142 Tahun Kazimir Malevich
Oleh Iwan Jaconiah
PELUKIS terkenal abad ke-20 yang juga sebagai ikon dunia avant-garde Kazimir Malevich lahir 142 tahun lalu, tepatnya pada 23 Februari 1879. Di era seni kontemporer ini, nama besarnya masih dikenang. Tak hanya sebagai seniman Rusia, namun juga diklaim sebagai seniman Ukraina. Topik lucu tapi serius.
Dua negara tersebut memiliki hubungan yang kurang begitu erat dalam urusan politik. Bagai anjing dan kucing. Namun, dalam hubungan hidup bermasyarakat, keduanya saling mesra dan akur. Mereka memiliki satu akar yang sama, baik budaya maupun tradisi sebagai bangsa Slavik.
Foto Kazimir Malevich
Seorang visual storyteller kontemporer berbasis di Kiev, Ukraina, Evgeny Aleksandrov, memposting beberapa foto Malevich muda ke sebuah grup seni di media sosial, Selasa (23/2). Saya langsung merespon dan menyapa dengan Aleksandrov secara daring sebab bertepatan dengan perayaan hari jadi Malevich.
Kiprah perjalanan Malevich yang legendaris itu memang menjadi perhatian pengamat seni, kurator, dan kritikus seni hingga kini. Sekadar untuk mengingat kembali sebuah era seni rupa yang berakar dari sebuah ‘kegelapan’ akibat perang dan konflik kelas sosial di daratan Eropa Timur.
Dalam sejarah seni rupa, kita tahu bahwa Malevich tercatat sebagai pendiri suprematisme – salah satu tren terbesar dalam abstraksi. Dia lahir di Kiev (Kekaisaran Rusia) dan kemudian tinggal lama di Rusia modern. Meski demikian, dia berulang kali menyebut dirinya seorang Ukraina.
Ada fakta menarik tentang Malevich. Pertama, pada tahun 1896, keluarganya pindah ke Kursk. Barulah pada tahun 1904, Malevich memutuskan pindah ke Moskwa. Dia mencoba beberapa kali untuk masuk Sekolah Lukisan, Patung dan Arsitektur di Moskwa, namun gagal.
Malevich menghabiskan sebagian besar hidupnya di wilayah Rusia modern. Dia sempat kembali ke Kiev. Namun, kembali pindah ke Leningrad, Uni Soviet, di mana ia meninggal pada tahun 1935. Di Rusia kini, pelukis “Black Square” itu dikenang manis sebagai seniman jenius.
Foto Kazimir Malevich sedang melukis
Jika kita memerhatikan wajah Malevich maka ada semacam bekas goresan kaca di wajahnya. Jadi, diduga pada tahun 1930, ketika dia berada di penjara untuk kedua kalinya, Malevich mengalami kecelakaan ringan. Kemudian sang seniman memutuskan untuk membuat karya dari pecahan kaca berupa polyhedron.
Setelah bebas dari penjara, Malevich bercerita tentang idenya ke pematung Vera Mukhina (1889-1953), yang dengan bantuan teman-teman, mereka meluncurkan produksi kacamata pelindung. Malevich adalah pemimpin di antara seniman yang bekerja. Ternyata, permintaan tinggi dan sesuai dengan harga untuk karya avant-garde.
Nama besar Malevich menggaung hingga ke Eropa Barat. Itu membuat karya-karyanya mulai dilirik. Bahkan lukisan palsu menyerupai karya Malevich juga beredar di era perang dingin. Pada 2017, di salah satu museum di Jerman, sebagai hasil pemeriksaan, ada karya palsu Malevich ditemukan di sana. Salinan itu ternyata telah disimpan sejak tahun 1950.
Sementara, dari semua karya Kazimir Malevich di Ukraina, hanya satu karya yang 100 persen dibuktikan asli oleh para ahli. Itu adalah sketsa dari desain ruang konferensi National Academy of Sciences dan disimpan di Museum Seni Nasional. Pekerjaan ini unik karena diciptakan di Kiev.
Foto karya Kazimir Malevich
Di Museum Seni Afanasy Lunev, Desa Parkhomovka, Kharkiv, juga ada tersimpan lukisan karya Malevich berjudul Suprematisme-65. Di desa ini, Malevich muda tinggal dengan keluarganya sementara waktu, ketika ayahnya bekerja di pabrik gula lokal. Sayangnya, sumber lukisan belum bisa dikonfirmasi sampai saat ini.
