Pasukan Rezim Cahaya Merengkuh Gelap Lewat Autolysis

Oleh: Sekar Tri Kusuma*   Kiriman pesan singkat lewat Whatsapp mengundang saya untuk hadir dalam pertunjukan seorang kawan, Enji Sekar. Karyanya yang bertajuk Autolysis, menjadi medan pertemuan saya dengan Enji yang lama tidak saling jumpa. Karyanya menjadi salah satu pertunjukan dalam Festival Belum-Sudah/Not-Yet, sebuah festival seni pertunjukan kontemporer yang digelar oleh Garasi Performance Institute (GPI) […]

Catatan dari Menonton Pertunjukan Peserta FTJS 2025 (Bagian 2)

Oleh: Dendi Madiya* (Juri FTJS 2025)    Perempuan-Perempuan yang Berpengaruh Besar Teater Nonton – Sayang Ada Orang Lain karya Utuy Tatang Sontani Sutradara: Melati 10 September 2025   Teater Nonton kali ini memanggungkan naskah Utuy Tatang Sontani yang berjudul Sayang Ada Orang Lain dengan melakukan penyesuaian ke masa kini. Bahasa dan tubuh yang dipertontonkan oleh […]

Catatan dari Menonton Pertunjukan Peserta FTJS 2025 (Bagian 1)

*Oleh: Dendi Madiya (Juri FTJS 2025) Festival Teater Jakarta Selatan (FTJS) berlangsung lagi tahun ini. Semua pementasan peserta dilaksanakan di Gedung Pertunjukan Bulungan, Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, pada pukul 20.00 WIB, minggu pertama hingga pertengahan September 2025. Sebagaimana beberapa agenda kesenian lainnya, penyelenggaraan kegiatan ini sempat diundur karena force majeur: terjadinya demonstrasi di Jakarta. Catatan […]

Perempuan dan Estetika Perjuangan: Membaca Feminisme dalam Kritik Seni dan Teater Tubuh

Oleh Galang Mario* Tubuh perempuan, sepanjang sejarah, tidak pernah benar-benar menjadi miliknya. Tubuhnya kerap dijadikan kanvas untuk citra, objek dalam sistem nilai, simbol dalam narasi budaya, dan pusat tarik ulur kuasa yang tak berkesudahan. Dalam dunia seni, tubuh perempuan bahkan sering kali tampil tanpa suara: diposisikan sebagai indah, namun diam; menggoda, namun tak berdaya. Tapi […]

Seni Pertunjukan Kemanusiaan Kontemporer 

Oleh Purnawan Andra* Jumat 26 September 2025 lalu, suasana Bundaran UGM mendadak ramai oleh suara yang tak biasa. Bukan deru kendaraan, bukan pula orasi lantang, melainkan suara panci, wajan, dan kaleng yang dipukul berulang-ulang oleh sekelompok ibu-ibu.  Sekilas, pemandangan itu mungkin terlihat sederhana, bahkan lucu bagi sebagian orang: ibu-ibu membawa alat dapur ke jalan raya. […]

Wajah Budaya Indonesia di Swiss: Tarian dari Aceh sampai Papua

Oleh Sigit Susanto* Winterthur, Sabtu, 20 September 2025, siang hari langit biru, matahari menyorot tajam. Barangkali ini akhir musim panas tahun ini di Swiss. Bagaimana dengan gedung beralamat di Heinrich-Bosshard-Strasse 2, sudah berbenah untuk menggelar pentas budaya Indonesia dengan tajuk Colourful Indonesia? Sepanjang jalan masuk ke acara ini terlihat dua anak muda menancapkan bendera umbul-umbul […]

Ovos, Renungan Penderitaan dan Harapan Kebangkitan

Oleh Silvester Petara Hurit* O vos omnes, qui transitis per viam, attendite et videte si est dolor similis sicut dolor meus? (Hai kalian semua yang berjalan lewat, pandanglah dan lihatlah,  adakah penderitaan seperti penderitaanku?) Ratapan kedukaan Maria mengalun pedih. Tangan Darmawan Dadijono terikat dengan kain tenun merah di pojok kiri panggung. Mematung tak berdaya. Ingatan […]

Festival Pasca Penciptaan dan Tubuh sebagai Pengetahuan dalam Dunia Seni

Oleh: Mukhlis Anton Nugroho* Dalam dunia seni kontemporer, Festival Pasca Penciptaan yang diadakan di ISI Surakarta menawarkan ruang unik untuk memahami pertemuan antara tubuh, seni, dan pengetahuan. Dalam naskah Dari Tubuh ke Pengetahuan, yang merupakan pidato pembacaan performatif dari Eko Supriyanto dan Wahyu Novianto, kita diajak untuk merenung lebih dalam tentang arti tubuh dalam produksi […]

Membaca Gerakan Budaya di Jawa Timur

Oleh Aris Setiawan Pada akhir Agustus 2025, penulis mendapat kesempatan berdiskusi dengan beberapa inisiator gerakan kebudayaan di Jawa Timur. Figur-figur tersebut antara lain adalah Joko Winarko atau yang dikenal sebagai Joko Porong, kemudian Joko Susilo, dan Suwandi. Mereka merupakan komposer yang telah memiliki reputasi mumpuni di wilayah tersebut. Selain itu, hadir pula Abing Santosa, seorang […]

Mengapa Teater Koma Belum Titik

Oleh Bambang Bujono* Sebuah catatan dari menonton pementasan Teater Koma Mencari Semar, naskah dan sutradara Rangga Riantiarno, di Ciputra Theatre, Jakarta, 13-17 Agustus 2025. Teater Koma belum titik. Grup yang didirikan pada 1977, ketika penggagas Taman Ismail Marzuki habis masa jabatannya sebagai Gubernur Jakarta, seolah hendak membuktikan bahwa tanpa seorang “maecenas” sekaliber Bang Ali, Teater […]