Pesan Perdamaian Samiha Ayoub pada Peringatan Hari Teater Sedunia, 27 Maret 2023
“….I have the feeling that the whole world has become like isolated islands, or like ships fleeing in a fog-filled horizon, each of them spreading its sails and sailing without guidance, not seeing anything on the horizon that guides it, and despite that, it continues to sail, hoping to reach a safe harbour that contains it after its long wanderings in the midst of a roaring sea….”
Sekilas kutipan paragraf di atas membawa kita untuk kembali merenungkan tentang kondisi dunia yang saat ini kita pijaki. Perang antar negara, perseteruan, konflik, dan penindasan, telah melampaui batas logika sehingga menciptakan sebuah perbedaan mendasar yang menjauhkan kita dari esensi sejati kemanusiaan. Paragraf di atas merupakan kutipan pesan dari Samiha Ayoub, seorang aktris, seniman, dan budayawan Mesir, yang pada tahun ini diberi mandat sebagai pembawa pesan pada Hari Teater Sedunia oleh International Theatre Institute (ITI).
Hari Teater Sedunia jatuh pada tanggal 27 Maret 2023, dan telah dirayakan setiap tahunnya sejak 1962. Diprakarsai pertama kali oleh International Theatre Institute (ITI), Brett Bailey dalam World Thatre Day Message 2014 menjelaskan bahwa, peringatan Hari Teater Sedunia merupakan perayaan bagi mereka yang dapat melihat nilai dan pentingnya bentuk seni ‘teater’, dan bertindak sebagai peringatan bagi pemerintah, politisi, dan institusi yang belum menyadari nilainya bagi masyarakat dan individu, serta belum menyadari potensinya bagi pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun ini, Hari Teater Sedunia masih mengusung tema “Theatre and a Culture of Peace”, atau dalam bahasa Indonesia berarti “Teater dan Budaya Perdamaian”. Tema tersebut diprakarsai oleh ITI sejak pertama kali dicetuskan, dan masih dijadikan sebagai tema utama peringatan Hari Teater Sedunia untuk setiap tahunnya hingga saat ini.
Dengan mengusung tema perdamaian, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada tahun ini ITI menunjuk Samiha Ayoub sebagai penulis pesan untuk Hari Teater Sedunia. Pada pesan asli yang ditulis dalam bahasa Arab tersebut, Samiha Ayoub menyoroti bagaimana berbagai perang dan konflik antar negara, muncul sebagai sebuah paradoks di tengah-tengah proses penciptaan ‘borderless’ antar negara, melalui berita dan berbagai media komunikasi modern. Menurutnya, dunia kita tidak pernah lebih erat terhubung satu sama lain seperti saat ini, namun pada saat yang sama, juga tidak pernah lebih tidak harmonis dan menjauh dari satu sama lain, seperti saat ini.
Sebuah analogi disampaikannya pada pesan tersebut. Dengan mengutip perkataan dari Konstantin Stanislavsky ia menjelaskan bahwa jangan pernah datang pada teater dengan lumpur di kakimu, tinggalkan semua debu dan kotoran di depan pintu. Artinya, sesaat setelah menaiki panggung, maka kita menaiki panggung dengan hanya satu kehidupan di dalam diri kita. Tetapi kemudian, kehidupan tersebut memiliki kemampuan untuk membagi dan bereproduksi menjadi banyak kehidupan yang kita sebarkan di dunia ini.
Melalui analogi tersebut, Samiha Ayoub menyerukan kepada kita semua untuk mencari kembali esensi kemanusiaan yang hilang, seperti saat ber-teater, sebagai sebuah tindakan murni manusia yang berdasarkan pada hakikat kemanusiaan yang sejati, yaitu kehidupan. Ia mengajak kita semua untuk berdiri bersama, bergandengan tangan, lalu kemudian berseru dengan suara yang paling tinggi, seperti apa yang dilakukan pada panggung-panggung teater. Meninggalkan semua ‘lumpur perang’ dan konflik berdarah, lalu membiarkan kata-kata keluar untuk membangkitkan hati nurani seluruh dunia, dan mencari di dalam diri masing-masing esensi kemanusiaan yang telah hilang.
