Entries by

Yang Dipinggirkan Belum Terpinggir: Pameran Tunggal Bagas Andhika

Oleh: Brian Trinanda K. Adi* Di suatu sore tidak jauh menjelang perayaan Festival Muria Raya (FMR) #5, 16-17 Agustus 2025, budayawan kondang, guru, sekaligus sosok bapak bagi tim FMR, Bapak Sutanto Mendut, mengirimkan sebuah pesan kepada saya, “Brian, undang Bre Redana ke Pati, ajak keliling jalanan kota, bertemu tokoh lokal, dan minta beliau berpidato di […]

Demo: Membaca Teks, Membedah Konteks

Oleh: Gus Nas Jogja* Di bawah terik matahari Jakarta yang pekat oleh polusi dan emosi tanpa kendali, di persimpangan jalanan yang padat, sebuah teater absurd digelar pada tanggal 28 Agustus 2025 lalu. Panggungnya adalah aspal yang panas, aktornya adalah ribuan wajah yang sama-sama lelah, dan naskahnya adalah ketidakpuasan yang sudah lama membeku. Ini adalah sebuah […]

Revolusi Bunga: Semiotika Warna dan Narasi Jalanan

Oleh: Gus Nas Jogja* Sesudah demo bercampur anarki melahirkan begitu banyak korban masyarakat sipil, sejumlah trend perlawanan muncul dengan pola baru, yaitu melalui simbol warna pink dan hijau di berbagai mural dan grafiti. Konsep “Revolusi Bunga dengan Warna Pink dan Hijau” bukan sekadar deskripsi visual, melainkan sebuah manifesto yang terukir di kanvas jalanan. Ia adalah […]

Festival Muria Raya dan Ironi Desa yang Gelisah

Oleh: Mukhlis Anton Nugroho* Desa yang Dirayakan Di kaki Gunung Muria, Desa Tempur menjadi tuan rumah Festival Muria Raya (FMR) ke-5, sebuah perhelatan budaya yang menyala pada pertengahan Agustus lalu. Dalam kesahajaan suasana desa, festival ini menghadirkan pengalaman yang jarang ditemui di kota: relasi tanpa sekat antara tuan rumah dan tamu, antara seniman dan penonton. […]

Festival Muria Raya #5: Renungan tentang Desa, Gunung, dan Jantung Sebuah Festival

Oleh Hadi Aktsar* Festival Muria Raya (FMR) #5, dengan tajuk “Wiwiting Werna Katresnan” (Permulaan Warna Cinta) yang diselenggarakan di Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kabupaten Jepara, pada 16-17 Agustus 2025 lalu bukanlah sekadar perhelatan kebudayaan yang menyuguhkan kesenian sebagai tontonan. Lebih dari itu, ia menjadi ruang perjumpaan, sebuah lanskap sosial yang menegaskan kembali nilai-nilai dasar kehidupan: […]

Festival Waduk 2025: “Bersama Merawat Alam Lewat Budaya”

Blora, Jawa Tengah – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional sekaligus menguatkan upaya pelestarian seni dan budaya lokal, Stichting Peduli Seni Indonesia, yayasan nirlaba berbasis di Belanda bekerjasama dengan Langgeng Culture Center milik penulis muda asal Blora, W. Sanavero, menggelar Festival Waduk 2025 pada Minggu, 27 Juli 2025 di GOR Desa Tempuran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. […]

UNDISCLOSED TERRITORY #14 di Studio Plesungan

Studio Plesungan mempersembahkan UNDISCLOSED TERRITORY #14 11 – 15 DESEMBER 2024 di Studio Plesungan (Desa Plesungan rt03rw02, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar Regency, Central Java 57181) ——————————————————————————————————————————————- Setelah dua edisi sebelumnya, undisclosed territory #12 dan #13 beralih format akibat pandemi, undisclosed territory #14 kembali hadir di Studio Plesungan, Karanganyar. Pada edisi ini, undisclosed territory #14 menelusuri jejak […]

Yang Klasik, Klise, dan Krasuk dari “Samsara” Garin Nugroho

Oleh: Razan Wirjosandjojo*   Setelah Setan Jawa, karya Garin Nugroho bertajuk “Samsara” hadir sebagai film kedua yang dalam bentuk film bisu hitam-putih dengan iringan orkestrasi musik langsung. Setelah ditayangkan di Esplanade, Samsara ditayangkan di Indonesia Bertutur 2024 di Nusa Dua, Bali, dan baru saja ditayangkan di Jogja Netpac Film Festival di Yogyakarta. Semua penayangan mendapatkan […]

Anugerah Kebudayaan 2024: Pengalaman Upacara Bersama SULTAN

Oleh: Agus Dermawan T.* Sepercik pengetahuan untuk membekali siapa saja yang diundang ke perhelatan kesultanan yang dipimpin Sri Sultan Hamengku Buwono X. Rumit, tetapi asyik. Pengalaman dari perhelatan Anugerah Kebudayaan 2024. PADA MEDIO September 2024 silam saya dihubungi Panitia Anugerah Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam surat yang dikirimkan termaktub pemintaan agar saya mengonfirmasi catatan riwayat […]

Epigraf Wiji Thukul

Oleh: Zastrow Al-Ngatawi* Puisi Wiji Thukul adalah puisi perlawanan yangg cerdas dan bertenaga. Meski tanpa kata-kata kasar dan kotor, puisi-puisi Wiji Thukul mampu menggerakkan dan menakutkan bagi penguasa. Puisi-puisi Wiji Thukul sudah pasti menginspirasi, khususnya, para aktivis. Puisi-puisinya tangkas. Tak terbebani teori, juga kaidah-kaidah dan lisensi puitika. Namun begitu, bukan berarti, Wiji Thukul, yang puisi-puisinya […]