Konser Rakyat Leo Kristi Tak Pernah Mati
Oleh Feri Latief
“Gulagaluku suara nelayan, berayun-ayun laju!” suara penonton membahana melantukan lirik lagu ‘Suara Nelayan’nya mendiang Leo Kristi di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, tadi malam (27/07/24). Menyaksikan ini ingatan saya kembali ke masa lalu saat kecil, saat TVRI menayangkan lagu itu di layar kaca.
Lagu itu sudah lama tak pernah saya dengar, terakhir di pertangan Tahun 1990-an saat teman kos depan kamar saya, Sukasno, anak FSRD ITB yang suka memutar kaset Leo Kristi. Sukasno atau saya memanggilnya Mas Kasno ini memang penyuka lagu-lagu yang “gak biasa”. Dari dalam kamarnya sering membahana karya-karya Harry Roesli, Jaduk dll. Dan malam ini saya berjumpa lagi dengan mas Kasno di konser untuk mengenang Leo Kristi ini.
Tapi tunggu dulu, setelah era 1990-an saya sempat menonton konser Leo Kristi saat taping di TVRI Bandung. Lupa tahun berapa, sekitar 2000-an, saat itu saya diajak mendiang Mukti-Mukti, penyanyi balada asal Bandung untuk datang ke konser itu. Di konser itu pula Mukti Mukti manggung bersama kang Harry Pochang. Kalau tak salah ingat, saya sempat memotret Leo Kristi, entah di mana fotonya sekarang saya sendiri lupa mencopynya di mana.
Saat berjumpa dengan mbak Watty Yusman, arkeolog yang jadi ketua panitia konser, saya sempat menyampaikan punya koleksi foto Leo Kristi. Konser ini juga memamerkan foto-foto Leo Kristi. Sayangnya sampai saat konser saya belum sempat mencari dan menemukannya.
Di TVRI Bandung waktu itu, saya terkesan dengan penampilan Leo Kristi yang berkharisma dan flamboyan. Lagu-lagunya yang merakyat dan realistis itu, menurut saya begitu menggelora. Kesan sama yang saya dapatkan dari konser semalam. Yang mendendangkan lagu-lagunya adalah Ote Abadi dan Nona van der Kley, mantan personal “Konser Rakyat’nya Leo Kristi.
Saat saya mendengar lengkingan vokal Nona van der Kley yang selalu menjadi vokalis pendamping Leo Kristi, saya langsung tahu perannya dalam membentuk karakter musik Leo Kristi. Menurut saya tanpa vokalnya “ada kekosongan” dalam karakter musik Leo Kristi. Makanya tak heran saat Nona pensiun ia digantikan vokalis perempuan lain untuk mengisi “kekosongan” karakter musiknya. Suara lantang Leo Kristi berharmoni suara lembut perempuan yang melingking!
Konser kali ini bertema, “Aku Tak Kan pernah Mati”. Seperti yang mendiang pernah sampaikan,”Leo Kristi boleh mati, tapi Konser Rakyat tetap hidup!” Seperti yang saya saksikan tadi malam.
Oh ya, selain fansnya Leo Kristi, beberapa seniman dan budayawan hadir dalam konser semalam, seperti Eros Djarot, Frankie Raden, Romo Mujie, Taufik Razen, wartawan desk budaya Tempo, mas Seno, sampai Kurnia Effendi, Koencoro TW dan Mas Kasno gank Sukaluyu, Bandung hehehe…..
—
*Feri Latief adalah Fotografer