Entries by

Sajak-sajak Afnan Malay

JALAN KECIL   ta tah ta tah ta tah ibu pelan menatah sabar anak-anaknya belajar berjalan tangan meraih keseimbangan ta tah ta tah ta tah ibu tekun menatah ketegaran anak-anaknya belajar berjalan kaki ternanam langkah kepala tengadah ta tah ta tah ta tah   Jogja, 30 November 2024           hanya ibu […]

Piknik Itu Perlu! Tapi Harus Sehat Dulu

Oleh: Agus Dermawan T.*   Data buku Judul buku: Piknik Itu Perlu – Bikin Sehat dan Awet Muda. Penulis: Dr. Handrawan Nadesul. Penerbit: Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Tahun terbit: 2025. Tebal buku: xxiii + 326 (352 hlm.) ISBN: 978-623-523-562-2 ———–   Buku yang mengajarkan bagaimana seseorang yang akan berpiknik harus menyiapkan kesehatan tubuhnya. Agar serangan […]

Kelahiran yang Kedua

Oleh: I Gde Jayakumara*   Seperti kelahiran kedua dari tuhan Dionysius, satu tuhan dalam mitologi Yunani, enam pelukis akademis Bali (diantaranya: Made Gunawan, I Wayan Santrayana, I Ketut Suasana Kabul, I Made Sutarjaya, I Ketut Suwidiarta, dan I Wayan Gede Budayana) mengelar pameran bersama bertajuk ‘Paradiso’. “Kelahiran pertama adalah kelahiran sebagai sosok subjek yang berDNA […]

Hari Ibu, Istri Orang dan Film sebagai Arsip Kemanusiaan

Oleh: Purnawan Andra*   Setiap tangggal 22 Desember, kita memperingati Hari Ibu. Seremoni upacara, bunga dan ungkapan terimakasih atas pengorbanan seorang ibu menjadi yang kerap disampaikan. Ibu adalah pengurus anak, penjaga rumah dan simbol kasih sayang tanpa syarat, adalah narasi yang selalu dikedepankan di Hari Ibu. Tapi di balik itu, pemaknaan ini sesungguhnya mengaburkan fakta […]

Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025, dan Mengapa Kritik Seni Jurnalistik-Akademis

Oleh: Agus Dermawan T.*   Upacara penerimaan Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025 digelar megah di gedung teater Ciputra Artpreneur, Jakarta, pada 17 Desember 2025. “Ini puncak penghargaan untuk orang-orang hebat yang bekerja sebagai mata air kebudayaan Indonesia,” kata penyelenggara. ———————— PADA hampir penghujung upacara Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 di gedung teater Ciputra Artpreneur, Jakarta, Menteri […]

Masa Depan Seni dan Seniman di Era Algoritma

Oleh: Eko Yuds*   Ketika seni berpindah dari ruang perenungan ke arena keterlihatan, yang dipertaruhkan bukan hanya bentuk karya, melainkan keberadaan seniman sebagai subjek yang berpikir. ——————— Seni hari ini tidak hanya berubah medium, tetapi berubah medan kehidupannya. Ia berpindah dari ruang penciptaan menuju ruang sirkulasi; dari pengalaman yang dialami perlahan menuju visibilitas yang diperebutkan […]

Membaca Nalar Bangsa: Religiusitas Pemimpin, Kesalehan Ekologi, dan Brutalitas Ekonomi Ekstraktif dalam Lensa Katastropi

Oleh: Gus Nas Jogja* Khutbah Sunyi di Atas Tanah yang Terluka Di negeri yang dibangun dari butiran doa dan tetesan keringat para wali ini, kita sedang menyaksikan sebuah panggung teater paradoks yang menyayat hati. Kita berada di sebuah era di mana “Yang Suci” dan “Yang Profan” bercampur aduk dalam nalar kekuasaan yang skizofrenik. Di atas […]

Menggali Akar Kekeliruan Post-Truth: Sebuah Ziarah Literasi dalam Ekosistem Kebudayaan yang Terluka

Oleh: Gus Nas Jogja*   I. Prolegomena: Fajar yang Retak dan Senjakala Otoritas Ketika era milenium ketiga pecah dan melahirkan “tradisi klik” dan “budaya scroll”, umat manusia mendapati dirinya berdiri di atas puing-puing Menara Babel yang baru: sebuah arsitektur informasi raksasa bernama jagat digital. Kita tidak lagi hidup dalam “Era Informasi”, melainkan dalam “Era Disrupsi […]

Kota dan Budaya: Ruang Publik, Titik Temunya?

Oleh: Mudji Sutrisno SJ*   1. Pendahuluan Ketika sebuah lapangan alun-alun kota Surakarta yang berdampingan bahkan menjadi perluasan tata kerajaan berperan sebagai tempat masyarakat bertemu bersama dan kadang protes halus dengan menjemur diri (pépé) dihadapan raja, di sana penghayatan ruang bersama dilaksanakan dalam makna budaya atau kultural. Penghayatan itu bermakna budaya karena maksud temu di […]

Puisi-puisi Abdul Wachid B.S.

BALADA SEDEKAH BUMI BARITAN   Di kaki malam yang perlahan membuka kelopaknya, orang-orang datang membawa padi, membawa kendi, membawa kisah yang menua bersama tanah. Bulan turun rendah, menyelinap di antara rambut anak-anak yang belajar diam di hadapan ladang seperti di hadapan ayat yang belum selesai dibaca.   Sesaji dibuka. Daun pisang bergetar halus seakan mencatat […]