Pos

Kampung Haji: Menjawab Akar Masalah

Oleh HM. Nasruddin Anshoriy Ch* Pengantar Konsep pembangunan Kampung Haji Indonesia, sebuah kompleks terpadu di Makkah, telah disetujui oleh Putra Mahkota Arab Saudi sebagai respons terhadap kebutuhan peningkatan kualitas layanan haji bagi jemaah Indonesia. Tulisan ini menyajikan analisis mendalam dari tiga perspektif utama: manajemen operasional, relevansi strategis, dan momentum politik, yang diperkuat oleh landasan spiritualitas. […]

Membongkar Kebohongan Eurosentrisme dalam Sejarah Renaissance dan Aufklärung Barat

 Oleh Gus Nas Jogja Membongkar narasi eurosentrisme berarti mengakui bahwa kebangkitan Eropa tidak terjadi dalam kevakuman, melainkan dibangun di atas fondasi yang kaya dari peradaban lain, terutama peradaban Islam. Gagasan ini menantang pandangan konvensional yang sering mengabaikan atau meremehkan peran dunia non-Eropa. Narasi Konvensional dan Kritik George Saliba Narasi eurosentrisme, yang mendominasi historiografi Barat selama […]

Dusta Eropa

Oleh Gus Nas Jogja Langit Cordoba sore itu adalah kanvas surealis, di mana jingga dan ungu bercampur dengan noda-noda hijau zamrud, seolah melukiskan fragmen ingatan yang patah. Aku, Sang Pencari Kebenaran, melangkah di antara pilar-pilar Istana Al Hambra di Altar Spanyol yang megah, setiap ubin mozaiknya berbisik kisah-kisah kuno. Angin membawa aroma melati yang pahit, […]

Berkesenian yang tidak berkebudayaan

 Oleh Pietra Widiadi* Mencermati polah laku masyarakat itu rasanya seru sekali. Dari sana kita bisa melihat bagaimana mereka tumbuh, bergerak, dan perlahan mengalami pergeseran hingga perubahan budaya. Nah, sebelum kita menyelam lebih jauh pada dinamika perubahan itu, ada baiknya kita menengok dulu apa yang dimaksud dengan “berkebudayaan” dalam aturan resmi negara. Undang-Undang Nomor 5 Tahun […]

Mencari Indonesia 5: Ketimpangan, Ketidakadilan dan Masyarakat Pinggiran

Suatu Proses Pencarian Tanpa Akhir  Oleh Francisia SSE Seda Buku karya Riwanto Tirtosudarmo seorang Guru Besar Riset Emeritus dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang ditulis selama kurang lebih empat dekade atau empat puluh tahun ini dan berdasarkan beragam hasil penelitian ini mencerminkan keresahan dan kegalauan dari seorang concerned scholar (ilmuwan yang peduli) mengenai masyarakat […]

Demo: Membaca Teks, Membedah Konteks

Oleh: Gus Nas Jogja* Di bawah terik matahari Jakarta yang pekat oleh polusi dan emosi tanpa kendali, di persimpangan jalanan yang padat, sebuah teater absurd digelar pada tanggal 28 Agustus 2025 lalu. Panggungnya adalah aspal yang panas, aktornya adalah ribuan wajah yang sama-sama lelah, dan naskahnya adalah ketidakpuasan yang sudah lama membeku. Ini adalah sebuah […]

Revolusi Bunga: Semiotika Warna dan Narasi Jalanan

Oleh: Gus Nas Jogja* Sesudah demo bercampur anarki melahirkan begitu banyak korban masyarakat sipil, sejumlah trend perlawanan muncul dengan pola baru, yaitu melalui simbol warna pink dan hijau di berbagai mural dan grafiti. Konsep “Revolusi Bunga dengan Warna Pink dan Hijau” bukan sekadar deskripsi visual, melainkan sebuah manifesto yang terukir di kanvas jalanan. Ia adalah […]

Festival Muria Raya dan Ironi Desa yang Gelisah

Oleh: Mukhlis Anton Nugroho* Desa yang Dirayakan Di kaki Gunung Muria, Desa Tempur menjadi tuan rumah Festival Muria Raya (FMR) ke-5, sebuah perhelatan budaya yang menyala pada pertengahan Agustus lalu. Dalam kesahajaan suasana desa, festival ini menghadirkan pengalaman yang jarang ditemui di kota: relasi tanpa sekat antara tuan rumah dan tamu, antara seniman dan penonton. […]

Panggung Drama Sosial Politik Indonesia 

 Oleh Purnawan Andra* Belakangan ini, kita menyaksikan dinamika sosial-politik Indonesia yang penuh gejolak. Mulai dari demo buruh, protes mahasiswa, maraknya aksi solidaritas setelah kematian seorang pengemudi ojek online, hingga perdebatan di ruang digital yang tak pernah berhenti.  Peristiwa-peristiwa ini sering kita tanggapi dengan cara sederhana, seperti tentang siapa salah, siapa benar, siapa yang patut disalahkan, […]

Rumah Makna

Oleh Prof. Dr. Mudji Sutrisno SJ* I. Kebudayaan, ketika dibaca oleh manusia atau kita sebagai pelaku pemberi makna (baca: the signifying actor), ‘harus’ disadari melalui 4 tahap membacanya agar paham artinya. Tahap pertama, kita baca dari sumber dan oasenya. Tahap ini mengajak mata baca kita dengan kesadaran dari bahasa logis ke tulis serta semiotis (tanda). […]