Kastil-Kastil Sunyi : Meditasi Akuarel di Rumah Dubes Slovakia
Lanskap-lanskap pedesaan, kastil-kastil abad pertengahan, gereja-gereja tua Slovakia disajikan lukisan-lukisan cat air itu. Sapuannya tipis-tipis. Bangunan kastil, gereja tersebut rata-rata ditampilkan sendiri –sebagai subyek. Tak ada kegiatan manusia-manusia di sekitarnya. Sendiri, sepi – seolah tanpa penghuni, seolah tanpa jamaah. Seolah lukisan itu ingin menangkap samar-samar sejarah atau tilas kenangan yang tersembunyi pada bangunan itu – tanpa perlu diimbuhi keramaian orang atau warga yang lalu lalang di sekelilingnya. Bahkan tanpa usah ditampilkan pemilik bangunan sendiri. Ada keheningan yang kuat dalam lukisan-lukisan cat air itu.
Lihatlah karya Ester Kzenzsigh: Sihla’s Countryside. Bangunan yang ditampilkannya sekilas seperti masjid. Karena ada seperti loteng dengan genting mirip segi tiga limasan. Di atasnya blenduk kubah kecil. Dan diatas kubah itu ada semacam hiasan. Mungkin salib – atau entah motif apa. Dan ternyata benar itu salib, jika kita melihat karya Kzenzisgh yang lain: Nizny Komarnik. Nizny Komanik adalah suatu daerah di kawasan Sydnik, wilayah Presov, Slovakia. Kzenzisgh menampilkan gambar sebuah tempat beribadah yang terlihat berarsitek tradisional. Sebuah Gereja Katolik dari bangunan kayu. Dinding-dindingnya terlihat seluruhnya dari papan-papan kayu. Dan di atas kubah-kubah kecil tampak salib-salib secara jelas. Gereja itu digambar oleh Kzeinsigh sunyi – tanpa terlihat seorang jemaah pun. Hal yang sama saat Daniel Novotny menyajikan: Old Town Hall. Semestinya sebuah gedung pertemuan kota selalu menjadi lintasan orang banyak. Namun di tangan cat air Novotny tampak sepi.
Karya Ester Kzenzsigh: Sihla’s Countryside
Karya Ester Kzenzsigh: Nižny Komárnik
Karya Daniel Novotny: Old Town Hall
Hanya ada satu dua lukisan-lukisan cat air itu yang menampilkan kerumunan orang atau lalu lalang orang. Di antaranya itu adalah karya Lenka Binderova: Karlova Ves Feast. Mungkin karyanya ini menggambarkan keramaian bazaar di sebuah kota kecil di Slovakia. Tampak tenda-tenda bazaar. Lalu terdapat pengunjung hilir mudik. Toh angle yang dipilihnya sama sekali tak menyajikan kerumunan. Ia memilih sepasang pengunjung dari sudut belakang tengah berjalan mengarah ke tenda-tenda bazaar. Dan seseorang duduk rileks di bangku membelakangi tenda-tenda itu. Akan halnya Jana Štefániková menyajikan lukisan: Farm House. Suasana para petani – di sebuah daerah pegunungan bersama domba-dombanya. Cara menggambarkan para petani itu real, wajar – tanpa dipose-posekan atau menjadikannya mereka sadar sebagai obyek tatapan. Tak ada penonjolan komposisi petani. Seolah itu para petani direkam sekilas tanpa mereka mengetahuinya.
Karya Lenka Binderova: Karlova Ves Feast
Karya Jana Štefániková: Farm House.
Adalah langka sebuah pameran seni rupa dilakukan di rumah seorang duta besar dan terbuka untuk publik. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Dan dubes Slovakia Jaroslav Chlebo dan istrinya yang juga seorang pelukis Jana Chlebová Becková melakukan itu di rumah dinas mereka di Jalan Taman Patra II no 8 Kuningan Jakarta Selatan. Sejumlah pelukis cat air Slovakia yang bergabung dalam komunitas Slovak Watercolor Community yang didirikan oleh perupa Iveta Jesenska dan Lazlo Pomothy diundang oleh mereka memamerkan karyanya.
