Vairocana dan Mandala

Telah Terbit..

Vairocana dan Mandala
Telaah 23 Arca Perunggu Nganjuk Koleksi Museum Nasional Berdasar Konsep Vajradhatu Mandala Shingon Buddhism

Penerbit: BWCF Society (Borobudur Writers and Cultural Society)
Penulis: Seno Joko Suyono
Tata Letak Isi: Ahmad Bahaudin & Yessy Apriati
Desain Sampul: Putu Genta Shimaoka
Cetakan ke-1, Juni 2024 16 x 23 cm., ix +460 hlm

Harga Rp 200.000.

—-

Pemesanan/Info :
WA – 0822 287 05 167 (Rahma)
admin@borobudurwriters.id atau bwcf.66@gmail.com

Pembayaran :
Bank Mandiri
No Rek : 1230007589619
BOROBUDUR WRITERS AND CULTURAL SOCIETY

—-
Pada tahun 1913, dua petani Naanjuk (Jawa Timur) menemukan onggokan puluhan arca-arca kecil perunggu di persawahan tak jauh dari reruntuhan Candi Lor. Kurang lebih ada 90 buah arca perunggu bisa diambil dari penggalian tanah di persawahan Candi Lor. Candi Lor sendiri adalah candi peninggalan Mpu Sindok yang sekarang arealnya terletak di Desa Candi Rejo, Kecamatan Loceret Nganjuk.

Ukuran arca-arca perunggu itu semuanya sama yaitu 8,6 – 16,7 cm. Hanya satu yang berbeda yaitu sebuah arca berukuran setinagi 30 cm -lebih. Arca paling besar yang berwajah empat tersebut dari ikonografinya didentifikasi sebagai arca perunggu Vairocana.

Tatkala para arkeolog Belanda di tahun 1913 datang untuk memeriksa penemuan arca di kawasan Candi Lor tersebut, segera mereka menyadari bahwa 90 an arca temuan itu sebagian telah dijual oleh para petani kepada para kolektor.

Segera penemuan patung-patung perunggu di tahun 1913 tersebut menarik minat para kalang an arkeolog Belanda. Penemuan itu dianggap termasuk penemuan yang spektakuler karena jumlahnya puluhan dan mutu artistik arca-arca perunggu itu sangat tinggi. Secara ikonografi arca-arca ini dianggap memiliki gaya khas yang sudah melepaskan diri dari pengaruh India. Boleh disebut arca-arca perunggu itu gayanya orisini Jawa. Oleh arkeolog Belanda puluhan arca Nganjuk itu disebut dengan istilah: de Bronsvondst van Nganjuk.

Jan Fontein mengatakan sampai akhir tahun 191 4 akan tetapi Koninklik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen hanva berhasil mengumpulkan sebanyak 61 arca.

61 arca perunggu Nganjuk yang dimiliki oleh Koninkliik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen akan tetapi dari tahun ke tahun juga berkurang. Jatuh ke pihak lain atau musnah karena peristiwa tertentu. Pada tahun 1931 seperti ditelusuri Jan Fontein beberapa arca Nganjuk koleksi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dibawa pemerintah kolonial Belanda untuk dipamerkan di Exposition Coloniale International (Pameran Kolonial Internasional Taman Bois de Vincennes, Paris, Vincennes. Anjungan tersebut terbakar menyebabkan 9 arca
kecil perunggu Nganjuk yang turut dipamerkan turut hancur.

Buku ini berusaha membahas arca perunggu Nganjuk vang tersisa di Museum Nasional dan membahasnya sebagai sebuah mandala. Buku ini adalah sebuah pengantar sederhana untuk mendalami dimensi-dimensi estetik dan teologis arca perunggu Nganjuk selanjutnya yang masih terbuka.