Dari Jalan Semarang Sampai Kayutangan

Antologi Sastra The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival 2023

Segera Terbit….

Judul : Dari Jalan Semarang Sampai Kayutangan

Penulis :

Afrizal Malna, Sutradji Calzoum Bachri, Tengsoe Tjahjono, Jose Rizal Manua, Bode Riswandi,Denny Mizhar, Dwi Pranoto, Esha Tegar Putra, F. Aziz Manna, Felix K. Nesi,Hasan Aspahani, Kedung Darma Romansha, Ki Narko Sodrun,M. Faizi,Mardi Luhung, Mashuri, Mutia Sukma, Nanda Alifya Rahmah, Ni Made Purnama Sari,Nissa Rengganis, Raudal Tanjung Banua, Samsudin Adlawi Sihir Ramses Simatupang,Wayan Jengki Sunarta, Willy Fahmy Agiska, Yusri Fajar Zen Hae, Abdul Mukhid,Adnan Guntur, Alek Subairi, Bagus Putu Parto, Bambang Kempling, Bambang Widiatmoko,Dewi R. Maulidah, Eko Darmoko, Elyda K. Rara, Fatah Ansori, Imam Ma’arif,Iman Suwongso, Indra Tjahyadi, Mahendra, Mashdar Zainal, Michael Djayadi,Muhammad Daffa, Nanang Suryadi, Raedu Basha, Rizki Amir, Romzul Falah, Rozi Kembara,S. Yoga, Syaiful Alim, Tjahjono Widarmanto, Tjahjono Widijanto, W. Haryanto,Wina Bojonegoto, Yohan Fikri, Yusril Ihza F.A.

Cetakan pertama, November 2023
xxii + 508 hlm, 14 x 20 cm

Penerbit : Borobudur Writers and Cultural Society (BWCF Society)

Informasi: admin@borobudurwriters.id

———

MUNGKIN HANYA DI MALANG (selain di Jakarta) – di antara kota-kota lain di Indonesia yang memiliki patung Chairil Anwar di sebuah ruang publik. Di jantung kota Malang, tepatnya di ujung jalan Kayutangan dipajang sebuah patung Charil setengah dada. Patung itu dihiasi juga dengan larik sajak Aku. Patung itu berdiri tepat di depan gereja Kayutangan – gereja tua yang didirikan tahun 1905 dan memiliki dua menara menjulang setinggi 33 meter .

Buku terbitan BWCF ini mewadahi beragam jenis karya sastra. Puisi, cerita pendek, dan bahkan geguritan masuk dalam kumpulan buku karya sastra ini. Dari sisi tematik karya-karya sastranya membawakan tema-tema terkait kehidupan personal, kecemasan kehidupan sosial hingga soal nuklir. Memang, kumpulan buku sastra ini berpretensi untuk tidak fokus pada satu gagasan pokok sebagai rujukannya, tetapi utamanya perayaan karya sastrawan lintas generasi. BWCF 2023 berkeinginan menjadi wadah tumbuh-kembang sastrawan yang muda, dan menjadi wadah untuk merawat dan menjaga sastrawan yang senior untuk terus berkarya. 

Keberagaman dan keberbedaan menjadi denyut utama dalam kumpulan karya sastra ini. Keberagaman ini tercermin dari asal penulis, tahun kelahiran penulis, latar sosial-budaya, juga orientasi kepenulisan. Penulis diminta menampilkan karya sastranya semaksimal mungkin sebagai bagian identitas karya sastra dan penulisnya tanpa dibatasi secara kaku oleh garis kuratorial.

Memang, sebagian besar jumlah sastrawan dalam antologi ini berasal dari Jawa Timur khususnya dari generasi muda. Ini bertujuan untuk melihat geliat proses kreatif para sastrawan muda Jawa Timur—menyongsong era yang serba digital bersamaan menyusutnya era cetak, dan era tatkala ketika komunitas sastra menguat.Terlihat dalam antologi ini, kepenulisan sastra tetap sebuah kerja personal yang sungguh-sungguh di tengah pelbagai hiruk-pikuk kehidupan dan gagasan yang berlintasan. Kerja sastra adalah kerja intelektual yang memerlukan intensitas, kedalaman, kontinuitas. 

Lima hari para penyair dan cerpenis berkumpul sebagai keluarga di Malang. Dari Jalan Semarang marilah kita ke menuju Kayutangan. Menikmati suasana malam, melintasi alun-alun bunder, melintasi Toko Oen, menatap Gereja Kayutangan yang klasik, berhenti sebentar di depan patung sang Binatang jalang – nongkrong di kafe sembari menyedu kopi, bertukar pikiran dengan rileks , saling memberi buku, dan bercakap-cakap tentang sastra dengan gembira. 

BWCF 2023