Mencari Indonesia 5: Ketimpangan, Ketidakadilan dan Masyarakat Pinggiran

Suatu Proses Pencarian Tanpa Akhir 

Oleh Francisia SSE Seda

Buku karya Riwanto Tirtosudarmo seorang Guru Besar Riset Emeritus dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang ditulis selama kurang lebih empat dekade atau empat puluh tahun ini dan berdasarkan beragam hasil penelitian ini mencerminkan keresahan dan kegalauan dari seorang concerned scholar (ilmuwan yang peduli) mengenai masyarakat Indonesia khususnya yang berkaitan dengan Ketimpangan, Ketidakadilan dan Masyarakat Pinggiran.

Keresahan dan kegalauan yang dilandasi oleh perhatian dan kepedulian mendalam ini mencerminkan bagaimana seorang ilmuwan yang peduli seperti Riwanto Tirtosudarmo mencoba dan berupaya di dalam berbagai kegiatan akademiknya mencari Indonesia khususnya kelompok kelompok marginal yang mengalami secara langsung ketimpangan, ketidakadilan, dan peminggiran (eksklusi sosial) di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup di berbagai wilayah mulai dari Wilayah Indonesia Barat seperti Jawa sampai ke Indonesia Timur seperti Papua.

Salah satu fokus perhatian di dalam buku ini adalah keterkaitan antara Pembangunan dan Perubahan Sosial. Di Indonesia seperti Negara Negara Dunia Ketiga lainnya, proses pembangunan adalah hampir suatu keniscayaan. Dan di dalam keniscayaan ini, Pemerintah suatu negara harus menyusun pilihan dan prioritas. Proses pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah akan berdampak pada perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat dan pada gilirannya proses perubahan sosial ini akan berdampak pada pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah. 

Keterkaitan antara pilihan pilihan pembangunan yang dipilih Pemerintah dengan proses perubahan sosial sebagai dampaknya menimbulkan potensi konflik di dalam kalangan masyarakat dan perlu dikaji di dalam konteks kesejarahan (historical context) dari proses pembangunan yang dijalankan. Konteks kesejarahan ini perlu dikaji di dalam analisa bagaimana pilihan pilihan pembangunan pada masa tertentu dipengaruhi oleh pilihan pilihan pembangunan di masa sebelumnya dan pada gilirannya juga akan mempengaruhi pilihan pilihan pembangunan di masa berikutnya.

Proses pembangunan yang dijalankan Pemerintah juga perlu dikaji di dalam konteks relasi Pusat dengan Daerah dengan pendekatan top – down berpotensi untuk mengurangi kreativitas dan inisiatif masyarakat lokal di daerah. Tetapi budaya dan struktur sosial setiap masyarakat mempunyai keunikan dan kekhasannya masing masing. Dan respons atau tanggapan dari setiap masyarakat sangat beragam tergantung pada konteks sejarah, struktur sosial budaya dari setiap masyarakat lokal di Indonesia ini.

Buku ini mengkaji keterkaitan antara proses pembangunan dengan perubahan sosial dan dampaknya terhadap proses ketimpangan, ketidakadilan, dan masyarakat pinggiran di dalam konteks Negara khususnya aparat penyelenggara Negara yakni Pemerintah Pusat dan Pemerintah Lokal. Sangat menarik dan signifikan untuk dibahas pula bagaimana Proses pembangunan dan Perubahan Sosial bisa ditinjau dari perspektif teoretis yang lebih luas yakni di dalam konteks Relasi Triangulasi antara Negara – Pasar – Masyarakat.

Proses pembangunan dan keterkaitannya dengan Perubahan Sosial beserta dampaknya terhadap proses ketimpangan, ketidakadilan, dan Masyarakat Pinggiran di dalam konteks Relasi Triangulasi antara Negara – Pasar – Masyarakat akan mampu memberikan gambaran umum yang lebih komprehensif untuk memahami keterkaitan yang aktual dan relevan ini.  Negara dengan Pemerintah sebagai aparat penyelenggara negara di dalam relasinya dengan Pasar khususnya para pelaku usaha baik UMKM maupun konglomerat domestik dan korporasi trans nasional beserta masyarakat yang mencakup kelompok sosial, komunitas, maupun CSO (civil society organizations), mempunyai relasi yang kompleks dan kontekstual baik di dalam kajian historis maupun sosial, politik, ekonomi, dan kultural. Relasi triangulasi ini bukan hanya bersifat historis dan kontekstual, tetapi juga selalu sarat dengan dinamika yang terus menerus merubah relasi tfiangulasi ini.

Relasi Triangulasi Negara – Pasar – Masyarakat yang dapat membantu di dalam mengkaji keterkaitan antara proses pembangunan dengan perubahan sosial ini dapat menunjukkan bagaimana kolaborasi atau kolusi antara Negara dengan Pasar dapat mengorbankan kelompok kelompok masyarakat khususnya mereka yang mengalami proses ketimpangan, ketidakadilan, dan Masyarakat Pinggiran. Dan bagaimana Masyarakat dapat melakukan proses resistensi terhadap proses pembangunan dan perubahan sosial yang bersifat top – down ini dari pihak Negara yang kerap berkolusi dengan Pihak Pasar.

Ketimpangan, Ketidakadilan, dan Masyarakat Pinggiran kurang diberikan kesempatan untuk melakukan proses pemberdayaan diri sehingga dapat melakukan proses pembangunan dan perubahan sosial yang bukan hanya top – down, tetapi juga bottom – up, sehingga kelompok kelompok marginal khususnya masyarakat pinggiran dapat mengalami proses pembangunan dan perubahan sosial yang bersifat self empowerment atau pemberdayaan diri. 

Pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah, di dalam konteks relasi triangulasi Negara – Pasar – Masyarakat ini yang cenderung bersifat asimetris dimana Negara dan Pasar mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Masyarakat, apakah utopis untuk mengharapkan bahwa Masyarakat khususnya kelompok kelompok masyarakat pinggiran dapat melakukan pemberdayaan diri untuk menghadapi proses ketimpangan dan ketidakadilan dan peminggiran yang dialami di dalam kehidupan keseharian.

Proses pemberdayaan diri Masyarakat tidaklah bersifat utopis bahkan juga tidak bagi kelompok kelompok masyarakat pinggiran. Relasi asimetris antara Negara – Pasar – Masyarakat ini dapat mengalami perubahan menjadi lebih simetris atau setara jika ada Gerakan Sosial Masyarakat untuk mencapai suatu proses transformasi sosial secara struktural dan kultural.

Mencari Indonesia adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Mungkin jawabannya tidaklah terlalu penting apakah Indonesia bisa ditemukan atau tidak ditemukan. Tetapi justru proses pencarian yang tanpa akhir itulah yang merupakan proses pembelajaran bersama sama. Dan buku yang aktual  dan relevan ini telah mengawali proses pencarian bersama ini. 

Jakarta, Hari Buruh Internasional 2025

—–

*Francisia SSE Seda. Departemen Sosilogi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia