Puisi-Puisi Tulus Wijanarko
YANG HENDAK KUKATAKAN
yang tidak tertuliskan
adalah yang hendak kusampaikan
karena sesungguhnya
pesan semata-mata
yang tak terlisankan
yang diam serupa dendam
dialah gerak sekasat pandangan
hingga sang waktu terjebak tanya
bilakah cepat dan lambat
jika menunggu tak lagi selibat
dia yang mengembara
di gelombang suara
teriakannya terkesiap
menjaga senyap,
inilah yang hendak kukatakan!
Corona 170320
SESEORANG BERUSAHA MENGEJANYA
Seikat bunga dan kulihat diriku
tumbuh di seberang
memandangmu seperti spasi yang
pelahan berbisik di sela huruf
tak sanggup bercerita hijau daun ini
bagaimana mengejanya?
Seberkas cahaya tenang terselip
di celah waktu, lama menyimpan gradasinya
di ingatanku, yang kini seperti prisma
mengirimkan seribu rinai ke dasar
pengertian-pengertian,
serumpun kebaikan itu mengerling
dan dikabarkan, serupa nama-nama yang dipilih
di akhir kisah. Apakah engkau terbuat dari
sinar matahari, tanyaku mencoba menyiagakan
harapan-harapan.
seikat bunga dalam rumpun kebaikan,
dan seseorang berusaha menyelam ke dasar
cahayanya.
r 2020
BELAJAR LAGI
aku mulai dari ruas jalan mana saja
sebab tak penting apa yang terlalui,
dan di mana rute berakhir sendiri
aku hanya mulai awas
agar yang tersilap oleh masa
terasa di setiap baca,
lalu pelahan mengurai tambang yang
kujeratkan sendiri ke ingatan
simpulnya terikat pada kehilangan
yang jauh
di sana kusimpan seluruh perjalanan
tertempuh,
aku mulai lagi menarik garis pada setiap abjad
meski selalu ragu, apakah ini segera menjadi bunyi
atau hanya sunyi.
2019
PERCA INGATAN
bagai ribuan jarum menisik
percaperca ingatan
gerimis menyingkap
kabut tergesa tiba,
jika setiap tetesnya
tersimpan sepatah kata darimu
aku hanya ingin rintik menderai
melayang sepi dalam terik,
benarkah masa lalu milik
mata air, sebelum kilau matahari
jelma mega berarakan
dalam semalam?
ia kah tentang kelak yang ditunda
agar kaum tani sumarah mengolah ladang
serupa aku di jalan simpang
arungi rinai setajam titik?
rindu adalah kekecewaan
yang menyamar, katamu
ia sembunyi di bilik-bilik masa silam
sesekali datang membonceng gerimis
dan engkau mengira di setiap rintiknya
tersimpan sepatah kataku,
rindu adalah jalan terjal
menghindari ingatan
bebatuannya dijejak sesal
bagai perca dalam serakan.
2020
MANAGAK TUNGGAK TUO DI JANTUNGMU
kulayangkan pepatah-petitih pada jantungmu yang berdenyut seperti gericik batang agam diusap petang, jauh ke waktu lampau ketika sebermula menghikayatkan Aie Tabik para leluhur. Kala tiga sungai mustahil surut ke hulu dan managak tunggak tuo menjaga nagari-nagari tegak basamo.
Tambo dibacakan hingga ke seberang adat, tentang kota batiah penghulu sejarah, dan hidup seindah alunan saluang begitu tanak, dalam kemuliaan penjuru aianyo janiah ikannyo jinak.
