Puisi-Puisi Sugiarto. B Darmawan

Menyambut Hari Bumi, 22 April 2024  

 

BILA ENGKAU BANGUN PAGI INI

Bila engkau bangun pagi ini kawan
Jangan lagi berharap akan disambut riuh ocehan kutilang
Seperti masa kecilmu
Dimana orkestra nyanyian burung bersahut sahutan
Dari pucuk pohon randu kepodang dengan warna bulu kuning keemasan
Perkutut yang baru bangun malas malasan mengucapkan salam
Jalak suren mengintip jangkrik di pematang sawah
Prenjak bermain lompat lompatan dari dahan ke dahan
Gelatik Jawa yang menawan siap siap terbang ke hamparan sawah
Riuh rendah ocehan manyar dari sarangnya yang bergelantungan di pelepah kelapa
Gagak yang nakal tak mau ketinggalan
Memamerkan legam bulunya di langit yang jembar
Sedang si kuntul yang berbulu putih.. malu malu menari dengan sayapnya yang pipih
Jalak putih dengan gemulainya mendarat di punggung kerbau
Acuh pada si gembala yang malas malasan
Bangau tontong yang sombong
Mematuk katak untuk mengisi perutnya yang kosong
Pasukan terik mbung yang ribuan
Tak akan kau jumpai lagi ketika hujan pertama datang
Tanda memasuki musim labuhan
Sri gunting juga tak akan lagi mengoceh
Dari reranting dengan suaranya yang bening
Di sawah trinil lincah mencari cacing
Di siang yang sunyi pelatuk bermain musik
Melubangi dahan yang mulai lapuk
Thok… thok..thookkk….thok…thokkk
Disahut malas malasan alunan merdu derkuku dari rumpun bambu
Dari kejauhan kedasih melantunkan irama kesedihan
Disambut suara serak tengkek buto yang dengan elegan menyambar belalang di pucuk lamtoro
Di angkasa elang Jawa mengepakkan sayapnya
Mencari mangsa
Membuat si gemak ketakutan bersembunyi di semak semak

Oo .kawan
Tengoklah sekelilingmu
Rumpun rumpun bambu pun telah tiada
Ular sawa, bandotan , macan, tali picis, dumung sapi dumung kebo, welang weling
Telah kehilangan rumahnya
Di sawah..bibis.. keong..kowangan… tinggal cerita
Ikan kutuk, sili, bogerang, tageh, cuma bisa kau ingat namanya
Di selokan wader cethul sekarat menghirup limbah
Belut di sawah terbakar kerongkongannya kena pestisida
Dari rerimbun semak
Serangga serangga mengatupkan matanya
Tak tahan menanggung derita

Ooo.. kawan
Di pojok kebun pekarangan rumahmu
Mungkin tak pernah kau tahu
Di situ pernah berdiri kokoh kandang kerbau kakekmu
Yang setia menghela luku garu

Oooo..kawan
Bila engkau bangun pagi ini
Semoga yang tersisa masih bisa memberi arti

Tegalmade, Oktober 2022

 

KETIKA ASAM BERBUNGA

Setelah diguyur hujan kemarin sore. Pohon asam yang sedang berbunga di kuburan. Berguguran terjatuh pada tanah basah.
Wanginya mengembara ke pojok pojok desa
Meninggalkan jejak kepedihan. Dipermainkan musim. Adakah Itu bahasa cinta yang lain?

Apakah yang berbaring di jantung kerinduan?

Nyanyian kepodang di pucuk asam yang.sedang berbunga Itu mematahkan kuntum kuntumnya. Rinduku terlipat pada bayang bayang beku. Lihatlah kekasih, ruhku mengigil tumbuh dari kedalaman mimpiku.
Kokok ayam bersahutan tak bisa lagi kuterjemahkan sebagai rasa syukur menyambut kehidupan.Burung burung yang bangun mulai terbang. Bagai tak bertuan. Fajar pasti segera datang. .Dan kupu kupu mulai beterbangan menyerahkan kepakan sayapnya diterkam keheningan.

Apakah yang berbaring di jantung kesepian?

