Pos

Membaca Adalah Tugas Menafsir

Oleh Mudji Sutrisno SJ. Membaca akhirnya merupakan kerja menafsir, kata Gadamer (Truth and Methods, 1980). Sang penafsir harus mampu menangkap makna awal atau asli dari teks tertulis pengarang. Dan untuk itu, penafsir harus mencermati tiga tempat beradanya makna, yaitu makna yang dihurufkan oleh pengarang dari peristiwa kehidupan atau pengalaman hidupnya yang diwujudi dalam aksara. Yang […]

Bangsa yang Gemar Tepuk Tangan 

Oleh Purnawan Andra* Kementerian Agama baru-baru ini memperkenalkan Tepuk Sakinah sebagai bagian dari program bimbingan pranikah. “Berpasangan! Janji kokoh! Saling cinta, saling hormat, saling ridho!”—begitulah yel-yel yang dimaksudkan agar nilai rumah tangga sakinah lebih mudah diingat. Sekilas tampak kreatif, bahkan ringan dan menyenangkan. Namun di tengah angka perceraian yang terus meningkat, kasus kekerasan domestik yang […]

Jihad Santri di Era Disrupsi: Mendayung di antara Dua Karang

Oleh: Gus Nas Jogja*   Hari Santri, 22 Oktober, adalah tanggal sakral yang menandai fatwa Resolusi Jihad—sebuah titik nol di mana santri mengubah sarung menjadi kain kafan dan pena menjadi bambu runcing. Namun, di tengah gemuruh perayaan, ingatan kita baru saja didera oleh gemuruh yang lain: robohnya bangunan di Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Ini adalah sebuah […]

Tafaqquh fi Tamaddun: Dialekta Santri di Jantung Disrupsi Digital

Oleh: Gus Nas Jogja*   Melampaui Batas Kitab Kuning Menuju Samudra Peradaban: Santri di Persimpangan Kosmos Santri, sejak berabad-abad, adalah metafora hidup tentang sebuah perenialitas: kesinambungan spiritual yang dibentuk oleh disiplin asketik dan intelektual. Ia adalah pewaris tradisi kenabian, yang mandat utamanya terangkum dalam diktum suci: Tafaqquh Fiddin—pendalaman dan pemahaman mendalam atas agama. Dalam lorong-lorong […]

Pesantren dalam Pusaran Filsafat Eksistensial dan Pendidikan Karakter

Oleh: Gus Nas Jogja* Pesantren, secara harfiah, adalah tempat tinggal para santri. Namun, secara eksistensial, ia adalah sebuah Ruang Penyingkiran Diri atau Space of Self-Exile. Memilih Pesantren adalah sebuah keputusan radikal, sebuah penolakan sublim terhadap kepastian dunia luar yang didominasi oleh hiruk-pikuk materi dan gemerlap fatamorgana. Ini adalah langkah pertama menuju filsafat eksistensial khas Pesantren: […]

Kearifan Timur dalam Kritik Pembangunan: Membaca Rendra Melalui Filsafat Jawa

Oleh: Tengsoe Tjahjono*   Kumpulan Potret Pembangunan dalam Puisi (1978) merupakan salah satu puncak perlawanan kultural W.S. Rendra, penyair kelahiran Solo, jantung kebudayaan Jawa, terhadap model pembangunan Orde Baru yang menindas rakyat dan mengebiri nurani kemanusiaan. Sebagai seorang wong Jawa yang lahir dan tumbuh dalam tradisi spiritual, kesenian, dan kebatinan yang kuat, Rendra membawa roh […]

Hari Kebudayaan: Antara Seremoni, Konspirasi dan Selebrasi

Oleh: Gus Nas Jogja* Proyeksi Eksistensial Atas Penentuan Tanggal, Beban Bhinneka, dan Kiamat Budaya Digital Seremoni: Kelahiran Sebuah Tanggal dan Ironi Pengakuan Pada sebuah senja di tahun 2025, melalui SK Menteri Kebudayaan Nomor 162/M/2025, sang Menteri, Dr. H. Fadli Zon, secara seremonial menandatangani kelahiran sebuah tanggal: 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional. Penetapan ini, pada […]

Multikulturalisme dan Manusia Indonesia

Oleh. Mudji Sutrisno SJ.*   Apa itu budaya dan bagaimana sebuah budaya berkembang dalam sebuah masyarakat? Apa dan bagaimana pertemuan antar budaya? Bagaimana sejarah kehidupan multikultur di Indonesia? Akan seperti apa kehidupan multikultur di Indonesia menghadapi globalisme? Apa dan bagaimana peran pendidikan dan kaitan akademisi dalam menghadapi tantangan multikulturalisme? Sebagai sebuah diskursus yang relatif baru […]

Koperasi Seniman: Membangun Sanggar Bersama di Era Ekonomi Keserakahan

Oleh: Gus Nas Jogja* Di sebuah Sanggar yang remang dan sunyi, seorang seniman duduk sendiri menyusun imajinasi. Wajahnya diterangi bukan oleh cahaya ilham, melainkan oleh pendar dingin layar gawai. Di layar itu, angka-angka menari—jumlah likes, views, shares. Angka-angka itu adalah hakim sekaligus juri bagi karyanya, menjadi takaran absah bagi eksistensinya. Ia merasa bebas, seorang kreator […]

Menegaskan Makna Pemajuan Kebudayaan

Oleh: Purnawan Andra*   Setelah sewindu berlalu sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, kini bangsa Indonesia memiliki Hari Kebudayaan yang diperingati setiap 17 Oktober. Penetapan ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 162/M/2025 tanggal 7 Juli 2025, yang merujuk pada momen bersejarah 17 Oktober 1951—ketika Presiden Soekarno menandatangani Peraturan Pemerintah […]