Puisi-puisi Tengsoe Tjahjono
NAPAS PAJAK
Bangun tidur, napas pertama disapa tarif karbon,
roti sarapan kena PPN, kopi dicium bea aroma,
pipis di toilet umum?
“Seribu plus pajak udara bersih.”
Peluk istri tercatat di pajak afeksi,
cium anak kena pajak kebahagiaan,
bahkan rindu dianggap utang tak terlapor.
Daun jatuh di halaman kena retribusi gravitasi,
burung terbang wajib bayar izin ketinggian,
dan napas terakhir… gratis, tapi PPN tetap dibayar.
2025
PENGAMEN GAGU
Di perempatan, ia menepuk-nepuk gitar,
mulutnya mangap lebar—
“Ah… uh… ah… ah… uh…”
orang mengira latihan senam lidah.
Seorang ibu memberi receh,
bocah di jok belakang menirukan,
“Ah… uh… ah…!”
perempatan jadi paduan suara dadakan.
Ia menunduk hormat, koin masuk topi,
berlari kecil sambil bergumam:
“Syukurlah… ah-uh-ah tak berpajak.”
2025
MBG
Kata Wakil Menteri,
Makan Bergizi Gratis
bisa bikin murid jago Inggris
dan lancar hitung matematika.
Dari kardus aku makan telur, tempe,
langsung keluar kata-kata sakti:
“How are you, my chicken?”
Teman di sebelah mangap,
“Two plus two… kenyang.”
Kami pulang sambil tertawa,
perut kembung jadi kalkulator,
sendok berubah kamus Oxford.
Andai ada MBG malam hari,
besok aku pasti jadi profesor.
2025
JANGAN BERNYANYI DI KAMAR MANDI
Pagi-pagi aku mandi,
suara merdu meluncur dari keran,
tiba-tiba pintu digedor petugas,
“Maaf, lagu Anda kena pajak hiburan.”
Kata mereka, setiap nada
mengalir ke kas negara,
apalagi kalau pakai echo gratis
dari dinding keramik.
Akhirnya aku mandi diam-diam,
hanya sabun dan gayung yang tahu irama,
tapi sial—ketawa pun dihitung
sebagai pajak pertunjukan personal.
2025
TANAH MILIK NEGARA
Kata Menteri,
tanah ini milik negara,
rakyat hanya numpang injak
—itu pun kalau sepatunya bersih.
Aku mau bikin kebun kecil,
katanya itu pelanggaran,
karena tanah harus tidur manis
menunggu investor datang.
Akhirnya aku beli pot bunga,
taruh di atas genting rumah.
Semoga awan belum sempat
diakui sebagai milik negara juga.
2025
UTANG SAPI
Kita impor sapi dari Brasil,
ujar Sang Menteri
lima ratus ekor,
bayarnya nanti, setelah mereka pensiun.
Sapi-sapi itu turun dari kapal,
langsung difoto,
disebut pahlawan ekonomi,
padahal mereka juga masih nyicil rumput.
Aku jadi bingung,
ini negara berutang sapi,
atau sapi yang berutang negara?
Yang jelas—semua rakyat harus membayar dengan air mata.
2025
SARAPAN SUBSIDI
Kata Menteri Keuangan,
setiap kali kita sarapan
segala yang kita kunyah bersubsidi—
nasi, telur, bahkan api kompor
dibantu negara.
Aku menatap piring,
merasa seperti proyek pemerintah,
setiap suapan ada anggaran,
setiap sendok mungkin ada laporan.
Besok kalau aku bersendawa,
jangan-jangan harus bikin kwitansi,
sebagai bukti
subsidi sudah sampai ke perut jelata.
2025
DOSA PENSIUNAN
Pensiunan PNS menindih Negara, konon katanya
dua ribu delapan ratus triliun,
seperti dompet republik sobek oleh sandal jepit para tetua.
Padahal itu uang yang dikubur
di tiap potongan gaji,
lalu digali lagi oleh negara
dan dikasih kembali—pakai pita utang di atasnya.
Maka di pos ronda,
para pensiunan menyeruput kopi,
menulis di sisa koran:
Jika kami beban,
tolong pindah kami dari negeri ini.
2025
HANTU APBN
Kata Menteri,
pensiunan PNS adalah hantu APBN,
menggantung di neraca negara
Di imajinasi pejabat,
setiap pensiunan bangun tidur
langsung menyerbu kas negara,
membawa cangkir kopi dan slip pencairan.
Padahal yang mereka rebut
hanya matahari pagi dan napas sore,
sementara negara sibuk menghitung
berapa biaya senyum kakek di teras rumah.
2025
NAPI SEKSI
Vonis sudah turun,
jeruji besi menunggu,
tapi pintu sel tak pernah dibuka—
karpet merah justru digelar ke ruang rapat BUMN.
Kata pemerintah, ini hak semua warga,
bahkan yang sudah divonis,
asalkan lengan jasnya pas,
dan senyumnya fotogenik untuk laporan tahunan.
Kami rakyat tercengang,
ternyata di negeri ini
status napi bisa dibekukan,
asal es-nya dicetak di meja kekuasaan.
2025
JALAN RAHASIA
Di negeri ini,
penjara punya pintu rahasia,
masuknya lewat sidang,
keluarnya lewat rapat direksi.
Kata mereka, ini bukti keadilan restoratif,
dari sel ke ruang VIP,
dari makan jatah nasi kotak
ke jatah saham tahunan.
Kami yang nonton dari luar pagar
cuma bisa manggut-manggut,
ternyata status napi
hanyalah kursus singkat menuju komisaris.
2025
ONE PIECE
Di tiang kota,
Sang Saka seperti layar kapal tua,
di sebelahnya tengkorak tersenyum di kain hitam—
kompas rakyat yang menunjuk arah salah.
Kapal negeri ini berlayar di laut janji,
nakhodanya menatap peta harta
yang hanya ia baca sendiri,
sementara awak kapal belajar berenang dari ombak utang.
Tengkorak itu melambai di angin,
bukan untuk menakutkan,
tapi mengingatkan:
kapal ini pernah bernama republik,
jangan sampai jadi legenda bajak laut.
2025
——-
* Tengsoe Tjahjono lahir di Jember 3 Oktober 1958. Penyair ini pernah mengajar di Hankuk University of Foreign Studies Korea (2014-2017). Sejak pensiun dari Universitas Negeri Surabaya (2023) ia mengajar di Universitas Brawijaya Malang. Pada tahun 2012 mendapat penghargaan sebagai Sastrawan Berprestasi dari Gubernur Jawa Timur. Buku puisinya Meditasi Kimchi memperoleh Anugerah Sutasoma 2017 dari Balai Bahasa Jawa Timur. Penggagas cerpen tiga paragraf (pentigraf). Atas dedikasinya berkarya 40 tahun di bidang sastra ia memperoleh penghargaan dari pemerintah Indonesia melalui Badan Bahasa pada tahun 2024. Karya antologi puisi terbaru: Dari Menjerat Sepatu Sampai Membuka dan Menutup Jendela (2021), Pelajaran Menggambar Bentuk (2023), 17-an di Kampung Halaman (2024), dan Jenggirat (2025).