Versi 1915 dan 1929
Proses kreativitas Malevich menjadi topik hangat untuk dikaji. Peneliti Seni Rusia, Tatiana Goryacheva, pernah mengkaji secara mendalam tentang sang tokoh. Dari hasil riset itu, dia terbitkan lewat buku berjudul Kazimir Malevich i Yego Shkola/ Kazimir Malevich dan Sekolahnya (Galeri Tretyakov, Moskwa, 2010).
Kita bisa membaca secara detail dan jeli di buku setebal 208 halaman tersebut. Goryacheva berhasil mengkaji dan mengupas tuntas tentang Malevich, baik dari sudut pandang sejarah seni, filosofi, maupun analisis terhadap karya grafik yang memukau itu.
Lukisan berjudul «Chernyy Kvadrat» atau Black Square atau Lapangan Hitam karya Malevich terpajang rapih dengan pengawasan ketat di Galeri Tretyakov Krymsky Val. Wajib hukumnya bagi pelawat untuk melihat karya yang pernah menggetarkan jagat seni rupa dunia, itu.
Karya masterpiece Malevich itu selalu digantung di ruangan pameran permanen – setelah pertama dipamerkan pada 1915. Terakhir kali, lukisan ini diterbangkan untuk dipajang pada pameran Suprematism Malevich di Museum Solomon Guggenheim, New York, 2003
Sejak itu, karya Lapangan Hitam tersebut tidak lagi dipapah meninggalkan Galeri Tretyakov. Ini bukan tentang keamanannya, namun itu adalah salah satu karya seni dunia yang paling penting. Sengaja disimpan biar menjadi magnet bagi orang-orang mengunjungi museum.
Sedangkan untuk versi Lapangan Hitam (1929), saya bahkan tidak akan menyebutnya sebagai pengulangan sang seniman. Itu hanya Lapangan Hitam kedua. Sebenarnya, ada dua “Kotak Hitam” lainnya lagi. Disimpan di Museum Hermitage dan Museum Rusia.
Malevich membuatnya untuk kebutuhan pameran. Saat itu, dia ingin mendemonstrasikan bersama karya lain. Tak lain untuk menentukan ukuran yang diperlukan. Sebagaimana Malevich adalah seniman eksperimental. Dia tak pernah puas dengan karya yang dia buat sebelumnya.
Melihat karya Lapangan Hitam memang penuh misteri. Terakhir, saya mampir usai penerapan lockdown dibuka di Moskwa pada musim panas 2020 lalu. Tampak bercak-bercak putih masih terlihat di kanvas serba hitam pekat, itu. Catnya mengelupas akibat cuaca dan penuaan cat di kanvasnya. Atau bisa saja ada pesan misterius?
Foto karya Kazimir Malevich
Sebenarnya, jika dicermati gerakan Malevich bukanlah hal baru kala itu. Sebab bila membuka-buka arsip gerakan-gerakan serupa di abad ke-20 yang anti-realism tradisional, sesungguhnya banyak gerakan lain juga merambat ke kota-kota besar di Eropa. Berawal di Paris, Prancis, lalu menyebar luas.
Sebut saja gerakan De Stijl di Belanda yang dipelopori antara lain oleh Theo van Doesburg (1883-1931), Piet Mondrian (1872-1944), dan Vilmos Huszár (1884–1960), seniman Hungaria yang tinggal di Belanda. Mereka juga menunjukkan hegemoni sebagai kaum intelektual saat itu.
Sementara, di Ceko juga ada gerakan Kubisme Ceko antara 1911 dan 1914. Dipelopori oleh pelukis Emil Filla (1882-1953) dan pelukis Antonín Procházka (1882-1945). Mereka merupakan bagian dari avant-garde dunia yang berpusat di Praha.
Sayang, warga negara Ceko adalah yang pertama kali disembunyikan oleh gerakan modern dan bertopeng oleh estetika Stalinist dan budaya Post-Stalinist di Ceko-Slovakia. Pengaruh politik Uni Soviet begitu kuat memengaruhi sendi-sendi budaya lokal kala itu.
Sedikit menyinggung tentang lukisan Scream karya pelukis Norwegia Edvard Munch (1863-1944) yang sedang heboh beberapa pekan terakhir ini. Munch menulis grafiti misterius pada lukisannya tersebut. Tes pemindaian inframerah telah menunjukkan tulisan itu.