Tentu saja diperlukan protokol yang ketat untuk diperbolehkan menonton pameran. Tatkala Direktur Festival BWCF (Borobudur Writers and Cultural Festival) Yessy Apriati dan mitra BWCF pekerja teater Trisfahilda berkunjung menemui Jana dan menyaksikan premiere terbatas pada siang Jumat lalu (7 Mei) masih belum banyak tamu – tetap harus menggunakan masker di dalam ruangan. “Pameran ini puncaknya adalah pada 1 Agustus sd 30 September 2021. Pre event diadakan untuk kalangan terbatas saja. Kolega terdekat dan beberapa undangan khusus dengan pelaksanaan sederhana,” kata Jana Chlebová Becková. Ia tampak bergairah menginisiasi pameran ini – meski situasi pandemi ini serba sulit. “Tujuan dari pameran ini untuk memperkenalkan lukisan cat air para perupa Slovakia. Selain di Jakarta, direncanakan bisa melakukan pameran di beberapa kota di Indonesia sebelum lukisan-lukisan dikirimkan kembali ke Slovakia.”
Pameran berlokasi di ruang tamu yang luas. Begitu masuk pintu utama, di dinding sebelah kiri dan kanan koridor menuju ruang tamu sudah dipajang beberapa lukisan cat air. 60 buah lukisan cat air dari 20 perupa Slovakia ini menurut Jana bingkainya dibuat di Jakarta dengan mendatangkan desainer beserta tukangnya ke rumah. Segera sepintas melihat karya-karya para pelukis Slovakia ini –tema panorama, kastil, bangunan abad pertengahan memang lebih banyak mendominasi. Cat air memiliki kekhasan tertentu yang tak dimiliki cat minyak atau akrilik. Unsur air bisa memberikan efek sapuan warna seperti hablur – tipis meresap, merembes – menyebar ke kertas. Dan efek-efek seperti itu banyak dimanfaatkan para pelukis saat menggambar suasana sekitar bangunan. Daniel Novotny misalnya menyajikan gambar: Good Shepherd House. Ia menyajikan sebuah rumah penggembala yang memiliki susunan seperti sebuah menara- bertumpuk tiga. ”Lukisan saya adalah realitas personal saya,” tulisnya dalam katalog.
Foto Ruang Pameran
Karya Daniel Novotny: Good Shepherd House
Kata-kata Daniel Novotny itu agaknya mewakili seluruh pelukis. Para pelukis itu semua mengangkat obyek ke dalam kertas—tapi mereka saat memindahkan ke kertas-bukan sebagaimana sebuah kamera seorang fotografer yang secara persis menduplikasi realitas. Realitas yang mereka tangkap adalah realitas yang telah berbaur dengan sentuhan personal – sehingga tetap tak bisa dikatakan sebagai sebuah duplikasi obyek yang sama persis dengan yang asli. Lihatlah karya Martin Majerčák: Island. Sebuah rumah putih kecil berlatar belakang punggung gunung. Di depan rumah itu tiang-tiang listrik. Rumah itu ditampilkan tanpa rumah-rumah lain di sebelahnya. Mungkin itu rumah di sebuah pulau seperti di judulnya. Tapi kesan personalnya- dari angle apa rumah itu ditampilkan sangat kuat. Bila kita lihat karya Majerčák lain berjudul: Matterinhorn – ada gambar seperti sebuah puncak pegunungan tandus berbentuk segitiga runcing. Mungkin bukan tandus—melainkan lelehan salju. Entah mengapa dia tertarik membuat sosok gunung sendiri dari jarak dekat demikian. ”Ini seperti sebuah meditasi cat air,” kata Monica Gunawan—kurator pameran dalam statemen pameran.
