Merayakan Kartun Libra Alias Rahmat Riyadi
Timun, Tomat, Toge, Tipi, dan Dr. Otomot adalah beberapa komik strip hasil goresan tangan seorang kartunis tersohor Rahmat Riyadi, atau yang juga dikenal sebagai Libra. Tahun ini, menjadi tahun ke-50 perjalanan Libra dan kiprahnya melalui goresan jenaka dalam melawan korupsi, kemunafikan, ketidakadilan, serta kesenjangan sosial. Sebagai bentuk rasa syukur atas 50 tahun perjalanan Libra, Yayasan Riset Visual mataWaktu bekerja sama dengan DAO Bergerak dan Aikon.org untuk menyelenggarakan sebuah pameran kartun politik bertajuk “LIBRA LIBRE”.
Pameran ini akan diselenggarakan selama kurang lebih satu bulan, yakni dari tanggal 16 Maret 2023, hingga 16 April 2023, dan berlokasi di Tabir mataWaktu, ITC Fatmawati, lt. Dasar luar blok F. No. 16, Jakarta Selatan. 23 karya goresan tangan asli dari Rahmat Riyadi akan ditampilkan pada pameran kali ini. Selain itu, bekerjasama dengan DAO Bergerak dan Aikon.org, 100 karya NFT akan diluncurkan melalui platform digital OpenSea, serta 100 token Bergerak akan menemani setiap karya NFT yang terjual.
Pembukaan pameran akan dimulai pada pkl. 20.00 WIB, Kamis, 16 Maret 2023, berlokasi di Tabir mataWaktu. Pembukaan tersebut juga akan dimeriahkan oleh live music yang akan dibawakan oleh Rangkai dan Isa Raja. Ke depannya, pameran akan dibuka setiap pkl. 11.00 – 20.00 WIB, dan akan tutup pada hari Senin serta hari libur nasional.
Perjalanan Karir Sang Kartunis Legendaris
Rahmat Riyadi merupakan seorang kartunis tanah air yang lahir di Pekalongan pada 20 Oktober 1947. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Pekalongan, sebelum akhirnya merantau jauh ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan tingginya pada jurusan Teknik Sipili, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Di tempat barunya itulah Rahmat kemudian mengenal dunia seni dan jurnalistik, meskipun dua tahun kemudian Rahmat memutuskan untuk keluar dari universitas dan mengadu nasib di Jakarta.
Karir Rahmat sebagai seorang kartunis secara resmi dimulai pada sekitar tahun 1973, yakni setelah ia diterima pada harian Indonesia Raya. Sejak saat itu, setiap hari Rahmat membuat kartun strip bertemakan kritik terhadap isu-isu sosial, hingga akhirnya harian Indonesia Raya dilarang untuk terbit. Pada tahun 1976, Rahmat menjadi kartunis untuk majalah Kawanku, dan pada saat yang sama ia juga menjadi jurnalis harian Berita Yudha. Memasuki tahun 1981, Rahmat memulai jejak karirnya yang baru, dengan menjadi penulis skenario untuk film pendek pada Gramedia Film.
Di Gramedia, Rahmat bertemu dengan Dwi Koen, kartunis dari Panji Koming untuk Kompas, yang kelak menjadi ‘pembuka’ jalan bagi Rahmat untuk kembali bersketsa ria. Pada tanggal 27 Januari 1985, Rahmat mulai menciptakan kartun Timun, setelah mendapat undangan dari Dwi Koen. Sejak saat itu dan hingga saat ini, Rahmat menjadi kartunis untuk komik-strip Timun di Kompas, dengan nama pena Libra.
*Lesi L.