Kalimat kecil dan nyaris tak terlihat termaktub di kanvas. Kata-kata, berbunyi “Hanya bisa dilukis oleh orang gila”, tertulis dengan pensil di pojok kiri atas. (BBC, Edvard Munch wrote ‘madman’ graffiti on Scream painting, scans show, edisi 22 Februari 2021).
Tes menggunakan inframerah itu dilakukan oleh tim kurator Museum Nasional Norwegia. Mereka mengkonfirmasi bahwa itu dibuat oleh Munch sendiri. Lukisan aslinya, pertama kali ditampilkan di kota asal Munch, Oslo (kemudian Kristiania) pada tahun 1893. Itu menjadi ekspresi kecemasan manusia yang radikal dan abadi.
Terlepas dari misteri Munch, Malevich juga memiliki kecenderungan menyimpan pesan, yaitu pada simbol, bentuk, dan garis diagonal yang melekat di karya-karyanya. Sekedar tarik ke belakang tentang Malevich, maka tak bisa dipisahkan ketika suprematisme sebagai arah baru dalam seni rupa.
Black Quadrangle
Suprematisme dimulai pada bulan Desember 1915 pada saat digelar pameran lukisan bertajuk “Lukisan Futuristik Terakhir 0.10” di St Petersburg. Saat itu, mata dunia pertama kali melirik karya Lapangan Hitam.
Malevich menggantungkan mahakarya ini di sudut merah ruangan, dengan analogi dan pengaturan ikon di antara orang-orang Slavia. Pameran tersebut segera memperoleh makna yang signifikan, dan Lapangan Hitam menjadi salah satu lukisan paling misterius dan dibahas.
Selanjutnya, lukisan itu disebut “ikon avant-garde Rusia” dan diberi status sebagai salah satu karya terbaik Malevich. Aneh, lukisan itu awalnya bernama “Black Quadrangle“. Sebab, objek yang digambarkan di atasnya tidak berbentuk persegi panjang, yang menurut ide pengarangnya harus menunjukkan bentuk mobile yang dinamis.
Malevich adalah seniman Rusia yang berpikir keras. Dia menyadari satu gambar apa yang perlu diperjuangkan oleh semua seniman avant-garde. Dia menunjukkan “kreativitas murni” yang hanya menghadirkan warna dan tindakan. Lapangan Hitam benar-benar merupakan pendewaan seni oleh kaum suprematis.
Suprematisme, menurut Prof. Aleksandr Kaments dari Fakultas Seni Rupa, Russian State Social University, adalah kombinasi bentuk geometris dalam warna dan ukuran yang kontras. Itu membentuk keseimbangan, tetapi pada saat yang sama komposisi dinamis dan asimetris. Semua menyatu lewat pesan simbolik.
Pendapat Kaments logis, sebab seni suprematisme Malevich menunjukkan dunia dari luar. Oleh karena itu, dalam lukisan-lukisan Malevich seperti halnya di luar angkasa, tidak ada konsep “atas-bawah”, “kiri-kanan”, dan dunia harmonis yang istimewa muncul.
Banyak yang mencoba menemukan makna dan teka-teki rahasia dalam lukisan Malevich. Saya sempat menduga-duga setiap kali mengunjungi Galeri Tretyakov, seakan ada sesuatu yang tersembunyi di bawah Lapangan Hitam dan tokoh-tokoh di lukisan Malevich lainnya.
Tetapi studi tentang kanvas menunjukkan bahwa tidak ada gambar lain di kanvas di bawah lapisan cat. Sehingga Lapangan Hitam seakan final, tidak seperti rahasia Scream yang berhasil ditemukan kurator Museum Nasional Norwegia.
Kini, kita mengenang kembali 142 tahun Malevich. Teoritis yang sangat melegenda. Bahkan hingga hari ini, dua negara Rusia dan Ukraina saling baku cemburu buta. Keduanya mengklaim Malevich adalah “matahari utara” mereka. Itu sah-sah saja karena dia lahir di teritorial Kekaisaran Rusia.
Namanya juga seniman toh, dia akan dikenang abadi sebagai sosok yang tak hanya milik suatu negara. Melainkan, kepunyaan semua bangsa. Perayaan hari jadi sang pelopor supremasi itu digelar sederhana di tengah terpaan pandemi yang masih bergentayangan di luar jendela.
*Penulis adalah penyair, esais, dan kulturolog.
Keren, menguak sejarah secara jernih. !!