Puisi-Puisi Dhery Ane
Aphrodite (1)
:ibu segala yang hidup
situasi-situasi batas
seperti senandung kuno
yang menarikmu pulang
ke sisi paling sakral
degup hatimu.
dalam degup paling sakral itu
kau temukan sebongkah bening cahaya
yang melampaui segala terang.
lalu tanganmu yang lumrah itu
menggenggamnya sekuat yang kau bisa
matamu yang tabah itu
menatapnya sebisa yang kau ingin
umpama berada di pulau Kreta
bening cahaya itu adalah aphrodite;
Ia yang tercipta, ia yang mencipta
dan kau tetiba sadar
di titik akhir situasi-situasi batasmu
terang paling terang dari segala terang
adalah terang pelukan ibu
yang menyusuimu
(2022)
Aphrodite (2)
di tepi sungai purba
kau dengar suaranya
dari nyiur dedaunan pohon savania
“angin tak lebih kencang dari kematian, bukan?”
kau mendekap, memeluk
dedaunan pohon itu, begitu mesra
seperti malam bulan madu anak-anak Zeus
jatuh ke pelukannya
air matamu lebur bersama angin.
sungguh sebagai manusia
masih kau ingat mutiara itu
“kematian ada cara ibu mencintaimu
lebih utuh dari segala yang pernah ada”
(2022)
Api Dewa Zeus (1)
seperti dalam perang troya
hanya ada riuh kekejaman
bongkahan darah
dan bobrok-bobrok yang keji.
jauh menutup mata
aku terasing ke dalamnya
bersama mayat-mayat sepi
terpasung dalam kehampaan.
riuh kekejaman
bongkahan darah
bobrok-bobrok yang keji
menteleportasi dirinya
sebagai api Dewa Zeus
dan semua yang sepi
terbakar satu demi satu
aku kian kerdil, kian hampa
dan api Dewa Zeus itu
berusaha membakarku
selembar demi selembar
bahkan aku nyaris terbakar
sepenuhnya
di dalam diriku, di dalam diriku
dunia dan yang lain adalah neraka
dan aku hanyalah dinding batu
yang mampu
menahan gema
bunyiku sendiri
(2022)
Api Dewa Zeus (2)
cahaya lentera membias dihadapanmu
sebelum kau masukan potongan pertanyaan
ke dalam gelas-gelas anggurmu
“sungguh adakah yang mengadakan itu ada?”
sebab, jauh ke dalam dirimu
kau lihat hatimu seperti api Dewa Zeus
api yang kau pelihara dari nama orang lain
dan kegagalan-kegagalan
dari apa yang tak selayaknya kau adakan
(2022)
57 Tahun
:Epimenides
di gua kreta
aku tertidur 57 tahun
setelah menggembalakan domba-domba
di padang hijau rerumputan.
aku bermimpi di sisi kiri gua kreta
ada burung-burung phoenix
bongkahan kabut, dan Zeus
yang memegang api di tangannya
bergeser ke kanan, seorang Titan
lengkap dengan gerilyanya sedang menyambut
kepala Dardania dan armadanya. lalu muncul seorang
perempuan yang melepas gaun dari tubuh moleknya.
di ujung paling depan dan belakang
tersalib dua orang yang badannya
penuh memar luka. dihadapannya
aku menangis sambil memegang
mahkota kerajaan Athena
yang ingin jatuh dari kepalaku
57 tahun berlalu
aku terbangun dan melihat
semua tampak masih seperti dulu
kecuali, diriku yang dianugerahi ramalan
untuk menyucikan sebuah kota
dari polusi-polusi perbudakan
dan membasmi para sihir yang meracuni ingatan
anak-anak manusia dengan ancaman maut
dan tipu daya beelzebul
(2022)
Teater Aristophanes
wajah matahari jatuh
ke dalam genangan hujan
ketika kau terjebak ke dalam teater Aristophanes
debu bertebaran ke langit-langit
usai kau membuka halaman-halaman pintu Ploutos
-sebuah nama dari apa yang paling makmur
di pintu pertama
kau bertemu Cario, budak dari kota tua
yang memelihara ngeluh pada jerit peluhnya
di pintu kedua,
kau jumpai Chremylus, petani kecil
dari kuil Dewa Apollo yang berusaha ingin jadi diri sendiri
pada pintu-pintu selanjutnya
kau temui Ploutos- sosok yang matanya buta
Dikutuk Zeus tatkala tanganya selalu ingin memeluk yang terkecil
sunyi dari doa-doa
seperti merambat dari mulutmu
memenuhi sudut-sudut ruangan
;di cakrawala ini, hidup tak lain
adalah pertarungan-pertarungan
adalah petualangan-petualangan
dari sunyi, dari doa-doamu
kau tiba di sebuah tapal
yang menggariskan akan apa yang paling makmur?
kau akhirnya sadar
untuk sampai di tapal itu, amarah
dan tipu daya beelzebul adalah
rahasia yang sudah sepantasnya kau lewati
(2022)
*Dhery Ane bernama lengkap Aloisius Hestronius Deri. Lahir di Seon-Malaka 1998. Adalah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Ia menyukai dunia menulis, master of ceremony dan travelling. Menulis puisi, artikel, opini di beberapa media massa dan media cetak. Puisi-puisinya tersebar dalam belasan antologi, seperti dalam Nasional Payakumbuh Poetry Festival 2021, dan media-media massa seperti Yayasan Hari Puisi Indonesia. Kini ia bergiat di komunitas sastra Filokalia Kupang. Ia dapat dijumpai melalui @dhery.ane