Tetapi sang waktu melintasi jembatan itu, dan lembah-lembahmu menerima deru angin delapan tabu, bukit-bukit berbaris bersama zaman yang lelah dan giris, lalu randai menjadi andai dan sipak tekong merantau bersama hempas dari lorong-lorong.
aku tertatih menjangkaumu
dari hunian tak lagi ber-soko guru
blandar sundhuk, tiang babad
dan bebrayan pedalaman lama.
sambutlah gemetar tanganku,
kutuliskan mijil dan maskumambang
sebelum malam sebenar rajam
menjaga pupuh bersandingan gambang
menawar jangka Jayabaya dalam diam
Demikianlah kusenandungkan uluk salam padamu, managak tunggak tuo di jantungmu, kampung halaman bagi adab dan perjalanan nan jauh, tambo dan tembang tentang prasetya tuhu. Demi waktu yang membayang anak cucu.
2020
SUARA SUNYI
kurindukan suara sunyi
seperti ketika aksara
berserah pada bunyi
tiktak jam pun tersipu
karena penantian panjang
tak lagi butuh waktu
masih tersedia lekas
pada tunggu
segenap yang bergegas
selalu cemas pada ragu
dalam sunyi
aku berlari dikejar diri
demi lari
hal-ikhwal tercuri
oleh setiap
sebelum cari
menjadi nanti
pada suara
segala menjadi
sunyi
di perhentian
tak henti-henti.
11/2020
PENYAMARAN
Kota-kota
menyamar jadi
angka
lalu
memintaku menjelma
jangka
agar tak ada
detik terlewat
dan segenap peristiwa
tak alpa dicatat.
tetapi ada
yang merahasia
kota sesunguhnya adalah
sekam api
dan perjalanan
menjadi kepasrahan jerami
2013-2020
P E L A Y A R A N
aku menjauh
Engkau tak henti
mendekat
kala aku merapat
begitu saja kita mufakat
pelayaran ini tak bersauh
bukan jarak tak tertempuh
sebab dekat atau jauh
rahasia milik kedalaman laut
2013-2020
DALAN ANYARMU, MAS
Mas, bagaimana dalan anyar yang tengah kau reridui kini, kurasa tak lagi bersimpangan dan penuh renggas seperti saat kau tempuhi perjalanan seribu kota, bukan? Tak ada lagi yang fana bagimu kini, sebab dahaga telah lunas oleh denyar air langit di segala sisimu yang bersahaja.
Ketahuilah mas, jutaan ranting patah hari ini, tentu kau dengar tetesan eluh-nya seperti sapuan lirik lagu yang terus dinyanyikan dari stasiun ke stasiun, dan dari hati ngungun ke harapan yang terus dibangun. Luka ini akan butuh waktu lama untuk kering, tetapi serupa suket yang selalu berjanji pada permulaan musim penghujan, tak ada lagi teki di hari-hari yang terus beriring.
Pulang, akhirnya adalah tujuan semua laku dan lagu, sedang kita selalu memiliki pilihan kisahnya, bukan? Hidup ini seperti terminal ing wayah wengi, katamu pada waktu. Lalu kau berbisik, setelah semua riwayat yang kutuliskan ini, aku menunggu janji-Nya, yang akan menganthi tanganku, karena lunga mesti bali.
Mas, selamat berpulang, biarlah kudengar saja suara angin yang ngreridu ati ini.
2020
DI RUANG TUNGGU
yang terasa dingin
mungkin beban yang kita
titipkan saja pada lantai
sebab lalu lalang kehidupan
begitu abai
yang lalu di sela peron
berharap cemas dalam hidup
begitu gegas,
entah di kereta mana
nasib segera dipasrahkan.
termangu di bordes
memandangi karcis
tak tertera stasiun antara.
2015-19
*Tulus Wijanarko. Lahir 29 Juni 1966 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sudah menerbitkan dua antologi puisi tunggal, Malam, dengan Sebuah Tanda (2007) dan Surat Tantangan, Fragmen-fragmen yang Tak Pernah Engku Kira (2014). Berpartisipasi dalam berbagai acara pembacaan sajak, seperti Malam Reboan dan Sastra Bulan Purnama di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta. Mengelola akun Tulus Wijanarko di YouTube yang memuat konten sastra dan catatan perjalanan. Saat ini tengah menyiapkan dua antologi puisi tunggal.