Pasca Boom NFT
(Menawarkan Nilai Lain Selain Nilai Ekonomi)
Oleh Chairol Imam
A . NFT dan Seni Rupa
Orang tiba tiba menjadi kaya saat pandemi, di tengah banyak sekali orang yang kesusahan secara ekonomi, banyak seniman yang tiba tiba bisa dengan gampang menjual karya tanpa harus menyertakan karya fisik atau mereka tak perlu lagi membeli material seperti canvas, cat dan spanram. Seniman hanya perlu menggambar secara digital dengan alat yang dimiliki seperti Hp, laptop,tablet dan lain sebagainya.
Sebuah platform yang mewadahi seniman menjual karya digitalnya adalah NFT (Non Fungible Token) sebuah token unik yang dapat diperjual belikan, seperti layaknya sertifikat yang memuat data karya sekaligus pengkodean unik yang tidak sama antara 1 nft dengan nft lain sebagai bukti otentik kepemilikan, semua data tersebut disimpan dalam blockchain, sebuah teknologi yang digunakan untuk menyimpan data termasuk menjamin transaksi yang transparan secara digital.
Biasanya transaksi di NFT menggunakan koin digital kripto yang tersambung dengan marketplace, sehingga nilainya juga mengalami fluktuatif sesuai ciri dari kripto itu sendiri, naik dan turunya kripto juga susah untuk diprediksi, sehingga hal ini bisa berpengaruh terhadap harga karya.
Dalam konteks seni rupa, NFT ini sangat membantu karena terdapat ruang distribusi baru untuk sebuah karya seni. karya yang bisa tercetak dalam NFT adalah semua karya berjenis digital seperti animasi, digital painting, gif, foto, kolase digital, atau karya manual yang difoto lalu dicetak menjadi NFT.
B. Pengalaman Sebagai Seniman Di Dunia NFT
Pada tahun 2021 saya mulai bermain NFT dengan beberapa teman satu tongkrongan, membuat karya digital dengan alat seadanya, waktu itu dengan menggunakan HP yang diinstal sebuah aplikasi lalu digunakan untuk melukis secara digital, karena saat itu suasana pandemi, jadi kami cukup nyaman melakukan proses kesenian secara maya karena ruang ruang pameran luring juga ditutup. Saya berada di dunia NFT bersama teman teman dengan nama panggung Kungfu have style, Recollapse, Alula, Litle Baztardz, Balada Perupa,Gogogo, Badri, YTmur. Periode yang belum banyak seniman Indonesia masuk ke dalam platform tersebut karena memang baru dan belum banyak orang tau.
Hitc et nunc adalah marketplace NFT dengan jaringan blockchain Tezos yang kami masuki diawal, karena biaya operasional yang tidak begitu mahal sehingga kami berani mencoba untuk masuk ke dunia tersebut, karena waktu itu marketplace yang lain dengan jaringan ETH cukup mahal operasionalnya jadi tidak cukup rekomen untuk dicoba pada kantong kantong pemula.
Setelah sekitar 3 bulan mencoba, masing masing dari kami mulai beli ipad dari hasil penjualan NFT namun seiring berjalanya waktu juga sudah semakin banyak seniman indonesia yang mulai masuk dan juga berhasil menjual karyanya. Salah satu kepuasan dari seorang seniman adalah jika karyanya bisa terdistribusi ke tangan kolektor atau dengan kata lain terkoleksi, sebuah niscaya jika melihat konteks pada pendistribusian karya fisik atau proses jual beli di dalam pameran luring yang sangat jarang terjadi untuk kebanyakan seniman muda.
Seniman muda Indonesia banyak yang terjun ke dalam dunia NFT karena kedekatannya dengan teknologi digital, sebagian besar dari mereka mampu menjual karyanya walaupun juga pada sisi pendapatannya beragam, tidak semua mendapatkan pemasukan yang sangat tinggi tapi minimal pernah merasakan karyanya laku dibeli orang luar negeri.
Komunitas NFT sangat ramai di berbagai negara tak terkecuali di Indonesia, orang orang juga berlomba untuk menjadi bagian penting dari fenomena Boomingnya NFT, bahkan yang tadinya karya digital dinikmati di layar dengan layar yang kecil seperti hp tablet dan laptop, lalu berubah menjadi presentasi yang lebih besar menggunakan layar TV dan proyektor.