Singkatnya, berdasarkan pada pemaknaan yang mendalam mengenai teater, ia mengajak kita semua untuk mencari kembali arti kehidupan dan perdamaian, di tengah-tengah ketidakpastian dunia saat ini. Perdamaian berarti berdamai dengan diri sendiri, sehingga kemudian bisa berdamai dengan keadaan dan menjalani hidup selayak mungkin, seindah mungkin.
“…Adalah misi kami, para penulis drama, pembawa obor pencerahan, sejak kemunculan pertama aktor pertama di panggung pertama, untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi segala sesuatu yang buruk, berdarah, dan tidak manusiawi. Kami menghadapinya dengan segala sesuatu yang indah, murni, dan manusiawi. Kita, dan tidak ada orang lain, yang memiliki kemampuan untuk menyebarkan kehidupan. Mari kita menyebar bersama demi satu dunia dan satu umat manusia…”, pungkasnya.
Mengenal Lebih Dekat Samiha Ayoub
Samiha Ayoub merupakan seorang aktris Mesir, yang lahir di wilayah Shubra, Kairo, pada tahun 1932. Ia menempuh pendidikan tingginya pada Higher Institute of Dramatics Arts, dan menyelesaikannya pada tahun 1953. Di tempat itulah ia bertemu dan belajar dari seorang penulis naskah terkenal, Zaki Tulaimat. Sepanjang karirnya, Samiha Ayoub telah memainkan perannya dalam sekitar 170 drama, termasuk Raba’a Al-Adawiya, Sekkat Al-Salamah, Blood on the Curtains of the Kaaba, Agha Memnon, dan The Caucasian Chalk Circle.
Selain berkarya dalam bidang teater, Samiha Ayoub juga melebarkan sayapnya di dunia perfilman dan televisi. Beberapa film yang berhasil ia bintangi diantaranya yaitu The Land of Hypocrisy, The Dawn of Islam, With Happiness, dan Among the Ruins. Sementara itu dalam dunia pertelevisian, Samiha Ayoub juga menghasilkan banyak karya-karya penting, beberapa diantaranya yaitu, Stray Light, Time for Roses, Amira in Abdeen, dan Al-Masrawiya. Atas kontribusinya dalam dunia drama di Mesir, Samiha Ayoub menerima banyak penghargaan dari pemerintahan, termasuk diantaranya adalah Gamal Abdel Nasser dan Anwar Sadat, serta Presiden Syiria Hafez al-Assad dan French Giscard d’Estaing.
Sekilas Mengenai Sejarah World Theatre Day
Teater, sebagai salah satu jenis seni pertunjukkan tertua di dunia sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Teater Dinoisos, Akropolis, Athena, Yunani, menjadi saksi lahirnya seni pertunjukan ini. Dipentaskan secara langsung, dengan aksi panggung yang telah direncanakan dengan tepat, seni pertunjukkan teater diciptakan dengan makna drama yang koheren dan signifikan. Karena kekhasannya tersebut, maka pada awal abad ke-5 masehi, teater menjadi salah satu bentuk hiburan yang paling populer di Yunani.
World Teater Day atau Hari Teater Sedunia dirayakan setiap tanggal 27 Maret, dan pertama kali dicetuskan pada tahun 1961 oleh the International Teater Institute (ITI). Penentuan tanggal tersebut sebenarnya tidak ada kaitannya dengan perkembangan teater di Yunani sama sekali. Tercetusnya Hari Teater Sedunia diawali ketika ITI mengundang salah seorang tokoh teater terkenal dunia, Jean Cocteau, untuk menulis pesan refleksi mengenai tema ‘Teater dan Budaya Perdamaian”, pada tahun 1962.
Pesan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam (lebih dari) 50 bahasa dan dibacakan di hadapan puluhan ribu penonton sebelum dimulainya pertunjukkan-pertunjukan teater di seluruh dunia. Sejak saat itu, setiap tahun pada tanggal 27 Maret, yang juga bertepatan dengan tanggal pembukaan musim “Theatre of Nations” tahun 1962 di Paris, World Theatre Day dirayakan di seluruh dunia.
Lesi L.