Rahasia Panjang Umur Maestro AD. Pirous
Oleh Yusuf Susilo Hartono
Persis 11 Maret 2023, maestro Abdul Djalil (AD) Pirous genap berusia 91 tahun. Barangkali pada saat ini merupakan pelukis Indonesia dan pemikir seni rupa paling senior di Tanah Air.
Apa rahasia umur panjang perintis pendidikan Desain Grafis FSRD ITB Bandung dan pendiri Studio Decenta Bandung, lulusan ITB dan Rochester Institute of Technologi NY, AS, ini? Ternyata ada dua.
Hal tersebut diungkapkan sebelum memotong tumpeng, Sabtu (11/3/2023), pukul 13.00 di Serambi Pirous, kawasan Dago Palar, Bandung. Ia didampingi Erna Garnasih Pirous (istrinya yg telah 50 tahun lebih menjadi pasangan hidup) dua dari tiga anaknya( Mida Meutia, dan Raihan Meurila) menantu, cucu, dan keluarganya. Iwan Pirous, anak lelaki satu-satunya berhalangan hadir. Bersyukur, saya bersama anak istri diterima hadir dalam acara privat tersebut.
Pak Pirous sendiri yg mengaku bahwa seringkali menerima pertanyaan dari kawan-kawannya tentang apa rahasia umur panjang tersebut. Kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri pula, bahwa selain atas karunia dari Allah, juga karena dua hal.
Pertama, dalam hidup ini ia mengerjakan sesuatu hal yang disukai. Sehingga pekerjaan seberat apapun, misalnya sewaktu masih menjadi dosen di ITB, waktu mengajar sering kali tumpang tindih waktunya dengan sebagai pembicara, atau kurator pameran di dalam dan luar negeri, belum lagi berkarya melukis. Ikut menangani Festival Istiqlal atau Pameran Seni Rupa Gerakan Non Blok juga berat, karena perencanaan hingga penyelenggaraannya butuh waktu berbulan-bulan. Tapi semua terasa ringan dan menyenangkan, karena rasa suka.
“ Penyelenggaraan Festival Istiqlal itu berat. Saya harus bolak-balik Jakarta Bandung naik kereta api, beberap kali dalam seminggu, yang temponya berbulan-bulan. Seringkali saya makan atau berbuka puasa di kereta. Tapi semua itu terasa ringan, menyenangkan, karena saya menyukainya,” tuturnya mengandung nasihat.
Pak Pirous menasihati, jangan sekali-kali bekerja atau melakukan sesuatu hal yang tidak kamu senangi. Karena itu bakal menyiksa diri sendiri, dan hasilnya pasti tidak optimal.
Kedua, menjaga keseimbangan hidup terutama antara pola makan, tidur, olah raga, dan bekerja atau berkarya.
Dalam hal makanan di rumah, diatur oleh istrinya. Tidurnya rerata enam jam sehari. Jam 23.00 WIB diusahakan sudah beristirahat. Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan senam dan yoga.
Dalam percakapan lanjutan sambil makan nasi urap dengan lauk ayam goreng, di depan studionya yg bersih dan rapi, menghadap hamparan pemandangan kota Bandung, pria kelahiran Aceh ini, bercerita bahwa tinggal di kota Bandung sudah sejak tahun 1950-an. Mula-mula sebagai mahasiswa ITB, lalu menjadi dosen di almamaternya, berumahtangga, hingga menjadi kakek, kini menikmati masa tuanya dengan terus berkarya agar tetap berguna bagi orang lain.
Bagi Pak Pirous, yang pernah menerima Satyalancana Kebudayaan dari Pemerintah Indonesia, merasa tetap berguna bagi orang lain itu merupakan hal yg sangat penting. Sebab dengan merasa tetap dipentingkan, dirinya bisa terus mengelola waktu dengan berbagai kegiatan yang ia senangi.
“ Dalam perjalanan hidup saya, menjelang usia 65, pernah merasa sudah tidak berguna lagi. Dan itu berdampak buruk bagi diri sendiri. Saya bangkit kembali setelah mendapat petunjuk dari Alquran,” tuturnya mengakui.
Untuk merayakan ulang tahun ke-91, ia akan menggelar pameran tunggal lukisan di Serambi Pirous, terletak di lantai satu rumahnya, dibuka tanggal 19 Maret 2023, dengan tajuk Esensi Seni. “ Saya sudah tidak ikut sibuk lagi, semua ditangani oleh anak saya Iwan Pirous dan menantu saya,” ujarnya dengan sorot mata yang tajam dan berbinar seperti biasanya. Semoga sukses dan selamat ulang tahun Pak Pirous. (*)
*Yusuf Susilo Hartono. Perupa, Jurnalis dan Penyair.