Pos

Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono

DI TEPIAN KALI JAGIR Di bawah jembatan nyaris ambrol— bayangan pohon beringin membatu, sungai tak mengalir—ia menatap. Air jadi mata, menyimpan rahasia pabrik tua dan tangis anak-anak plastik. Siluet trem masa lalu menggeretkan kerangka besi— tanpa roda, tanpa suara. Hanya asap yang melukis salib pada langit kelabu. Langit yang lupa cara berduka. Aku melihat arwah […]

Puisi-puisi Warih Wisatsana 

BERSAMA MADE WIANTA KE APUAN  Tiga tikungan lagi          tak kunjung sampai          kampung halaman  Begitulah berkali kita bertanya ke barat atau ke timur melipur umur Berulang menimbang peruntungan di tiap tikungan, akankah diri sampai              atau selesai sebelum hari usai?  Hujan lalu menderas […]

Puisi yang Diperingati, Chairil yang Diberi Arti 

Oleh Purnawan Andra* Setiap tanggal 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Tanggal ini dipilih bukan sembarangan, melainkan menandai hari kematian Chairil Anwar, penyair terkemuka yang mati muda. Sosok cerdas dalam pikiran, bernas dalam berdiksi, sosok yang konon ingin “hidup seribu tahun lagi.”  Tapi peringatan hari penting ini, alih-alih jadi ruang refleksi kritis atas posisi, peran dan […]

Chomsky dan Puisi: di Antara Tata Bahasa Universal dan Getar Estetik Manusia

Oleh: Tengsoe Tjahjono  “A grammar is simply a device that generates a set of sentences.” — Noam Chomsky, Aspects of the Theory of Syntax (1965) Pendahuluan: Menghubungkan Bahasa Ilmiah dan Bahasa Puitik Nama Noam Chomsky mungkin tidak segera terlintas ketika kita menyebut kata “puisi.” Ia bukan penyair. Ia tidak menulis soneta atau haiku. Ia seorang […]

Puisi-puisi Djoko Saryono

DRUPADI: Bertahun-tahun perempuan itu menggeraikan rambutnya: duh betapa panjangnya, tak terukur lulurnya, tak tampak ujung pangkalnya. Waktu seperti terlipat di dalamnya. Bertahun-tahun perempuan itu tak juga mengeramasi rambut panjangnya: duh betapa semerbaknya, tak ada tanda berakhirnya, tak terlihat hulu muaranya. Lajur waktu serasa tak sanggup menampungnya. Sebab darah muncrat belumlah tersedia: Dursasana masih tertawa, belum […]

Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono

 Syawal Hari Pertama Rembulan pecah di telapak tangan, serpihan cahaya mengaliri urat rindu. Langit bergetar, menyulut doa dalam dada, puing-puing malam bersandar di sejadah sunyi. Jejak kaki di pasir waktu, mencari sisa gema takbir yang merunduk, angin berbisik di sela sajadah kosong, menitipkan luka yang mekar dalam sujud. Cawan penuh rahmat, meneteskan sunyi, menggenangi kelopak […]

Gerakan Personal Puisi Tegalan : Respon Atas “Puisi Baru” Mohamad Ayub

Oleh M. Essage* 1/ Ada dinamika yang cukup menarik untuk dibicarakan bila kita menilik kembali perkembangan puisi Jawa dialek Tegal. Gerak personal yang diawali oleh Lanang Setiawan melalui puisi terjemahan ternyata membawa pengaruh bagi pertumbuhan puisi lokal ini ke arah kolektivisme puitik. Lihat saja bagaimana buku kumpulan puisi terjemahan yang berjudul Roa telah menandai upaya […]

Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono

Cinta di Lampu Merah Dua anak kecil, gitar kardus, kaleng penyok. Lagu sumbang, suara pecah, angin melintas. Lampu merah. Wajah-wajah menoleh, tidak melihat. Tangan kecil terulur, koin jatuh, mata tak bertemu. Di kaca mobil, bayangan raksasa melotot. Tuan berdasi, ibu berselendang, jemari di layar. Bibir tipis, senyum tipis, hidup tipis. Klakson meledak, hujan asap, roda […]

Puisi-puisi Djoko Saryono

RIWAYAT REMPAH /1/ “Kamilah yang menyemaikan hasrat paling memabukkan kesadaran orang-orang di jagat raya: lantas mereka menumbuhkan dera di sepanjang pematang cerita hidup manusia!” ujar rempah-rempah bersama. Kepada tiap telinga semesta. Seluruh Eropa pun tegang, mata batin nyalang, saraf membangunkan gelinjang, dan orgasme lidah menghabiskan nafas orang-orang. Telinga dan kepala memasang antena, lalu menyadap percakapan […]

Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono

AMBISI AROK Sisa malam terbakar di ujung keris, bau besi mengabur di napas persekongkolan. Di sela gurat tangan, takdir menggoreskan janji-janji patah dari lidah brahmana. Tumapel gemetar, hutan pun melempar bayang, langkahnya jejak gelap di batu-batu. Kertajaya memagut angin, istana retak, dinding-dindingnya rebah dalam isyarat sengit. Darah sudah menulis namanya di pucuk panji, Singasari bangkit […]