Menyongsong 1200 Tahun Borobudur
Prasasti Kayumwungan atau juga dikenal dengan nama Prasasti Karangtengah adalah prasasti penting yang pada tahun 1950 diterjemahkan dan ditafsirkan oleh arkeolog de Casparis sebagai prasasti yang memiliki relasi dengan peresmian pendirian Borobudur. Prasasti Kayumwungan ditulis dengan aksara Jawa kuno dan mengunakan dua bahasa. Baris 1-24 menggunakan Bahasa Sansekerta dan sisinya bahasa Jawa kuno. Pada bagian yang berbahasa Sansekerta disebut Pramodhawardhani, putri dari Samaratungga meresmikan bangunan suci Jinalaya. Jinalaya ini yang diperkirakan Casparis sebagai Borobudur. Prasasti Kayumwungan berangka tahun 746 Saka atau 824 Masehi.
Beberapa epigraf saat itu seperti Louis Charles Damais sempat menolak kesimpulan Casparis. Diskusi mengenai prasasti Kayumwungan namun kemudian tidak muncul lagi sampai kini. Tahun 2021 lalu akan tetapi terbit buku: Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata yang ditulis ahli Buddha dan ahli bahasa Sansekerta Dr Hudaya Kandahjaya yang tinggal di San Fransisco, Amerika. Dalam buku itu Hudaya menerjemahkan dan menafsirkan secara baru isi Prasasti Kayumwungan.
Hasil terjemahannya dan tafsirannya mengukuhkan pendapat de Casparis bahwa prasasti Kayumwungan memang berkaitan dengan Borobudur. Dalam bait-bait prasasti Kayumwungan menurut Hudaya terhimpun informasi adanya pendirian sebuah candi yang mengumpulkan segenap kebajikan Buddha atau himpunan dharma. Sebuah biara yang menghimpun ajaran kebenaran tertinggi yang tak sembarang diajarkan para Buddha duniawi ke orang kebanyakan. Biara itu tak lain adalah Borobudur.
Ada banyak kalimat kunci pada prasasti Kayumwungan yang menurut Hudaya dapat diidentifikasikan kepada Borobudur. Bait ke 8 bahasa Sansekerta Prasasti Kayumwungan misalnya yang dalam terjemahan Hudaya berbunyi demikian: Ia, Samaratunga Yang Mulia, adalah Gusti Bumi ini,….bagian bawah menjadi lebih besar (sepuluh) lipat .Putrinya yang sangat tercinta membuat di kerumunan ini sebuah kediaman Jina (jinalaya) sebagai sebuah jari-jari sebuah altar yang dibentuk menyerupai sebuah roda…. menurut Hudaya amat sangat berhubungan dengan Borobudur. Bagian ini menurutnya memberitahu bahwa bagian puncak Borobudur dibuat menjadi sebuah altar berbentuk roda berkat rancangan Pramodhawardhani. Altar ini dibayangkan sebagai tempat kediaman para Jina (Jinalaya) .Tata letak stupa-stupa terawang di atas tiga teras melingkar Borobudur menurut Hudaya dapat dibayangkan sebagai ruji-ruji pada sebuah roda. Di puncak Borobudur ini juga terdapat Stupa induk yang secara spiritual menurut Hudaya menjadi pangkal dan ujung Borobudur.
Pada bait 8 itu juga menurut Hudaya terdapat informasi bahwa Raja Samaratungga membuat bagian bawah monumen menjadi lebih besar sepuluh kali lipat. Kita tahu kaki asli Borobudur kini tersembunyi. Tertutup oleh lapisan kokoh batuan yang membentuk sebuah lantai tambahan bagi Borobudur. Lantai tambahan ini menurut Hudaya sesungguhnya telah diinformasikan dalam Prasasti Kayumwungan.
Tahun ini, tahun 2024 dihitung dari angka tahun dikeluarkannya Prasasti Kayumwungan maka dari itu adalah tepat 1200 tahun peresmian Borobudur oleh Pramoddhawardani. Sungguh tahun ini adalah tahun bersejarah bagi Borobudur. Hari jadi Borobudur ke 1200 tahun ini,tepatnya menurut Hudaja jatuh pada tanggsl 26 Mei 2024. Datang ke Borobudur Mei nanti diharapkan akan memberi kesadaran bahwa Borobudur adalah sumber dari sumber meditasi. Dan juga Borobudur merupakan sumber dari sumber pengetahuan tentang hal-hal yang esoteris dan universal lintas agama.
BWCF 2024