Karya Martin Majerčák: Island
Karya Martin Majerčák: Matterinhorn
Juga demikian denga karya Olga Ovsepian Kusková: Rusovce Street. Kita akan melihat seruas jalan yang lengang. Di pojok jalan itu terdapat sosok bangunan tinggi dengan atap segitiga runcing. Entah sebuah gereja atau apa. Yang jelas jalan yang kosong itu terasa menjadikan suasana intim dan personal. Lihat karyanya yang lain: Stupava. Kita melihat sederet bangunan-bangunan yang memiliki atap blenduk dan kemudian di atasnya ada pucuk-pucuk lancip –sekilas seperti stupa. Stupa yang memiliki Anda, Harmika dan Yasti. Anda adalah bagian badan stupa Buddhis yang berbentuk setengah lonceng. Harmika adalah bagian antara badan dan puncak stupa. Dan Yasti adalah tiang yang di ujung-paling atasnya ada chattra – simbol peneduh. Bagian atas bangunan itu mirip dengan stupa Buddhis tapi jelas bukan. Langit tampak disapu warna abu-abu dan jalanan aspal terlihat retak-retak. Banyak lukisan-lukisan lain menampilkan sudut-sudut perkotaan, deretan bangunan tua dengan jalan yang melompong. Seolah menyajikan sebuah Aide Memoire – kenangan akan sebuah kota lama yang dulu ramai tapi sekarang kehilangan keramaiannya.
Karya Olga Ovsepian Kusková: Rusovce Street
Karya Olga Ovsepian Kusková: Stupava
Karya Peter Surovec: Cottage lagi-lagi menampilkan sebuah kesendirian bangunan. Dia memberi judul Cottage—mungkin yang digambarnya adalah sebuah cottage di sebuah pedesaan. Yang jelas model bangunannya bukan laksana blok-blok apartemen modern namun dengan gaya tradisional. Kita lihat atap rumah itu segitiga. Dengan bahan bukan dari genteng. Atap-atap rumah demikian tidak terlalu asing dengan bangunan-bangunan kita sendiri di Sumatra atau NTB. Karya Peter Surovec lain berjudul; Spania Valley menampilkan sebuah jalanan lengang dari sisi sebuah pagar gedung tua. Di ujung jalan itu kita lihat ada sebuah gerbang tembok dengan desain lengkungan – mengingatkan kita gerbang-gerbang pojok benteng di Kraton Yogja. Akan halnya Stela Kytkova menggambar: Muran in Autumn. Sebuah bangunan tinggi dilihat dari semak-semak bunga. Cat air menghadirkan suasana hablur . Suasana pohon dan dedaunan yang bertaburan di tanah seperti musim gugur.
Karya Peter Surovec: Cottage
Karya Peter Surovec: Spania Valley
Karya Stela Kytkova: Muran in Autumn
Dengan judul: Relax, Maria Špániková menyajikan sebuah rumah pedesaan – dengan atap entah dari dedaunan atau bukan. Namun mengesankan seperti rumbai. Goresan cat airnya relatif lebih tebal dibanding lukisan lainnya. Peter Gorcsos menampilkan : Banskä Stiavnica. Deretan rumah atau gereja bertingkat yang latarnya tak begitu jauh dari punggung gunung. Juga lukisannya lain berjudul: Kremnica. Agaknya ia menggambar suasana kota-kota kecil di Slovakia. Akan halnya Silvia Stránska menampilkan lukisan: Morning Coffee. Sebuah jendela terbuka dengan panorama rumah-rumah di luar. Sementara di dalam-dekat jendela ada pot bunga dan secangkir kopi. Karyanya lain berjudul: Sunny Day in Šenkvice. Suasana rumah-rumah di kota Senkvice. Meskipun judulnya Sunny day terasa sinar matahari yang jatuh bukan terang benderang sebagaimana matahari tropis yang cerah dan hangat. Tapi sinar redup. Yang memberikan aksen sendu lukisan. Akan halnya Vlasta Hubsková menyajikan: Through the Forest. Dua orang berjalan melintas melalui jalan setapak di antara pohon-pohon, bayang-bayang pohon di jalan setapak itu terasa rindang. Meski bentuk pohon-pohonnya bukan pohon dengan banyak cabang berdaunan tapi hanya memiliki satu batang lurus ke atas. Lukisan ini terasa kuat.