Penanda ramainya NFT di Indonesia yang cukup terdengar dengungnya adalah ketika munculnya Ghozali yang berhasil menjual foto selfienya setiap hari selama beratus kali kepada banyak tangan kolektor berbagai negara, jika tadinya hanya orang yang berada dalam sirkel seni yang tau NFT, tiba tiba orang di luar seni juga banyak yang tahu, karena banyak media yang meliput seorang Ghozali dengan produk NFTnya yang terlihat remeh temeh tapi menghasilkan uang milyaran.
C. Posisi Kolektor
Jika bicara pada sisi seniman tentunya banyak hal yang diuntungkan dalam fenomena NFT ini, lalu bagaimana pada sisi kolektor? Ketika sudah cukup lama berada di dunia NFT, saya juga mulai tertarik untuk menjadi kolektor yang juga mengoleksi karya-karya dari seniman lain. Tujuan awal saya mengoleksi adalah untuk mensuport sesama seniman yang mungkin baru masuk atau sudah cukup lama berada di dunia NFT, lalu juga secara kegemaran memang menyukai gaya visual tertentu atau objektif senang pada karyanya, dan yang terakhir adalah investasi jangka panjang.
Selama hampir masuk tahun ketiga berada pada dunia NFT, saya mempunyai koleksi sekitar 500an NFT di dalam beberapa akun, bagi saya itu adalah pencapaian yang mengalir saja dan tidak terduga karena mungkin jika masing masing karya dihitung dengan modal pembelian bisa sampai puluhan juta, tetapi uang itu juga saya dapat dari menjual NFT sebagai seniman maupun keuntungan dari menjual karya orang lain sebagai Art Dealer.
Karya karya NFT berbagai seniman berhasil saya koleksi bahkan nama nama yang mungkin dulu saya anggap mustahil memilikinya bisa saya beli, seperti salah satu tokoh seniman performance art dunia yang saya idolakan cukup lama yaitu Marina Abramovic, bisa saya miliki NFTnya, padahal dulu mungkin tidak terbayang dan bingung juga kalau mau beli karyanya. Artist Terkenal lain yang saya koleksi NFTnya seperti Jjjjjhon, Ratcloksky, Mex.txt, Traves dan masih banyak lagi.
Berikut adalah 3 ruang koleksi NFT saya, bisa dilihat Link di bawah :
https://objkt.com/profile/tz1Ktsc1woLrfrksX29BEjy4BGj1trT37Jmd/owned
https://objkt.com/profile/tz1aZFd8XcUZgfRhuiPYnzjfvp9GS3AVyxWe/owned
https://objkt.com/profile/tz2MEYttrVUtfq1M7kVFJpARbN3MMZp35Wnm/owned
Kalau dilihat memang cukup aneh, saya memiliki banyak koleksi yang tidak ada bentuknya secara fisik dan hanya berbentuk digital, itu pun orang bisa mengakses dan melihat koleksi yang saya punyai dengan bebas bahkan bisa mendownload gambar digital tersebut. Karya yang saya punya juga tergantung edisi yang saya beli, itupun tidak boleh saya gunakan untuk direproduksi secara massal atau dipergunakan di luar NFT, misal dicetak menjadi produk dan dijual. Artinya kalau hanya memiliki satu edisi NFT, kita hanya bisa menjualnya dengan wujud NFT dan juga cuma satu edisi.
Konsep blockchain NFT yang transparan menurut saya cukup menarik karena memposisikan karya NFT jadi mudah diakses bagi siapa saja yang ingin melihatnya termasuk data karya, kepemilikan dan riwayat penjualan. Hal tersebut membuat kita beradaptasi dengan cara baru menikmati dan mengoleksi karya seni rupa yang biasanya fisik menjadi digital, lalu mempunyai ruang virtual untuk menyimpan karya yang tidak bersifat tertutup karena dinikmati sendiri tetapi orang lain juga bisa ikut melihatnya.
D. Posisi Art Dealer
Berkat NFT saya bisa merasakan 3 peran sekaligus, menjadi seniman, kolektor dan art dealer. Pengalaman menjadi art dealer juga menarik karena menantang saya untuk memburu NFT orang lain yang bisa dijual lagi dengan jangka waktu yang cepat dan menghasilkan keuntungan secara finansial yang lumayan.