Kugapai ruh embun dan sinar matahari.
Selebihnya hanya sunyi menggerogoti usiaku.
Walau jantungku masih terus berdetak
Dagggg…diigg…duugg…dagg..diigg…duugg…
Kesunyian terlanjur bersarang dalam darah waktuku. Akhirnya aku pun menyadari.
Senyap menyergap dari berbagai arah. Bunga bunga asam yang baru kuncup. Berguguran tak tentu arah. Menghiasi tanah basah sisa hujan kemarin senja. Wanginya kutangkap kudekap dalam luka.

Tegalmade, Juli 2023.

 

INI TENTANG KERINDUAN

Ini tentang kerinduan
Tentang rumah rumah di desa dengan pekarangan pekarangan luas
Dimana beluntas potrojoyo memagarinya
Kelopak kelopak bunga kemuning berguguran Terserak menabur aroma wanginya ke penjuru pekarangan
Pisang pepaya mangga jambu air jambu kerikil siap menyambut tamu di halaman depan yang luas
Di samping kiri membujur gandok
Dimana gudang dan dapur siap mengolah berbagai jenis makanan
Di belakangnya ada sumur dengan paku pakuan tumbuh liar menghiasi dindingnya
Air ditimba begitu saja
Langsung disiramkan pada tubuh tubuh yang lelah sehabis seharian mencangkul di sawah
Entok dan bebek berebut cacing yang sembunyi di tanah lembab sekelilingnya.

Kebun samping kanan sayur mayur
Kebun samping kiri berisi pala kependhem: temulawak kunir jahe kencur
Mbolo mbili suweg tales garbu
Kebun belakang yang luas dimana ayam ayam betina menggiring anak anaknya mencari
makan di kelebatan singkong garut ganyong
Dan si jago dengan pongahnya memamerkan suara nyaring kokoknya
Sebagai pertanda dialah sang penguasa
Kandang sapi’kerbau berdiri sunyi di bawah kerimbunan trembesi
Luku garu tergantung di dinding gedeknya
Menanti musim tanam tiba
Kelebatan rumpun bambu memagari garis pekarangan belakang dengan sawah
Rumah bagi ular ular bertelur dan membesarkan anak anaknya.
Prenjak kutilang kipasan membangun sarangnya
Dalam keheningan siang
Derkuku malas malasan berdendang
Dan setiap senja mengambang
Sri bombok keluar dari sarangnya sembari nyanyi kencang-,kencang

Ini tentang kerinduan
Tentang rumah rumah dengan pendapa luas
Dimana tamu tamu disambut dengan hidangan yang baru dipanen dari kebun
Singkong gembili talas
Mengepul-ngepul menghiasi meja kayu mahoni
Segelas besar teh panas menemani
Omah mburi dihiasi almari almari berukir
Amben besar dimana anak anak damai dalam tidurnya
Disambung senthong kiwa dimana simbok menyimpan beras dalam tenggok tenggok bambu
Senthong tengah tempat bapak semedi memanjatkan doa dan puji
Senthong tengen dimana anak anak yang beranjak dewasa punya kamar sendiri

Ini tentang kerinduan
Tentang simbok yang bangun dini hari
Menyiapkan berbagai jenis makanan
Juadah wajik Ingkung ayam nasi gurih
Persembahan rasa syukur pada panen
Juga pada Mbok Sri sang Dewi para petani
Ini hari kegembiraan bagi anak anak gembala
Wangi Ingkung ayam bertebaran di sepincuk nasi gurih
Gurih juadah berpadu legit wajik gula jawa
Habis tak bersisa

Tegalmade, Minggu Pon 11 Juni 2023.

 

LABUHAN.
( Catatan Awal Musim Hujan)

Dari pematang pematang basah aku cium aroma kompos busuk. Cacing dan serangga berpesta pora menggenapkan kegembiraan.
Jejak retak tanah telah tertangkup. Duka pun tak bersisa. Kutangkap nafas lumpur dalam hening batinku. Ruh angin kemarau tinggal sisa. Sirna! Sirnalah duka !