Karya Maria Špániková: Relax
Karya Peter Gorcsos: Banskä Stiavnica
Karya Silvia Stránska: Morning Coffee
Karya Silvia Stránska: Sunny Day in Šenkvice
Karya Vlasta Hubsková: Through the Forest
Selain bangunan – para pelukis banyak menampilkan panorama alam, lanskap gunung-gunung. Lembah-lembah kosong yang membentuk sebuah harmoni dengan langit yang luas. Panorama-panorama yang mencuatkan perasaan suatu lokasi yang jauh dan terpencil tapi damai. Karya Danica Pružincová: Ipel River. Sungai Ipel adalah sungai yang berasal dari pegunungan Ore yang terletak di Slovakia Tengah yang kemudian mengalir jauh ke selatan sampai melewati perbatasan Hungaria. Sungai ini diperkirakan 232 kilometer dan di Hungaria bersambung dengan Sungai Danube. Betapapun Sungai Ipe –sungai lintas negara yang perkasa, goresan cat air Danica Pružincová tidak terlalu memaksa untuk memperlihatkan sisi eksotis atau keindahannya. Sungai itu disajikan hanya sepetak kecil. Lebar tenang -dengan warna kecoklatan dan penuh alang-alang serta pohon di sisi kanan dan kirinya. Sementara Vlasta Hubková menyuguhkan: The Smell of the Land. Ini karya yang menarik. Ia menggambar rumpun-rumpun batang pohon – hijau – di tengah sebuah panorama seperti berkabut. Dengan tanah atau bunga-bunga berwarna berwarna redam, tidak terlalu terang mencolok. Secara keseluruhan karyanya memunculkan suasana tanah yeng membumi dan sendu. Akan halnya Jana Štefániková lewat karyanya: Kremnicke Bone kembali menampilkan gereja dengan langit mendung, dan sudut pandangnya dari kejauhan-hingga bangunan itu seolah menyendiri.
Karya Danica Pružincová: Ipel River
Karya Vlasta Hubková: The Smell of the Land
Karya Jana Štefániková: Kremnicke Bone
Dari para perupa yang menampilkan sosok-sosok orang, bunga atau hewan adalah Jana Štefániková. Dia menampilkan lukisan berjudul: Ann Mwikal. Figur seorang anak perempuan yang menatap ke samping atas. Kulitnya hitam, seolah bukan dari Eropa. Sementara Joroslave Pásler Pampulon. menyuguhkan seri wajah perempuan. Digambar minimalis, tapi kuat. Paras-paras cantik tegas itu diberi judul-judul : Zuna- Bride of Mountaine, Daniela, Miriam. Ada sebuah wajah yang dari bulatan matanya oleh Pampulan diberi goresan garis-garis lurus ke bawah. Seolah itu air mata. Sesosok wajah perempuan juga disajikan Terézia Honzová berjudul: Beauty Hidden in drops of Water. Sesosok wajah cantik menatap ke samping dengan tatapan mata kosong. Gambarnya seperti sebuah skets-yang dibubuhi sapuan warna cat air di sampingnya untuk memperkuat aksen. Akan halnya Iveta Jevenska, pendiri komunitas para pelukis cat air Slovakia ini menyajikan gambar bunga-bunga. Mulai Bunga Matahari sampai Bunga Ros. Sementara Klaudia Rafandes Vollmann menyajikan gambar bunga-bunga mirip bunga sepatu dalam lukisannya berjudul: Meadow. Lenka Binderová selanjutnya menyajikan: Liptov. ia menyajikan suatu jalanan lengang. Di tengah jalan itu terdapat kambing-kambing berkumpul. Jalanan aspal itu bersih – dan terkesan jarang dilalui kendaraan, sehingga kambing bergerombol di tengah jalan.
Karya Lenka Binderová: Liptov
Jana Chlebová Becková sendiri – sang istri duta besar menghadirkan sebuah karya yang menarik, berjudul: Somewhere in Turki. Lukisan ini menampilkan sisi depan sosok masjid yang memiliki dua kubah- dan di pelatarannya yang luas tampak pengunjung dan bayangannya – digambar dari belakang digambar menuju masjid. Kota-kota Turki memang banyak memiliki masjid-masjid besar indah. Istanbul misalnya dikenal banyak masjid besar-besar mengagumkan dari Hagia Sophia (bekas gereja di zaman Byzantium) sampai Blue Mosque, serta ratusan masjid lainnya. Selanjutnya Jana melukis suasana pedesaan di musim dingin bersalju, karya karya still life: burung, ayam jago, buah-buahan, bunga-bungan dan dua orang perempuan, satu: sesosok bunda mengenakan kerudung dengan bayinya yang diberinya judul: Madonna dan kedua: Potrait of the Unknown Lady.