Peran sebagai art dealer hampir seperti kolektor, namun bedanya kalau kolektor hanya mengumpulkan karya seni sebagai koleksi sedangkan art dealer mengumpulkan atau membeli NFT agar bisa dijual lagi. Dalam hal ini art dealer memang harus mempunyai modal secara ekonomi dan berani mengambil resiko rugi yang besar juga ketika tidak tepat membeli NFT. Teman teman saya yang menjadi seniman selalu takut dengan profesi ini karena yang dipertaruhkan adalah uang yang tidak sedikit.
Transparansi blockchain NFT sebenarnya mempermudah untuk seorang art dealer melakukan riset karya, namun setelah berhasil menemukannya, hal yang harus dilakukan adalah membeli NFT, dalam hal membeli tentunya tidak mudah karena kita harus bersaing secara cepat untuk meraup nft yang dicetak seniman dengan art dealer seluruh dunia.
Dalam proses menjadi art dealer membuat saya beberapa kali dalam posisi rugi karena bisa membeli tapi kadang kala untuk menjualnya butuh waktu lama atau kadang juga tak terjual. Sensasi itu sebenarnya juga yang asik bagi saya, karena pada akhirnya kripto yang saya punya selalu berputar dan lama kelamaan tau pola untuk membeli dan menjual, hingga pasti mendapatkan keuntungan serta bisa menukarnya menjadi rupiah setiap bulan. Kerugian di awal adalah proses belajar saya.
E. NFT Mulai Sepi
Saat boom NFT hampir semua peran yang dijalani bisa menghasilkan dan begitu ramai ekosistemnya, jadi ketika pandemi rasanya aman jika berkesenian di rumah saja. Hal tersebut berbalik saat kehidupan mulai normal dan pandemi sudah usai, orang kembali pada kehidupan di luar rumah dan beraktivitas seperti biasa, kehidupan pada ruang ruang virtual pun berkurang termasuk dunia NFT.
Pasca pandemi dibarengi dengan nilai tukar kripto yang terus menurun hingga sangat rendah, begitupun juga dengan orang orang yang berkecimpung NFT, perlahan juga mulai berkurang jumlahnya karena mungkin juga sudah mulai kembali pada aktivitas dunia nyata.
Penurunan jumlah orang orang yang berkecimpung di dalam NFT tersebut mempengaruhi sepinya ekosistem, yang biasanya setiap malam banyak yang membuat space (ruang diskusi di twitter) rame, belakangan mulai berkurang jumlahnya. Perputaran ekonomi pun juga berkurang, banyak seniman yang karyanya susah laku atau bahkan tidak laku lagi.
Jumlah kolektor dan art dealer yang mengoleksi karya berkurang pesat, mungkin salah satunya dikarenakan fluktuatif kripto yang turun drastis sehingga mengguncang investasi NFT dalam jangka panjang yang bisa jadi setelah banyak NFT terkoleksi, ke depannya nilai tukar secara ekonomi bisa sangat turun atau bahkan bisa jadi tidak laku dijual.
Hal tersebut juga dibarengi seniman yang tidak betah dengan kondisi karya tidak laku, pada akhirnya mereka juga banyak yang meninggalkan platform tersebut, harapan seorang kolektor juga menjadi tambah redup, mengingat berapa banyak karya karya seniman yang sudah terkoleksi di kantong mereka.
Pertimbangan seorang kolektor dalam melakukan investasi karya dalam jangka panjang adalah salah satunya keaktifan seniman dalam berkesenian menjadi hal penting, karena kalau seniman menyerah dini sebelum dia mendapatkan posisi penting dalam ranah kesenian NFT, dengan otomatis karyanya jadi sudah tak bernilai lagi secara ekonomi di masa depan.
Faktor ekonomi menjadi pengaruh erat terkait produktivitas seniman dalam membuat ekosistem dunia NFT terus berjalan. Lantas apa lagi yang ditawarkan NFT ketika perputaran ekonomi di dalamnya terus saja menurun, mungkinkah NFT akan mati dalam jangka waktu kedepan sebagai platform yang cukup membuat gempar dunia seni?