Akan kuikuti jejak mata bunga . Dengan darah bianglala . Sawah sawah memperoleh kehidupan. Mata cangkul menghujam tanah tanah subur. Langit menandai matahari merekah.

Inginkah kau dengar cerita dariku.? Tentang jejak luku dan garu . Lenguh kerbau sapi di pagi hari. Serupa melodi tanpa nada dan harmoni. Petani petani berkulit tembaga.
Tak kenal lelah mengangkut impian sebelum sinar matahari memasuki senja. Anak anak gembala berambut merah. Menyanyikan lagu dalam samar kabut. Mengiringi bunga bunga merekah. Membukakan hari.

Ingin aku bagikan keheningan ruh embun dan matahari padamu. Ingin aku kabarkan kemarau teiah pergi.Angin kering tak lagi terikat dalam pedih waktu. Mengelus sayap rama-rama berkeliaran di dingin tanah basah. Burung burung turun ke bumi lewat tangga pelangi..Membawa setangkup kegembiraan melewati mega mega .

Tegalmade, awal musim hujan 2024.

 

HIKAYAT KUNANG-KUNANG

Entah sejak kapan kunang kunang sang pemilik cahaya yang menakjubkan itu menghilang dari langit malam.
Tak pernah lagi memamerkan kedip sunyinya
Menemani anak anak bermain di bawah siraman temaram sinar rembulan
Sembari menyanyikan lagu jamuran.
Mencoba memberi arti dengan kepak sayap kecilnya di keluasan samudra langit sunyi tiada tara
Wahai peri peri kecil nan menawan
Bawalah! bawalah anak anak
Ke duniamu nan terang.

( O.. sihirlah! sihirlah anak anak
Agar tak kehilangan kegembiraan di rembang petang )

Ketika anak anak pulang dari bermain
Mereka menyimpan pertanyaan pertanyaan yang menjadi teka teki sampai pagi
Oo… kemanakah perginya kunang kunang ketika pagi membentang?
Apakah mereka sembunyi di semak semak?
Ataukah menyelinap di benak anak anak dan kembali lagi setiap saat
Ketika anak anak bingung dan merindukan kedipan menakjubkan dari perut kunang kunang sembari menanyakan:
: Bagaimana kunang kunang itu menyimpan sinar yang menakjubkan
Apakah mereka makan sinar matahari dan menyimpannya di perut
Atau meminjam lentera para bidadari

( O… sihirlah! Sihirlah anak anak agar mempunyai mimpi peneman tidur sampai pagi)

Wahai… mahkluk bercahaya misteri
Jangan menari sendiri di malam sunyi
Ajaklah anak anak bermain sampai pagi
Atau pinjamkan sinarmu pada mereka
Agar kegembiraan ini abadi

( O…sihirlah! Sihirlah anak anak
Agar merasa memiliki bumi)

Wahai kunang kunang
Ada saat tak terlupakan
Ketika cahayamu mulai berbinar di rembang petang
Berpendar pula cinta anak manusia
Pada bumi pijakannya
Lewat kegembiraan anak anak

( O…siihirlah! sihirlah anak anak
Agar memiliki cinta abadi)

Wahaiii.. musim demi musim terus berganti
Kunang kunang yang begitu terkenal dan
telah mengajari anak anak pada keceriaan
Diam diam telah pergi
Tanpa pamit
Tanpa meninggalkan jejak
Bagai terseret mimpi’
Meninggalkan rembulan dan bintang bercerita sendirian
Anak anak juga telah lupa pada bait bait lagu jamuran

Aduhh kunang kunang
Bila rembang petang datang
Sihirmu tak mempan lagi
Redup cahayamu kini telah menghilang
Dari kesunyian langit di ambang petang

(O..kunang kunang
Kedip sunyi cahayamu
Menyiksa batin tuaku)

Tegalmade, April 2023.

