Pos

Keindahan sebagai Representasi Ingatan, Gugatan dan Pengetahuan

                  Oleh Indro Suprobo* “If it is not tempered by compassion, and empathy, reason can lead men and women into a moral void.” Karen Armstrong, Twelve Steps to a Compassionate Life Kutipan yang diambil dari pernyataan Karen Armstrong dalam bukunya berjudul Twelve Steps to a Compassionate Life itu […]

Sepeda-Sepeda Kana

Oleh Bambang Bujono* I Gambar dan lukisan berpokok sepeda Kana Fuddy Prakoso bukan sepeda dalam ruang dan waktu. Sepeda dalam karya rupa itu bukan sepeda sebagaimana kita lihat sehari-hari. Sepeda pada karya rupa Kana adalah susunan bentuk: lingkaran, garis lurus dan lengkung tebal dan tipis. Itulah antara lain yang dipamerkannya di Ruang Dalam Arthouse, Jalan […]

Don Quixote dan an-Niffari: Antara Kesatria dan Sufi

Oleh Tony Doludea* Alonzo Quinjano (50-an tahun), Sang Bangsawan Cerdik dari Mancha, dipenuhi dengan jiwa kepahlawanan, berjiwa luhur dan sangat mengagumi dan bersemangat pada segala sesuatu yang baik dan agung. Ia digambarkan juga sebagai orang yang setia. Meskipun ia memiliki semua sifat yang baik itu, namun kebetulan saja ia berwatak agak gila. Alonzo Quinjano senang membaca […]

Kitong Sayang Tanah Papua, Tra Terbilang Bahasa dan Sastranya: Mengusahakan Pemajuan Bahasa dan Sastra Tanah Papua

Oleh Djoko Saryono di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung (Pepatah Melayu) di mana bumi Papua sa pijak, di situ langit Papua sa junjung Apuni inyamukut werek halok yugunat tosu Berbuatlah sesuatu yang terbaik terhadap sesama (Pepatah Lembah Baliem, Wamena) Berbuatlah sesuatu yang terbaik terhadap bahasa dan sastra Tanah Papua Selain kekayaan alam dan […]

Hujan Bulan Juni dan Ekologi Keheningan

Oleh Purnawan Andra “Tak ada yang lebih tabah / dari hujan bulan juni,” tulis Sapardi Djoko Damono, membuka puisi yang telah melintas batas medium, generasi, bahkan makna berjudul Hujan Bulan Juni tersebut.  Larik itu bukan hanya frasa puitik, melainkan pancaran sunyi dari lanskap batin yang mengendap lama dalam memori kolektif masyarakat. Hujan Bulan Juni bukan […]

Dari Perut Kota, Aku Mendengar & Peringatan yang Dirayakan

Oleh Fitra Raharjo Kali ini saya menjejaki residensi seni di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, dalam event Festival Bantargebang 2025, riset dan pengalaman dalam merespons ekosistem urban yang sangat kompleks. Bantargebang bukan hanya dikenal sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi ruang yang sarat dengan konflik, harapan, dan pertarungan antara keberlanjutan hidup […]

Seni Rupa Sepakbola: dari Endang Witarsa, Shin Tae-yong sampai Patrick Kluivert 

Oleh Agus Dermawan T.* Para seniman nyaris tidak lagi menggubah karya bertema sepakbola. Apalagi di masa sekarang ketika naturalisasi pemain malang-melintang. Mengapa? Padahal dulu acap dibangun patung monumen pemain legendaris! Satu artikel untuk menyongsong pertandingan pra Piala Dunia Indonesia versus China di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 5 Juni 2025. ———— PERTANDINGAN sepakbola Piala […]

Memoria yang Meniti Waktu dalam Detachment dan Deteritorialisasi 

Oleh: Indro Suprobo* “Art is not communicative, art is not reflexive. Art, science, philosophy are neither contemplative, neither reflexive, nor communicative. They are creative, that’s all.”  Gilles Deleuze  —– Pernyataan Deleuze ini memang keras dan menampar. Ia menegaskan bahwa seniman itu tidak semata-mata menghadirkan pesan atau representasi dari realitas, melainkan pertama-tama dan yang paling utama adalah […]

Belajar kepada Cakil: Dari Anatomi Gerak ke Filsafat Kebudayaan 

Oleh Purnawan Andra* Dalam khasanah budaya Jawa, wayang bukan sekadar tontonan tradisional. Ia adalah ensiklopedia nilai, refleksi etis, dan sekaligus filsafat hidup yang menjelma dalam tokoh, kisah, dan laku gerak. Setiap karakter dalam pewayangan tidak hanya berfungsi sebagai figur dramatis, tetapi mempersonifikasikan aspek-aspek terdalam dari sifat manusia.  Arjuna bukan semata kesatria, tapi lambang keseimbangan batin […]

Pancasila, Kebudayaan dan Bina Bangsa

Oleh: Djoko Saryono* Ada pertautan saling menguntungkan [simbiotis] antara Pancasila, kebudayaan, dan pembangunan bangsa. Sebagai temuan cemerlang bangsa Indonesia yang otentik dan koheren, karakter inti Pancasila adalah gotong royong. Sebagaimana bangsa Amerika memiliki karakter inti kebebasan, bangsa Tiongkok memiliki karakter inti keuletan atau ketangguhan, bangsa Indonesia memiliki karakter inti kegotongroyongan. Kegotongroyongan sebagai karakter inti Pancasila […]