Karya Jana Chlebová Becková : Somewhere in Turkey
Karya Jana Chlebová Becková : Winter Countryside
Jana berawal melukis dengan cat akrilik dan kemudian mencoba cat air. “Pada awalnya sangat sukar karena ketika melakukan sedikit saja kekeliruan, maka harus diulang dari awal kembali, tidak bisa diteruskan pada kertas yang sama. Berbeda dengan melukis memakai cat akrilik yang bisa diteruskan pada kanvas yang sama karena bisa ditimpa atau tetap bisa dikreasikan.” katanya. Jana menceritakan dengan memakai cat air ia juga ingin membuat lukisan benda-benda yang sangat detail. ”Misalnya pada lukisan saya berjudul “Still Life I” dan Stil Life II”. Lukisan ini sampai menyerupai lukisan cat minyak, pembuatannya membutuhkan detil-detil yang sangat cermat,”tuturnya.
Jarang sekali seniman-seniman Slovakia menyajikan karyanya di Jakarta. Kita tak banyak tahu bagaimana perkembangan seni di sana. Sedikit di antara seniman Slovakia yang dikenal masyarakat seni pertunjukan Indonesia adalah Milan Sladek seniman pantomim kelahiran Bratislava dan kemudian bermukim di Jerman. Milan Sladek pada tahun 70 an dan 80an banyak memberikan workshop pantomime di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) Jakarta dan Yogya. Murid-murid Sladek di Jakarta di antaranya alm Didi Petet dan alm Sena Utaya. Keduanya kemudian mendirikan Sena Didi Mime. Sementara di Yogya, pantomime Jemek Supardi juga mengaku sangat terpengaruh workshop yang diberikan Milan Sladek. Terakhir tahun 2015, Milan Sladek pernah pentas tunggal di Gereja Paroki Kristus Raja Pejompongan, Jakarta Pusat. Ia membawakan sebuah pantomin berjudul : The Way of The Cross atau Jalan Salib. Adalah menarik Milan Sladek bermain pantomin di sebuah gereja. Saat itu Duta Besar Slovakia Nuntius Vatikan Mgr ikut menonton.
Akan halnya pekerja sastra yang sering mengikuti festival buku di Bratislava adalah Dr. Murti Bunanta pendiri Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA). Ia sering diundang Bienalle Illustration Bratislava (BIB). Ia bahkan pernah menerima Honorary award dari BIB di tahun 2002. Di tahun 2013 ia juga menerima penghargaan L’udmila Podjavorinska Plaque dari Kementrian Kebudayaan Slovakia yang diserahkan di Bratislava. Dan sekarang rombongan pelukis cat air Slovakia berpameran di Jakarta. Jana Chlebová Becková sendiri memiliki ide menarik – membuat semacam pertukaran atau kolaborasi antara pelukis cat air Slovakia dan Indonesia – entah kapan, mungkin setelah pandemi .”Saya berkeinginan bisa membawa lukisan-lukisan cat air dari perupa Indonesia bersama dengan perupa Slovakia untuk bisa berpameran bersama di beberapa lokasi di Slovakia.” katanya.
Sebelum undur diri, BWCF menyerahkan sejumlah buku produksi BWCF – termasuk kumpulan makalah bersampul stupa-stupa Borobudur ke Jana. Dan Jana menerimanya dengan hangat.
Mungkin suatu kali BWCF ingin mengajak Jana dan pelukis cat air Slovakia untuk melukis Borobudur dari berbagai sudut – atau melukis candi-candi lain di Jawa. Siapa tahu? Adalah menarik membayangkan para pelukis cat air Slovakia ini – on the spot melukis Borobodur. Apalagi bila bersama-sama pelukis-pelukis lokal Borobudur. Tentu kebersamaan ini akan mengasyikkan. Dan pasti tatapan dan sapuan cat air para pelukis Slovakia akan terasa lain saat menangkap Borobudur – sebagaimana juga saat mereka menangkap kastil-kastil abad pertengahan mereka sendiri. Sebuah perspektif personal yang terasa tidak muram, tidak terlalu gembira. Tapi balans dan hening. Dakujem (terima kasih) Jana.