Mastohir Teater Ontang Anting

Oleh A. Zaenuri

Lahir di Surabaya, 29 September 1946. Mastohir bermula dari kelompok Penggemar Seni Teater Surabaya (Pensiter) pada tahun 60 an. Kelompok ini dipelopori oleh; Anang Hanani, Hari Matrais, Arthur John Horoni, Cholik Dimyati, Isti Dradjat, Syusiar, Imam Assegaf dan lain-lain. Garapan drama pertamanya untuk drama televisi yang diambil dari naskah Usmar Ismail ‘Pagar Kawat Berduri’. Naskah ini salah satu drama triloginya Usmar Ismail yang diberi judul ‘Liburan Seniman’. Drama panggungnya yang pertama ‘Tuan Kondektur’ (Nikolai Gogol) disutradarai Hari Matrais dan Mastohir sebagai pemain. Saat itu Mastohir masih Sekolah Menengah Atas (SMA) Trimurti Surabaya.

Mastohir dalam sebuah pementasan. (Sumber: Penulis)

Mulai dari sinilah Mastohir cocok terlibat di dunia kesenian. Sesudah lulus SMA dia masuk ke Universitas Airlangga di fakultas Hukum. Namun tidak begitu lama dia protol karena suhu politik di Indonesia tidak kondusif dengan adanya Gerakan 30 September (Gastapo). Lalu masuk di Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera) yang kebetulan juga ada sebagian orang-orang Pensiter disana diantaranya Hari Matrais dan Syusiar. Pada tahun 1967 bergabung di Srimulat –sebuah grup sandiwara yang berada di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya–sebagai tim artistik membantu pelukis Budi SR dalam pembuatan poster dan dekor panggung.  Akhirnya Budi SR dipindah ke panggung Mastohir tetap di poster. Lama-lama Mastohir juga di dapuk sama pak Teguh (Pimpinan Srimulat) berperan sebagai Drakula bergantian dengan Paimo untuk setiap cerita-cerita horror yang dipentaskan Srimulat.

Foto diri Mastohir. (Sumber: Penulis)

Tahun 1976 ke Jakarta, Srimulat menggarap film ‘Mayat Cemburu’. Tahun 1978 disuruh pak Teguh ke Solo karena Srimulat didirikan juga di Solo. Lalu lahir juga Srimulat Semarang. Dalam waktu yang berdekatan itulah dia ditugaskan bergantian ke Solo, ke Semarang, dan ke Jakarta. Tahun 1989 kembali ke Srimulat Surabaya karena Semarang tutup dan Jakarta sepi. Tahun 2006 kembali berteater di Bengkel Muda Surabaya main dalam lakon ‘Pesta Pencuri’, karya Jean Anoulih.Tahun 2009 monolog ‘Nyanyian Angsa’ karya Anton Cekov. Diadaptasi ke dalam cerita ala Srimulat yang diberi judul ‘Jo Kasmo’. Semenjak itu hingga sekarang (2017) ‘Jo Kasmo’dipentaskan keliling kota dan pelosok-pelosok di Jawa, terhitung sudah 75 tempat lebih telah disinggahi. Pementasan ini sengaja dia pentaskan model garingan seperti ludruk ontang-anting yang dilakukan tokoh ludruk legendaris di Jawa Timur, Markeso.

Poster pentas keliling Mastohir sebagai sutradara Srimulat. (Sumber: Penulis)

Dengan model membawa ludruk garingan model Markesoan ini memang muncul kemungkinan-kemungkinan yang lebar. Terutama pertunjukan bisa dikemas dengan berbagai bentuk yang sesuai dengan kondisi tempat yang ada. Kekuatan aktor menjadi hal yang utama dan dominan menentukan fokus pertunjukan sehingga butuh suplai dukungan penonton yang mutlak. Demikian juga dialog dan gerakan satire Srimulatan yang dispontankan membawa suasana humor yang menyegarkan. Penonton merasakan kelucuan melihat berbagai kritikan namun juga tanpa sadar mentertawakan dirinya sendiri di balik kekonyolan ini semua. Bagi Mastohir,”Semua permainan kemunculan perannya ditentukan kekuatan dari luar (Penonton). Kekuatan ini, ya berupa semangat……. Ya berupa energy……… Dan bisa dihidupkan dari apa saja yang berkaitan dengan panggung. Aktor adalah panggung dan panggung ada dimana-mana…. “.

——-

* A. Zaenuri adalah Teaterawan.