yang berasal dari sebuah kota di ujung Barat Indonesia, pada bulan ini akan menyelenggarakan serangkaian pertunjukan dan wawancara di beberapa titik di Inggris. Pada program ini, Agus akan mendiskusikan mengenai ‘seni tutur’ atau seni bercerita (storytelling) yang menjadi keahliannya.

Sebagai seorang seniman tutur, dalam setiap penampilannya, Agus kerap menggunakan objek-objek atau perkakas sehari-hari, yang dijadikan sebagai media untuk bercerita, berbagi ide, pengetahuan, konflik, hingga trauma healing. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh Agus adalah menyebarkan ilmu dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai metode. Oleh karena itu, dalam berbagai pertunjukannya Ia juga kerap berkolaborasi bersama dengan para seniman lainnya, fotografer, videografer, hingga para pengajar.

Poster TALKER#12 bersama Agus Nur Amal PMTOH. (Sumber: akun instagram resmi @agusnuramal_pm).

Selama di Inggris, Agus akan menggelar wawancara di empat lokasi, yang akan diselenggarakan pada 23 – 29 Juni 2023. Lokasi pertama yaitu berada di Café OTO, London, yang telah berlangsung pada tanggal 23 Juni. Pada penampilan pertamanya tersebut, Agus ditemani oleh dua bintang tamu lainnya, yaitu Hannah Catherine Jones dan Barby Asante. Selanjutnya, pada Minggu 25 Juni 2023, Agus akan ‘bercerita’ di Good Press yang terletak di Kota Glasgow, dan dilanjutkan dengan pertunjukan di NewBridge Books Newcastle, pada Selasa 27 Juni 2023. Kemudian, Agus akan menutup serangkaian tour tersebut pada Kamis, 29 Juni 2023 yang berlokasi di G39, Cardiff.

Perjalanan karir Agus Nur Amal sebagai seorang ‘pendongeng’ sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu. Dalam catatan perjalanan karir yang Ia unggah pada website pribadi miliknya, Agus bertutur bahwa kecintaannya terhadap dunia ‘bercerita’ sudah munucul sejak ia masih kanak-kanak. Lahir dan besar di Sabang, Aceh, Agus kecil selalu antusias ketika diajak untuk pergi ke acara hajatan oleh keluarganya. Hal itu karena, di acara-acara hajatan tersebut Agus akan menyaksikan pertunjukan hikayat yang seringkali menjadi hiburan dalam setiap acara hajatan.

Potret Agus bersama dengan perkakas sehari-hari yang ia gunakan untuk bercerita. (Sumber: https://www.cafeoto.co.uk/events/talker-issue-12-launch/ ).

Ketertarikannya terhadap seni pertunjukan semakin kuat, ketika ia menginjak bangku Sekolah Menengah Atas. Di SMA, ia mulai aktif mengikuti ekstrakulikuler teater. Siapa sangka, kecintaannya terhadap seni pertunjukan yang pada awalnya hanya sekedar hiburan, ternyata mengantarkan Agus untuk menempuh studi teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Cikini, Jakarta Pusat. Pada tahun 1988, Agus beranjak dari ujung barat Indonesia, untuk menggapai mimpinya di Ibukota. Akan tetapi, pada tahun 1990 setelah ia berhasil menyelesaikan studinya, Agus Nur Amal menyadari bahwa seni hikayat, hiburan kecintaannya sejak kecil, telah menjadi sebuah seni yang semakin langka. Oleh karena itu, Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, dan kembali mempelajari seni hikayat dari seorang aktor dan seniman hikayat ternama, Teungku Haji Adnan dari Sigli. Dari beliaulah, Agus banyak belajar mengenai seni berhikayat. Berbekal pengetahuan dan keahliannya yang ia peroleh ketika menempuh studi teater di IKJ, Agus Nur Amal kemudian perlahan tumbuh dan berkembang menjadi tokoh besar. Hingga saat ini Ia bahkan berhasil menjadi seniman hikayat yang go internasional.

Potret Agus Nur Amal PMTOH. (Sumber: blog pribadi Agus Nur Amal PMTOH, aguspmtoh.blogspot.com)

Sepanjang perjalanan karirnya, Agus Nur Amal telah berhasil menampilkan berbagai pertunjukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Tema-tema yang Ia kisahkan sangat beragam, menyesuaikan dengan jiwa zaman ketika ia tumbuh. Sebagai contoh, pada tahun ’90 an ketika periode Orde Baru, Agus kerap mengambil tema-tema sosial politik seperti Jenderal Puyer Bintang Tujuh, yang isinya adalah mengenai sindiran kasus korupsi di kalangan perwira tinggi militer. Kemudian, Hikayat Polisi dan Bandit, yang mengisahkan sebuah satire mengenai batasan moral penegak hukum dan para bandit. Selain menampilkan berbagai karyanya tersebut, Agus juga kerapkali diundang pada berbagai konferensi baik nasional maupun internasional, untuk membagikan ide dan pemikirannya mengenai dunia seni pertunjukan. Sejak tahun 2003 hingga saat ini, Agus bersama dengan Komunitas Tikar Pandan, berusaha mewujudkan proyek yang bergerak di bidang penyembuhan trauma dan perdamaian, di Banda Aceh.

Pertunjukan Agus Nur Amal PMTOH kali ini berada di bawah payung sebuah program yang dikenal dengan Talker. Talker sendiri merupakan sebuah media independen yang memberi ruang bagi seniman pertunjukan, untuk mendiskusikan karya mereka serta disiplin seni pertunjukan secara luas. Program ini dimulai sejak tahun 2016 dan diprakarsai oleh Giles Bailey. Bersama Agus Nur Amal, talker kali ini menjadi edisi ke-12, setelah sebelumnya banyak menggandeng seniman-seniman pertunjukan lain dari berbagai negara.

 

*Lesi L.