F. Tawaran Nilai Selain Nilai Ekonomi
Hadirnya NFT menurut saya cukup penting bagi dunia seni digital, oleh sebab itu banyak hal yang memiliki nilai selain nilai ekonomi yang bisa ditawarkan yaitu , membuat proses bertukar pengetahuan dan berjejaring lintas dunia terus dipertahankan, karena cara berkomunikasi NFT juga menggunakan platfom sosial media twitter, saya yakin hal ini bisa dijaga karena sifat sosial media yang hari ini begitu melekat pada diri kita, sehingga update perkembangan seni digital bisa terus terdistribusi kepada sesama pelaku dunia NFT. Hal ini bisa dilakukan saat waktu waktu luang ketika menjalankan aktivitas dunia nyata.
Bertukar pengetahuan bisa diwujudkan dengan cara sederhana, yaitu seniman bisa terus berprogres dalam membuat karya, lalu diupload work in progres diberi keterangan, dan bisa saling menanggapi antar sesama seniman, kolektor, ataupun art dealer dengan harapan selalu terjaga bentuk suport secara moral yang tidak melulu harus ekonomi, dengan cara itu juga supaya memantik munculnya teknik atau eksplorasi eksplorasi seni baru dalam digital.
Kolektor dan art dealer juga bisa memperlihatkan koleksi NFT yang sudah dimiliki dalam bentuk postingan di twitter karena banyak hal yang bisa dibicarakan dari sisi karya, mungkin secara sederhana bisa menceritakan ketertarikannya mengoleksi karya yang hendak diperlihatkan.
Wacana-wacana isi dari setiap karya digital juga penting untuk dibicarakan, menularkan setiap visi yang sedang diperjuangkan seorang seniman dalam skala global di dunia NFT yang berisi orang orang dari berbagai negara, sehingga isi karya tersebut bisa terakses secara luas.
Selain mempertahankan komunikasi di twitter, berburu pameran NFT lintas negara juga bisa menjadi aktivitas penting yang bisa terus dilakukan secara konsisten oleh seniman untuk membangun portofolio, karena karya-karya digital juga sedang ramai digelar pada ruang ruang galeri konvensional maupun nonkonvensional. Karya digital biasa digelar di ruang virtual, pinggir pinggir jalan, kafe dan ruang ruang lain yang mempunyai alat pendukung untuk memajang karya digital.
Kolaborasi dalam berkarya juga bisa menjadi tawaran yang menarik pada lintas keilmuan dan negara, sehingga terjadi kerjasama kreatif yang bisa jadi menghasilkan bentuk bentuk atau pengetahuan baru khususnya dalam bidang seni.
Muncunya NFT tentunya menjadi terobosan baru dengan berkembangnya hubungan seni dan teknologi, sehingga banyak menghasilkan luaran luaran baru seperti bagaimana kita mengapresiasi, menikmati dan mengoleksi karya seni berbasis digital dengan cara baru juga. Kalau sebelumnya banyak karya digital yang terapresiasi adalah yang basisnya terapan atau pesanan, dengan adanya NFT karya karya digital yang sifatnya ekspresi personal atau murni bisa terdistribusi dengan baik.
Faktor ekonomi yang mengguncang ekosistem NFT pasca boom ini tentunya secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas para pelaku yang sudah cukup lama berkecimpung menjadi menurun, namun ada nilai-nilai lain yang patut dijaga seperti tawaran untuk membangun jejaring, bertukar pengetahuan, berpameran dan berkolaborasi menjadi hal penting untuk perkembangan dunia NFT ke depan.
—
*Chairol Imam (Peserta Program Menulis dan Kajian Buku, Studio Plesungan)
—
Referensi :
Borri, N., Liu, Y., & Tsyvinski, A. (2022). The economics of non-fungible tokens. Available at SSRN 4052045.
Ghelani, D. (2022). What is Non-fungible token (NFT)? A short discussion about NFT Terms used in NFT. Authorea Preprints.
Lestari, N. P. E. B., & Torbeni, W. (2022, March). Mengenal Nft Arts Sebagai Peluang Ekonomi Kreatif Di Era Digital. In SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi) (Vol. 5, pp. 342-357).