 

STANSA KEMARAU

Akulah sang petani keturunan pengayun cangkul pemahat sunyi di dinihari.Pengolah tanah purba teman lumpur hitam .. Akulah saksi prahara burung burung yang terjatuh dari langit dan kehilangan sarangnya. . Dari ujung mimpiku yang dingin aku saksikan tangkai-tangkai padi melayu. Aku hanya bisa menyandarkan deritaku pada kesabaran abadi.

Setiap saat terik matahari lumpur hitam dan angin lembah membangkitkan gemuruh jiwaku. Membawaku berlayar dalam tetesan tetesan keringat mengarungi gelombang kehidupan.
Kusaksikan kisah kisah sedih panenan yang gagal. Kemarau mencetak retak retak atas tanah. Menggugurkan daun daun penjaga keteduhan. Begitu seringnya pagi datang dengan rasa hambar. Membekaskan sunyi yang panjang.

Kuikuti jejak musim sepanjang tepi gelombang. Kutangkap aliran darah otot otot bersama matahari yang membelah ombak.kehidupan. Keluasan langit tiada tara hanya mengguratkan kekosongan.Memahat sunyi dari dini hari ke senja kelam.

Kemanakah perginya tatapan lembut mata bulan?
Daun daun gugur menggenapi luka terpampang di pematang pematang.
Angin kering datang dan pergi menyapu kesunyian pedesaan. Menggendong kemarau panjang.

Aku rindu hujan!
Aku rindu hujan!

Tegalmade, di sunyi pagi musim kemarau 2023.

 

BUKIT BUKIT KECIL BERHUTAN YANG MENAKJUBKAN

Bukit bukit kecil berhutan yang menakjubkan
Begitu cintanya kabut kepadanya
Sehingga mengunjunginya tiap sore menjelang
Menyelimutinya sepanjang malam hingga pagi datang
Angsana mahoni trembesi kamboja sonokeling bambu jati waru lamtoro sengon laut sengon buto
Menghiasi lereng lerengnya

Bukit bukit kecil berhutan yang menakjubkan Rumah segala jenis ocehan
Derkuku kutilang perkutut tengkek buto prenjak sribombok pelatuk bawang mantenan berkisar
Dimana kuntul kuntul pulang saat matahari terbenam
Dan istirahat di sarangnya di pucuk pucuk angsana
Setelah seharian tak kenal lelah memburu mangsa di hamparan hamparan sawah sawah yang terhampar di lembah lembah bukit yang mempesona

Bukit bukit kecil berhutan yang menakjubkan
Rumah kera ekor panjang bercinta dan membesarkan anak anaknya
Ular sawa cobra bandhotan dumung kebo dumung sapi gadhung
Kijang dan kancil malu malu mengunjugi ladang ladang penduduk di pinggir hutan belantara
Macan tutul melegenda mencuri mangsa dari kandang ternak penduduk desa

Tegalmade, Mei 2023.
( Catatan dari menjelajahi tlatah Wonogiri dan kota kota kecilnya yang sepi: Purwantoro, Wuryantoro, Eromoko, Pracimantoro, Jatisrono, Sidoharjo, Tirtomoyo, Baturetno, Giriwoyo, Giritontro, Manyaran, Puh Pelem, Ngadirojo, Nguntoronadi )

 

BERSAMA GERIMIS MENYEBERANGI KESUNYIAN

Kukenang dan kurindukan gerimis di senja sepi
Saat senja terkantuk-kantuk ingin menutup tirai matanya
Udara basah kerbau kerbau berjalan pulang ke kandangnya
Gembala gembala dekil kedinginan berjalan di belakangnya
Sebentar lagi asap mengepul dari kandang kerbau di bawah rimbun bambu
Dari kebun singkong induk ayam berkotek memanggil anaknya
Di pucuk pucuk randu sri gunting menangkupkan sayapnya
Dan setiap saat , gerimis itulah yang membelah hatiku
Di manakah ujung musim?
Gerimis ini hanya mengangkut kesunyian dan mengaparkan rinduku
Menggirngku ke kesunyian abadi

Tegalmade, Mei 2023 penghabisan

—–

*Sugiarto B Darmawan, petani tanaman hias , suka nulis puisi. Tinggal di Tegalmade, Mojolaban, Sukoharjo.